SIG dalam
Pengembangan Kebun Percobaan
(Putri Andansari /
1525010007)
Sistem Informasi
Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan
Suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang
bereferensi spasial/berkoordinat geografis. SIG juga dapat diartikan sebagai suatu
sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi
keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja. Menurut Anon
dalam Sastrohartono (2011) SIG adalah suatu sistem informasi yang dapat
memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yang
dihubungkan secara geografis di bumi (georeference).
Pengembangan Kebun
Percobaan
Pengembangan kebun percobaan merupakan
sebagai laboratorium lapang pertanian terpadu. Dalam Pengembangan Kebun
Percobaan berbasis SIG memerlukan data dasar tanah dan kelas lahan yang akan
memberikan informasi penting tentang kesuburan tanah, tingkat kesesuaian lahan
dan faktor pembatas pertumbuhan tanaman, sehingga dapat mempermudah perencanaan
pengembangan jenis-jenis komoditas pertanian dan penggunaan lahan yang sesuai
dengan potensi sumber daya lahan di kebun percobaan. Perencanaan yang baik
berdasarkan data dasar tanah dan kelas lahan akan sangat mendukung upaya
peningkatan produksi komoditas perkebunan yang secara ekonomi menguntungkan dan
berkelanjutan dan kelestarian lingkungan tetap terjaga. Selain itu kelas lahan
dapat menjadi dasar pada penelitian berikutnya yang terkait dengan pengembangan
kebun percobaan. Pengembangan kebun percobaan menjadi laboratorium pertanian
tropika terpadu berdasarkan konsep “Agro eco-tourism” dan ”Integrated
Bio-ccle Farming System” dapat meliputi: Agro Produksi dan Lingkungan,
Agribisnis, Agro-Teknologi, Agro-Industri, Agro-Wisata.
Data dasar tanah dan kelas lahan
diperoleh dengan melakukan beberapa kegiatan yaitu :
1)
Survei
tanah dengan skala,
2)
Analisis
dan interpretasi data iklim wilayah kebun pecobaan.
3)
Pengamatan
profil tanah,
4)
Analisis
beberapa sifat kimia dan fisika tanah,
5)
Interpretasi
data tanah dan lahan,
6)
Penyusunan
kelas kemampuan dan kesesuaian lahan, klasifikasi kesuburan tanah.
7)
Digitasi
dan pemetaan data tanah dan lahan dalam SIG.
Konsep Pengembangan Kebun Percobaan
Pemanfaatan lahan harus
mempertimbangkan aspek konservasi tanah dan air terpadu karena tindakan ini
sangat mendukung terhadap kesuburan fisika, kimia, dan hayati tanah; kerapatan
vegetasi akan menjamin kadar humus dalam tanah tinggi sehingga akan
meningkatkan porositas total tanah (Sunarminto, 2003). Pemanfaatan lahan secara
harmonis, menyeluruh (holistic) dan terpadu (integrated) serta
berkelanjutan (sustainable) untuk berbagai hal yaitu:
1.
Produksi
biomassa (sektor pertanian),
2.
Lingkungan
hidup
3.
Habitat
biologi dan konservasi gen.
4.
Ruang
infrastuktur,
5.
Sumber
daya alam, dan
6.
Estetika
dan budaya.
Analisis Evaluasi Kemampuan Lahan
Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat
fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan (terdiri
atas satu atