PENGELOLAAN KESEHATAN
TANAMAN EDAMAME (Glycine max Merr)
A.
PERSIAPAN
1.
Pengambilan keputusan dan analisis usaha tani
Edamame
berasal dari bahasa Jepang. Eda artinya
cabang dan mame artinya kacang,
edamame berarti buah yang tumbuh di bawah cabang. Di Indonesia edamame mulai
diitanam di Bogor tahun 90-an. Perbedaan kedelai edamame dengan kedelai yang
biasa kita ketahui adalah edamame bijinya sangat besar(>30g/100 biji), rasa
lebih manis, dan tekstur lebih lembut dibandingkan kacang kedelai biasa.
Kedelai
Edamame dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan subtropis pada suhu
cukup panas dan curah hujan yang relatif tinggi, sehingga kedelai ini cocok
ditanam di Indonesia, terutama di wilayah Bogor. Waktu panen kedelai edamame
relatif singkat dibandingkan kedelai biasa,karena kedelai edamame dipanen pada
saat kedelai masih hijau. Secara ekonomi kedelai edamame mempunyai peluang
pasar yang cukup besar, baik pemintaan pasar domestik maupun luar negeri.
Tingginya permintaan pasar terhadap kedelai edamame menjadi daya tarik para
petani untuk meningkatkan terus produksi kedelai edamame.
Permintaan
negara Jepang terhadap kedelai edamame asal Indonesia terus meningkat.
Total kebutuhan pasar edamame beku di Jepang berkisar antara
150.000-160.000ton/tahun. Kebutuhan Jepang terhadap edamame tidak dapat
dipenuhi oleh produksi dalam negerinya, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya,
Jepang mengimpor edamame dari berbagai negara. Indonesia merupakan salah satu
negara pengekspor kedelai edamame ke Jepang. Pada tahun 2005 Indonesia memasok
pasar edamame Jepang sebesar 665 ton edamame segar beku yaitu setara dengan
0,96% kebutuhan impor edamame Jepang. Menurut Soewanto et al (2007) impor
Jepang akan edamame beku terus meningkat dari tahun ke tahunnya, mencapai
60.000-70.000ton/tahun.
Budidaya
Kedelai Edamame memerlukan perawatan
khusus untuk menghasilkan produksi yang optimal. Perawatan khusus tersebut
adalah lahan yang ditanami edamame harus bebas dari tanaman/rumput liar.
Pengecekan atau pengontrolan harus dilakukan sesering mungkin agar mencegah
tumbuhnya tanaman/rumput liar, karena akan mengganggu pertumbuhan kedelai
edamame. Selain mengontrol dalam hal gulma, pengairan juga harus
diperhatikan karena kedelai edamame ini mudah busuk apabila tanaman tergenang.
Analisis
Biaya :
No.
|
Jenis Biaya
|
Volume
|
Satuan
|
Harga Satuan (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
Biaya
Tetap
|
|
|
|
||
1
|
Sewa
Lahan
|
1
|
Ha
|
|
800.000
|
Jumlah
|
|
800.000
|
|||
Biaya Tidak Tetap
|
|
||||
1
|
Benih
|
30
|
kg
|
50.000
|
1.500.000
|
2
|
Pupuk
Organik
|
|
|||
|
Pupuk
Kandang
|
70
|
karung
|
10.000
|
700.000
|
3
|
Pupuk
Sintetis
|
|
|||
|
PONSKA
|
250
|
kg
|
2.500
|
625.000
|
|
TSP
|
250
|
Kg
|
2.500
|
625.000
|
|
KCL
|
250
|
Kg
|
3.000
|
750.000
|
|
ZA
|
250
|
kg
|
1.300
|
325.000
|
|
NPK
|
30
|
kg
|
10.000
|
300.000
|
|
|
|
|||
4
|
Pestisida
Nabati
|
40
|
jirigen
|
5.000
|
200.000
|
|
Perangkap
hormon sex feromon
|
250
|
buah
|
160.000
|
380.000
|
|
Tanaman
Refugia
|
1
|
Ha
|
-
|
300.000
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Tenaga
Kerja
|
|
|||
|
Pengolahan
Tanah
|
10
|
HOK
|
25.000
|
250.000
|
|
Penanaman
|
10
|
HOK
|
15.000
|
150.000
|
|
Pemupukan
|
10
|
HOK
|
15.000
|
150.000
|
|
Penyiangan
|
8
|
|
15.000
|
120.000
|
|
Penyemprotan
|
10
|
|
25.000
|
250.000
|
|
Pemanenan
|
10
|
|
15.000
|
150.000
|
|
Jumlah
|
|
|||
|
Total Biaya Produksi
|
7.575.000
|
|||
|
Hasil
Panen Edamame
|
1.800
|
kg
|
|
|
|
Harga
Jual Edamame/ Kg
|
1
|
kg
|
6.500
|
|
|
Pendapatan
|
11.700.000
|
|||
|
Keuntungan
|
4.125.000
|
|||
|
BEP
Produksi
|
1.165/kg
|
|||
|
BEP
Harga
|
4.208/kg
|
|||
|
B/C
Ratio
|
0,54
|
|||
|
R/C
Ratio
|
1,54
|
Berdasarkan hasil perhitungan diatas untuk budidaya
edamame memerlukan biaya produksi sebesar 7.575.000 dengan pendapatan sebesar
11.700.000 sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp4.125.000. Break event
point (BEP) akan dicapai pada produksi 1.165 kg. Budidaya kedelai edamame ini
menguntungkan karena nilai B/C > 0, dan R/C > 1.
·
Break event point (BEP) yang
menunujukkan suatu usaha tidak untung ataupun rugi.
·
Return cost retio (R/C) yang merupakan
perbandingan jumlah penerimaan dengan perbandingan jumlah total biaya yang
dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan untung apabila R/C > 1.
·
Benefit cost ratio
(B/C) suatu usaha akan dianggap untung apabila hasil dari B/C
rasio > 0.
2 2. Pengumpulan
berbagai macam informasi, mengenai :
Ø Potensi
genetik tanaman
Edamame
merupakan tanaman legume semusim berupa semak rendah , tumbuh tegak, daun
lebat, dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman berkisar antara 30 sampai lebih
dari 50 cm, bercabang sedikit atau banyak, bergantung pada varietas dan
lingkungan hidupnya. Daun pertama yang keluar dari buku sebelah atas kotiledon
berupa daun tunggal berbentuk sederhana dan letaknya berseberangan
(unifoliolat). Daun-daun yang terbentuk kemudian adalah daun-daun trifoliolat
(daun bertiga).
Periode
tumbuh edamame ada dua yaitu Periode
Vegetatif dan Periode Generatif. Pada periode vegetatif adalah periode tumbuh
dari munculnya tanaman di permukaan tanah sampai pertumbuhan vegetatif berakhir
sebelum munculnya bunga pertama, yaitu sekitar 20-25 HST. Periode Reproduktif
dimulai sejak kuncup-kuncup daun berkembang membentuk kelompok-kelompok bunga
hingga perkembangan polong, biji, dan saat matang (mature). Bunga kedelai
tergolong sempurna yaitu setiap bunga memiliki alat kelamin jantan dan betiina.
Polong pertama nampak sekitar 10-14 hari setelah munculnya bunga pertama.
Varietas
edamame yang pernah dikembangkan di Indonesia seperti Ocunami, Tsurunoko,
Tsurumidori, Taiso dan Ryokkoh adalah tipe determinit, dengan bobot biji
relatif sangat besar. Kedelai biasa (grain soybean) dikatakan berbiji sedang
jika bobot 100 bijinya berksiar antara 11-15 g, dan berbiji besar bila bobot
100 biji lebih dari 15 g. Saat ini varietas yang dikembangkan untuk produk
edamame beku adalah Ryokkoh asal Jepang dan R 75 asal Taiwan. Ukuran warna, dan
bentuk biji edamame bervariasi, yakni: (i) bobot 30-50 g/100 biji, (ii) warna
biji kuning hingga hijau, (iii) bentuk biji bulat hingga bulat telur, dan (iv)
warna hilum gelap hingga terang. Warna bunga varietas Ryokkoh putih, sedangkan
varietas lainnya ungu.
Ø Faktor-faktor
yang dapat membatasi tanaman mencapai potensi genetik penuh
a. Hama
dan Penyakit
Hama yang menyerang edamame yaitu
ulat grayak, ulat jengkal, trips, aphids, Bimesia tabaci, kepik dan penyakit
karat daun. Gejala penyakit antharaksnosa, cercospora, fusarium, dan phytium
dapat terlihat secara visual. Hama dapat menyerang bagian-bagian tanaman yang
berbeda pada setiap tahap pertumbuhan tanaman. Lalat bibit (Agromyza sp.)
membuat terowongan di bagian tengah (empulur) batang, setelah kotiledon muncul
dari dalam tanah. Hama penggerek buah Etiella sp. menyerang tanaman sejak fase
pembungaan. Ulat penggulung daun menyerang sepanjang stadia tumbuh, demikian
juga ulat grayak (Spodoptera litura). Hama Belalang menyerang
bagian batang dan daun sehingga tanaman patah dan daun rusak (pada saat tanaman
umur 1 MST ) , dan menyerang saat tanaman berbunga dan membentuk polong . Hama
walangsangit, lalat buah, kepik hijau (Nezera viridula), kutu
daun (Aphis glicines matsumura) dan ulat buah (Helicoverpa
armigera).menyerang saat tanaman berbunga dan membentuk polong
b. Tanaman Edamame sangat peka terhadap panjang hari (fotoperiod) karena
tanaman edamame ini merupakan tanaman berhari pendek yang berarti tanaman tidak
akan berbunga bila lama penyinaran (panjang hari) melampau batas kritis. Faktor
utama yang mempengaruhi pembentukan bunga tanaman edamame ini adalah periode
gelap yang dialaminya setiap hari. Pada umumnya tanaman edamame tidak akan
berbunga apabila periode gelap yang diterimanya tiap hari kurang dari 10 jam
dan lebih cepat berbunga apabila periode gelap 14-16 jam/hari.
c. Air menjadi faktor pembatas untuk menghasilkan edamame yang optimum ,
berkurangnya ketersediaan air tanah akan mempengaruhi proses fisiologis dan
metabolisme tanaman, gangguan penyerapan hara serta dapat menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan sehingga menurunkan prooduksi polong. Pengairan
yang menggenang dapat mengakibatkan tanaman edamame busuk.
d. Gulma dan tanaman liar yang tumbuh disekitar lahan tanaman edamame akan
menghambat pertumbuhan edamame karena terjadi persaingan nutrisi
Ø Metode
yang tersedia untuk mangatasi faktor – faktor pembatas
a. Pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman edamame merupakan kegiatan yang sangat penting.
Kerugian akibat serangan hama dapat mencapai lebih dari 40%. Pengendalian hama
dan penyakit dimulai sejak benih akan ditanam, yaitu dengan perlakuan rawat
benih (seed treatment) menggunakan Biopestisida untuk pengendalian awal
terhadap hama lalat bibit dan cendawan. Cara pengendalian untuk setiap hama
berbeda. Aplikasi pestisida nabati pertama dilakukan 3-5 hari setelah benih
berkecambah dan muncul di permukaan tanah (emergence), untuk mencegah serangan
hama agromyza. Untuk mencegah serangan hama penggerek polong, penyemprotan
insektisida dilakukan menurut kebutuhan dan pertimbangan ekonomis. Sistem
pengendalian hama dan penyakit pada tanaman edamame adalah: (1)
terjadwal/kalender, dan (2) monitoring. Sistem terjadwal/ kalender ditujukan
terhadap hama atau penyakit yang sulit dideteksi dengan pengamatan langsung seperti
hama Agromyza dan Etiella. Pengendalian dilakukan dengan cara pemberantasan
langsung menggunakan pestisida nabati pada fase atau umur tertentu tanaman
dimana hama atau penyakit tersebut mulai menyerang.
b. Agar
Tanaman edamame cepat berbunga pencahayaan tambahan yang diatur efisien dengan
penambahan cahaya dari bola lampu setelah matahari terbenam.
c. Agar
tanaman edamame tidak kekurangan suplay air maka dibuat irigasi yang baik dapat
berupa waduk sehingga saat musim kemarau tidak kekurangan air dan saat musim
penghujan air tidak menggenangi tanaman edamame
d. Melalukan
pengontrolan dan penyiangan secara rutin selain untuk mengontrol hama dan
penyakit juga terhadap gulma atau tanaman liar yang tumbuh di lahan tanaman
edamame. Gulma-gulma dicabut secara manual dan bagian tanaman yang terserang
penyakit dipetik agar tidak menyebabar dan menularkan penyakit ke tanaman
lainnya
Ø Kondisi
lahan yang dibutuhkan tanaman
Suhu yang optimal untuk proses
perkecambahan edamame sekitar 30°C, sedangkan untuk pembungaan
24-25°C. Edamame termasuk tanaman hari pendek sehingga tidak
akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam
perhari. Pertumbuhan edamame optimum pada ketinggian tidak lebih dari 500 mdpl
dan tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hungan sekitar 100-400 mm/bulan
dengan rata-rata curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Kedelai edamame dapat
tumbuh baik pada tanah-tanah aluvial, regosol, grumosol, latosol, dan
andosol. Selain itu menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya bahan
organik. Keasamaan tanah (pH) yang cocok untuk berkisar antara 5,8-7,0.
- Pemeliharaan Lahan
Lahan
yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman adalah persyaratan usaha yang harus
tersedia, dengan agroklimat dan pengairan yang optimal. Tiga bulan sebelum
tanam sudah harus ada kepastian lahan yang akan ditanami, dan selambatnya satu
bulan sebelum tanam lahan sudah diolah dan dipersiapkan untuk budi daya
edamame. Persiapan lahan untuk tanaman edamame dapat dilakukan tanpa pengolahan tanah bila ditanam di
sawah setelah padi dan pengolahan tanah. Pada tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik
merah-kuning, harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang
baik. Kapur dapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan
tanah kemudian dicampur sedalam lapisan olah tanah + 15
cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim tanam dengan dosis 2-3
ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan
pH tanah sudah meningkat sesuai dengan yang diinginkan.
Pada
musim kemarau kedelai edamame dapat ditanam pada tanah berstruktur sedang
sampai agak berat. Tanah dengan kondisi demikian dapat menahan air dalam tanah
sehingga cocok untuk mengantisipasi berkurangnya air pengairan. Pada musim
hujan edamame harus ditanam pada tanah berstruktur ringan sampai sedang, karena
lebih mudah meloloskan air dalam tanah dan tidak mudah terjadi penggenangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan direncanakan dengan matang dalam memilih
lahan adalah: - Luasan lahan disesuaikan dengan program usaha, dengan membuat
perencanaan perolehan lahan minimal tiga bulan sebelum penanaman.
- Pemeliharaan kultivar tanaman
Melakukan
pemilihan varietas kedelai edamame dan benih yang berkualitas. Banyak Varietas
edamame yang telah dikembangkan di Indonesia dan bisa dipilih untuk budidaya
edamame seperti Ocunami, Tsurunoko, Tsurumidori, Taiso dan Ryokkoh adalah tipe
determinit, dengan bobot biji relatif sangat besar.
- Pemeliharaan metode produksi
Melakukan
pembumbunan pada lahan yang ditanami kedelai edamame agar kelembaban terjaga
dan air yang diberikan tidak mudah menguap sehingga dapat dimanfaatkan dengan
baik untuk proses metablisme tanaman edamame tersebut.
Melakukan
kontrol terhadap tanaman edamame yang ditanam, apabila ada yang tidak tumbuh
maka dilakukan penyulaman.
Memotong
bagian tanaman yang terserang hama dan penyakit agar tidak menyebar ke bagian
tanaman lainnya.
- Pemilihan masukan yang diaplikasikan
Menggunakan
pemeliharaan secara PHPT yaitu dengan memanfaatkan tanaman refugia, pestisida
nabati dan perangakap sex feromon untuk mengurangi atau menekan hama dan
penyakit tanaman edamame
B. PELAKSANAAN
1.
Jadwal
Tanam
Edamame
dapat dibudidayakan sepanjang tahun, dengan menyesuaikan persyaratan yang harus
dipenuhi. Namun secara umum, kegiatan tanam dapat dibedakan atas tiga periode
waktu, yaitu:
·
Januari – April: basah – basah
·
Mei – Agustus: kering - kering
·
November – Januari: kering - basah
Dengan
mempertimbangkan pasar, penanaman edamame dapat dilaksanakan pada bulan
November-April. Periode tersebut sesuai dengan ekspor ke Jepang pada saat
importir di Jepang bersiap-siap menghadapi musim panas, yang merupakan puncak
konsumsi edamame. Namun, mengingat pasokan edamame dari Indonesia masih kecil,
maka di luar musim puncak (top season) tetap diharapkan selalu tersedia stok,
sehingga penanaman perlu dilakukan sepanjang tahun.
Untuk
mempermudah operasionalisasi di lapangan, baik untuk tanam maupun kegiatan
lainnya, maka satu tahun dibagi menjadi 52 minggu tanam, atau 52 TMK (Tanam
Minggu Ke), sehingga dapat dibuat perencanaan kerja yang matang dan baik secara
mingguan, yang meliputi: (1) pencarian lahan, (2) persiapan tanam, (3)
tanam/pemeliharaan, (4) panen (5) pengolahan, dan (6) ekspor.
2 2.
Penyiapan
Lahan
Kegiatan
diawali dengan observasi untuk mengetahui kemiringan lahan pada lokasi yang
akan dikelola, guna menentukan langkah yang akan diambil berupa:
·
Arah saluran, pemasukan dan pengeluaran
air, sanitasi, sistem pembukaan tanah, penentuan jalan ke lokasi dan di dalam
lokasi (pengangkutan saprodi dan hasil panen), membuat jadwal kegiatan,
kebutuhan tenaga, dan biaya.
·
Pemasangan patok atau tanda-tanda yang
diperlukan.
·
Menuangkan program dalam bentuk
sketsa/denah, gambar atau daftar untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan dan
pengawasan.
Selain berfungsi untuk pendistribusian
air di dalam lokasi, saluran air juga berfungsi untuk menurunkan permukaan air
tanah atau menurunkan kejenuhan air tanah yang akan menjadi media perakaran.
Ada dua macam saluran yang diperlukan yaitu:
·
Saluran
keliling, dibuat mengelilingi lokasi dengan lebar 50 cm, dalam 50 cm, untuk
memisahkan areal pertanaman edamame dengan sawah petani.
·
Saluran tengah,
dalam areal pertanaman searah dengan kemiringan lahan dengan lebar 50 cm dan
dalam 40 cm.
·
Jarak antar
saluran 11 m pada tempat yang kondisinya cenderung basah dan 22 m pada tempat
dengan kondisi kering.
·
Dalam pembuatan
jalan untuk pengaawasan pertanaman perlu dipastikan lahan yang akan digunakan.
Apabila dapat menggunakan pematang akan lebih baik karena menghemat penggunaan
lahan budi daya, tetapi bila masih kurang memadai perlu dibuat agar intensitas
pengawasan ke semua bedengan dapat dengan mudah dilakukan.
3.
Pengolahan
Tanah
Pengolahan
tanah untuk budi daya edamame ditujukan untuk meratakan dan menggemburkan tanah
dalam bentuk bedengan-bedengan. Pengolahan tanah meliputi:
·
Pembukaan tanah. Berfungsi membuka dan
membalik tanah di permukaan, dan membentuk bongkahan-bongkahan kecil tanah
sampai kedalaman 20-25 cm sebelum dibuat bedengan. Sesuai dengan jenis dan
kondisi tanah, serta cuaca dapat dipilih alat yang tepat seperti bajak traktor,
bajak sapi, cangkul total, lempak atau kombinasi dari alat-alat tersebut,
dengan mempertimbangkan mutu hasil olahan dan besarnya biaya.
·
Pembuatan bedeng. Bedengan untuk
penanaman benih edamame, dibuat dengan cara menghancurkan ulang tanah hasil
pembukaan tanah pertama, sehingga menjadi rata dan gembur dengan lebar 1 m,
panjang 10 m, dan tinggi 20-25 cm, jarak antarbedeng 50 cm. Dengan ukuran
tersebut didapatkan 600 bedengan/ha. Teknik tanam ini dapat mengatasi berbagai
macam situasi cuaca, sehingga membuat edamame disebut sebagai tanaman “segala
musim”.
4 4.
Jarak
Tanam
Benih
edamame di tanam di atas permukaan bedengan setelah disebar pupuk kandang dan
pupuk dasar, permukaan rata dan gembur, bersih dari gulma dan dalam kondisi
lembab. Untuk memperoleh produksi optimal maka penanaman benih dilakukan dengan
jari tangan. Lubang benih dibuat dengan ibu jari dan telunjuk, ditekan ke dalam
bedengan tanah sedalam 2,0-3,0 cm. Sebagai pedoman untuk ukuran kedalaman
penempatan benih adalah ruas satu telunjuk jari tangan. Dengan cara ini,
kedalaman lubang benih tetap terjaga sehingga pertumbuhan kecambah tidak akan
terganggu akibat lubang tanam yang terlalu dalam. Ke dalam setiap lubang tanam
dimasukkan satu butir biji benih edamame, kemudian lubang ditutup dengan tanah
secara merata dan tidak dipadatkan (untuk menutup benih agar tetap berada di
tempatnya dan menjaga kelembaban benih). Mulsa jerami ditebarkan sejajar dengan
lebar bedengan. Mulsa diletakkan tidak terlalu rapat dan padat, namun dapat
menutupi permukaan bedeng secara merata, kemudian segera dilakukan penyiraman
air dengan menggunakan gembor agar mulsa (yang basah tersiram air) tidak
terbang tertiup angin dan tetap melekat pada permukaan tanah. Hal-hal yang
perlu diperhatikan pada saat penanaman adalah:
·
Tanah bedengan lembab (kapasitas lapang)
·
Jarak tanam 20 cm x 20 cm
·
Benih yang akan ditanam adalah 250 butir
untuk setiap bedeng + 20% cadangan, sehingga menjadi 300 butir/bedeng, atau
populasi tanaman 180.000 pohon/ha
·
Pada umumnya benih berjumlah 2.750
butir/kg, dan diperlukan benih 65,5 kg/ha
·
Mulsa jerami dihamparkan merata di atas
permukaan bedengan (tidak terlalu tebal) yang telah ditanami, untuk menjaga
kelembaban tanah bedengan.
5 5.
Pemantauan
Daya Tumbuh dan Penyulaman
Pemantauan
daya tumbuh benih perlu dilakukan untuk memastikan benih yang telah ditanam
dapat berkecambah dan tumbuh normal, sehingga populasi tanaman yang hidup tiap
hektar sesuai dengan yang direncanakan. Penyulaman tanaman diperlukan karena
tidak semua benih dapat tumbuh normal. Namun penyulaman tanaman edamame berbeda
dengan kedelai biasa. Penyulaman kedelai biasa menggunakan benih, sedang
penyulaman edamame adalah dengan cara tanam pindah (transplanting), menggunakan
bibit yang sudah ditumbuhkan terlebih dahulu di dalam bilik pembibitan atau
nursery. Penyemaian benih di bilik pembibitan dilakukan bersamaan dengan saat
tanam benih di lapang. Penggunaan bibit transplant untuk penyulaman diperlukan
karena pertumbuhannya sangat pesat. Apabila penyulaman tidak menggunakan bibit
transplant, pertumbuhan tanaman tertinggal karena adanya persaingan dengan tanaman-tanaman
yang sudah tumbuh terlebih dulu, khususnya dalam mendapatkan sinar matahari
untuk proses fotosintesis. Penyulaman dilaksanakan pada saat tanaman berumur
7-10 hari.
6 6.
Pemupukan
a. Pupuk
kandang dan pupuk dasar Penebaran pupuk kandang dilakukan 5-7 hari sebelum
tanam, disebar rata di atas permukaan bedengan, dengan dosis 10-20 m³ pupuk
kandang/ha. Penebaran pupuk dasar anorganik dilakukan 2-3 hari sebelum tanam
dengan cara disebar merata di atas bedengan dan diaduk sampai tercampur dengan
tanah. Pupuk dasar yang digunakan secara umum adalah:
•
urea : 50-75 kg/ha
•
SP36 : 150-250 kg/ha
•
ZK : 50-75 kg/ha Takaran pupuk yang
tepat perlu dihitung, bergantung pada hasil analisa tanah atas kandungan unsur
N, P dan K.
b. Pupuk
susulan Pemupukan susulan tanaman edamame perlu dilakukan untuk mencukupi
kebutuhan hara pada masa pertumbuhan, yaitu masa pertumbuhan vegetatif atau
sebelum fase pembungaan (umur 14-20 HST). Pada fase pembungaan, pembentukan
polong dan pengisian polong tidak diperlukan lagi pemberian pupuk susulan. Pada
fase-fase tersebut cadangan makanan (unsur hara) dalam tanah diupayakan telah
cukup tersedia, termasuk yang digunakan oleh tanaman pada fase pertumbuhan
generatif. Perlu ditambahkan unsur hara ke dalam tanah, yaitu unsur N yang
diperoleh dari pupuk ZA dan urea, dan K dari pupuk ZK yang diaplikasikan pada
umur 14- 20 HST. Takaran pupuk susulan perlu diperhitungkan dengan kondisi
tanaman, cuaca, pupuk dasar yang telah diberikan, dan waktu serap pupuk. Faktor
yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan pemberian pupuk susulan adalah:
•
Bedengan bersih dari gulma (setelah
penyiangan)
•
Cara pemupukan:
-
Pupuk ZA dan ZK sesuai takaran dicampur
sampai rata.
-
Pupuk campuran tersebut ditugal atau
ditebar merata di antara tanaman.
-
Diusahakan pupuk dapat meresap ke dalam
tanah dengan baik (setelah pemupukan dilakukan penyiraman).
•
Secara umum takaran pupuk susulan yang
digunakan adalah:
-
urea : 25-50 kg/ha
-
ZA : 50-75 kg/ha
-
ZK : 50-75 kg/ha
7 7.
Pengairan
Pemberian
air pada tanaman edamame sangat penting artinya untuk memacu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman agar mampu berproduksi maksimal. Prinsip pengairan adalah
mengupayakan pemberian air yang cukup dan tepat waktu pada fase-fase pertumbuhan
tanaman. Ada 2 macam teknik pengairan tanaman edamame, yaitu:
· Penyiraman
tanaman/bedengan dengan menggunakan alat gembor.
· Penggenangan
selokan dengan cara memasukkan air ke dalam selokan diantara bedengan sampai
ketinggian 2/3 tinggi bedengan selama 1-2 jam, kemudian air dialirkan ke
saluran pembuangan sampai tuntas.
· Pengairan
diperlukan setiap 7-10 hari sekali (bila tidak ada hujan) bergantung pada jenis
tanah.
Fase-fase
pertumbuhan kritis yang memerlukan pengairan adalah:
·
Fase pekecambahan, umur 0-10 HST
·
Fase pertumbuhan vegetatif, umur 11-25
HST
·
Fase pembungaan, umur 25- 30 HST
·
Fase pembentukan dan pengisian polong, umur
> 35 HST
·
Fase panen, umur > 58 HST
8 8.
Penyiangan
dan Tutup Blok
Penyiangan
pada dasarnya diperlukan untuk mengendalikan atau membersihkan rumput atau
tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh pada areal pertanaman edamame. Tujuan
penyiangan adalah untuk menghindari persaingan antara tanaman dengan gulma
dalam memperoleh unsur hara, membuang gulma sebagai inang hama/penyakit, dan
memudahkan tahapan pemeliharaan selanjutnya. Penyiangan dilakukan 2-3 kali
(Tabel 2) atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma yang ada dipertanaman.
Rumput atau gulma yang sering tumbuh di areal pertanaman edamame adalah:
· Krokot
atau krayap
· Bayam
berduri (Amarantus sp.)
· Rumput
teki (Ciperus rotundus)
· Rumput
grinting (Cinodon dactilon)
Gulma
krokot atau krayap lebih efektif dikendalikan dengan penyemprotan herbisida pra
tumbuh seperti Ronstar dengan dosis 2 l/ha, 3 cc untuk 1 liter air, 2-5 hari
sebelum tanam. Jenis gulma yang lain masih harus dikendalikan secara manual,
dicabut, atau dikoret dengan cangkul kecil.
Tutup
blok adalah menutup pangkal batang tanaman dengan menaikkan tanah dari kiri kanan
bedengan, sekaligus membersihkan dan mencegah tumbuhnya gulma di permukaan
bedengan. Penutupan pangkal batang akan merangsang tumbuhnya akar adventif yang
memperkuat serapan hara maupun tegaknya tanaman. Kegiatan ini dilakukan pada
saat tanaman berumur 10-15 HST.
9 9.
Pengendalian
OPT
Pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman edamame merupakan kegiatan yang sangat penting.
Kerugian akibat serangan hama dapat mencapai lebih dari 40%. Pengendalian hama
dan penyakit dimulai sejak benih akan ditanam, yaitu dengan perlakuan rawat
benih (seed treatment) menggunakan Biopestisida untuk pengendalian awal
terhadap hama lalat bibit dan cendawan. Cara pengendalian untuk setiap hama
berbeda. Aplikasi pestisida nabati pertama dilakukan 3-5 hari setelah benih berkecambah
dan muncul di permukaan tanah (emergence), untuk mencegah serangan hama
agromyza. Untuk mencegah serangan hama penggerek polong, penyemprotan
insektisida dilakukan menurut kebutuhan dan pertimbangan ekonomis. Sistem
pengendalian hama dan penyakit pada tanaman edamame adalah: (1)
terjadwal/kalender, dan (2) monitoring. Sistem terjadwal/ kalender ditujukan
terhadap hama atau penyakit yang sulit dideteksi dengan pengamatan langsung
seperti hama Agromyza dan Etiella. Pengendalian dilakukan dengan cara pemberantasan
langsung menggunakan pestisida nabati pada fase atau umur tertentu tanaman
dimana hama atau penyakit tersebut mulai menyerang.
1 10. Panen
Tanaman
edamame untuk produksi polong segar dipanen pada umur 65- 68 HST dengan kondisi
polong siap untuk dipetik, yaitu tingkat ketuaan polong cukup (polong terisi
penuh) dan warna hijau cerah. Polong yang dipanen tersebut selanjutnya dibawa
ke pabrik untuk dijadikan bahan baku ekspor (BBE) dan bahan baku mukimame
(BBM). Persyaratan mutu bahan baku edamame dari sawah sebelum diproses (di
pabrik) dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Kualitas
BBE
·
tidak terlalu tua dan terlalu muda
·
biji dalam polong 2 dan 3 biji
·
jumlah polong per 500 g sebanyak 160-170
buah
·
Bebas hama dan penyakit
·
tidak terdapat kerusakan fisik
·
bau khas edamame
·
bentuk polong normal
·
bersih dari kotoran (rumput, daun
edamame, lumpur, dan lain-lain)
·
warna seragam (hijau normal)
·
kondisi polong segar/tidak layu
2. Kualitas
BBM
·
Keluaran dari hasil grading BBE
·
Semua polong berbiji satu
·
Bersih dari kotoran
·
Polong segar/tidak layu
·
Kualitas polong bahan muki baik: - warna
biji hijau segar - biji tidak cacat (hama/penyakit/mekanis) - polong bernas
(tidak kepak) - polong tidak tua.
1 11. Pasca Panen
Pengolahan
Pasca Panen merupakan suatu proses pengawetan produk. Dalam hal ini, pengolahan
tidak untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas produk, tetapi
mempertahankan kualitas produk selama perjalanan mencapai konsumen. Dalam
setiap tahapan pengolahan pengerjaannya mengikuti kaidah yang telah ditetapkan
sebagai berikut:
a. Pencucian
Pembersihan polong segar edamame
dilakukan menggunakan mesin penghembus (blower) untuk menghilangkan kotoran
yang ringan, dan menggunakan mesin pencuci (machine washing). Masing-masing
cara tersebut bertujuan untuk melepaskan kotoran yang melekat pada polong,
misalnya lumpur, debu, pasir, dan lain-lain. Pencucian berfungsi untuk
mengurangi Jumlah mikroba yang menempel pada produk. Oleh karena itu, air yang
digunakan untuk mencuci benar-benar bersih dan mengalir.
Selama menunggu saat pemrosesan produk
(bahan baku) perlu dijaga agar tidak layu dengan cara menyiram menggunakan air
bersih pada suhu 5°C. Pada kondisi yang terlalu kotor perlu dilakukan pencucian
awal dengan air bersih pada suhu kamar dengan tahapan:
·
Memasukkan edamame ke bak berisi air dan
atau menyiram air dari atas 432 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan
·
Diaduk dan sesekali diangkat
·
Membersihkan kotoran yang melekat pada
edamame
·
Mempermudah sortasi (kondisi edamame
bersih)
b. Sortasi
awal Size grading, untuk memisahkan edamame dari kelompok ukuran di bawah
standar, menggunakan mesin size grading. Sortasi dilakukan pada ban berjalan
secara manual oleh karyawan terlatih guna memisahkan produk cacat, misalnya
cacat karena mekanik, hama/penyakit, warna lain, abnormal dan sebab lain yang
luput dari perlakuan size grading. Kriteria edamame ekspor, antara lain:
1. Jumlah polong 160-170 biji/kg
2. Bentuk polong normal
3. Warna seragam (hijau merata)
4. Aroma seperti aroma edamame yang
masih muda
Kriteria polong sortiran, antara lain:
1. Terkena serangan hama penyakit
2. Terlalu tua atau muda
3. Kerusakan mekanik
4. Biji satu
5. Biji kecil
6. Warna menyimpang
3. Pemasakan edamame
Edamame yang akan dibekukan diawali
dengan proses perebusan (blanching) dan didinginkan secepatnya. Tujuan
blanching antara lain:
a. Meng-inaktifkan enzim
b. Menyeragamkan warna
c. Mengeluarkan gas dari dalam jaringan
d. Mengurangi jumlah mikroba
e. Melepaskan kotoran yang tidak lepas
pada saat pencucian pertama
f. Memasak produk supaya siap dimakan
Perebusan biasanya dilakukan pada suhu
98-100°C selama 120–150 detik, sesuai dengan permintaan konsumen. Atas dasar
waktu pemanasannya dikenal dua jenis cara blanching edamame, yaitu:
• Regular Blanching (RB) : 120 detik,
blanching dengan waktu pendek
• Long Blanching (LB) : 150 detik,
blanching dengan waktu panjang Soewanto et al.: Agribisnis Edamame untuk Ekspor
433 Untuk Salt Long Blanching (SLB) adalah dengan cara blanching pertama selama
120 detik + penggaraman + blanching kedua selama 30 detik.
c. Cooling
I, cooling II dan IQF
Cooling bertujuan untuk
menghindari pemanasan berlebihan (over cooking) akibat blanching
berkepanjangan. Caranya, mendinginkan produk dengan air dingin biasa pada suhu
kamar (± 27°C) segera setelah waktu blanching tercapai, disebut cooling I.
Penetrasi pendinginan
akan dicapai segera dan merata apabila suhu produk cukup rendah dan merata.
Caranya adalah dengan memasukkan produk pada air dingin pada suhu 5°C selama ±
15 menit, disebut cooling II.
Penirisan
bertujuan
untuk menghilangkan sisa-sisa air yang menempel pada produk sebagai langkah
prapembekuan agar tidak menghambat proses penetrasi dingin pada bagian tengah
produk, terutama pada suhu di bawah 0°C.
Pembekuan,
waktu yang dikehendaki adalah cepat secara individual, dengan menggunakan mesin
IQF (Individual Quick Frozen). Pembekuan cepat dengan waktu yang digunakan
sekitar 13 menit bertujuan untuk menjamin kualitas produk. Untuk itu diperlukan
suhu di dalam mesin IQF minus 35°C.
Hal ini penting untuk
mengawetkan produk dengan cara menonaktifkan metabolisme sel, dengan tidak
mengurangi nilai gizi, nutrisi, warna, dan aroma yang terkandung di dalam
produk. Produk mampu bertahan selama 24 bulan apabila disimpan dalam ruangan
minus18° sampai minus 20°C.
C.
ANALISIS
Budidaya Tanaman Kedelai dengan menggunakan PKT
(Pengelolaan Kesehatan Tanaman) dilihat dari segi harga melalui BEP , Budidaya
edamame dengan menggunakan PKT menguntungkan karena dalam budidaya ini lebih
menekankan untuk Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman yang dapat menurunkan
hasil panen dengan cara-cara yang aman bagi lingkunganyaitu Pestisida Nabati,
Perangkap Sex Feromon, dan Menanam Tanaman Refugia. Selain itu dalam budidaya
ini juga tidak menggunakan pestisida yang harganya mahal, dan diganti dengan
pestisida nabati yang harganya lebih terjangkau dan mudah dalam pengaplikasian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus,
1997. Panduan kerja budi daya edamame PT. Mitratani Dua Tujuh. Jember, Jawa
Timur.
Arsyad,
D.M, dan M. Syam. 1998. Kedelai, sumber pertumbuhan produksi dan tehnik budi
daya. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.
Benziger,
V. and S. Shanmugasundaram. 1995. Taiwan’s frozen vegetable soybean industry.
AVRDC Technical Bulletin No. 22, 15 p. Shan Hua, Taiwan.
Chen,
K-F., S.H. Lai, and Shi-Tzao Cheng. 1991. Vegetable soybean seed production
technology in Taiwan. p: 45-52. In: S. Shanmugasundram (Ed.). Vegetable soybean
AVRDC Pub. No. 91-346, 151 p. Shan Hua, Taiwan.
Cheng,
S.H. 1991. Vegetable soybean area, production, and trade in Taiwan. p. 17-21.
In: S.Shanmugasundaram (Ed.). Vegetable soybean. AVRDC Pub. No. 91-346. 151 p.
Shan Hua, Taiwan.
Iwamida,
Shinji, and H. Ohmi. 1991. Links between vegetable soybean produsers,
processors, trading companies and seed companies in Japan. p: 22-25. In: S.
Shanmugasundaram (Ed.): Vegetable Soybean. AVRDC Pub. No. 91-346. 151 p. Shan
Hua, Taiwan.
Kokobun,
M. 1991. Cultural practices and cropping systems for vegetable soybean in
Japan. p. 53-60. In: S. Shanmugasundaram (Ed.). Vegetable soybean AVRDC Pub.
No. 91-346. 151 p. Shan Hua, Taiwan.
Lii,
Hseu Ming. 1990. Budi daya kedelai secara intensif. Agriculture Technical
Mission ROC. Dinas Pertanian Prop. Jawa Timur. Surabaya.
Nakano,
H. 1991. Vegetable soybean area, production, demand, supply and trades in
Japan. p. 8016. In: S. Shanmugasundaram (Ed.). Vegetable soybean. AVRDC Pub.
No. 91-346, 151 p. Shan Hua, Taiwan.
Shanmugasundaram,
S., Shi-Tzao Cheng, Ming-Te Huang, and Miao-Long Yan. 1991. Varietal
improvement of vegetable soybean in Taiwan. p. 30-42. In: S. Shanmugasundaram
(Ed.). Vegetable soybean. AVRDC Pub. No. 91-346. 151 p. Shan Hua, Taiwan.
Romburgh,
P. Van. 1982. Geweektegawassen in de cultuurtuin te Tjikeumeuh Lands
Plantentuin, 1817-1892. Batavia.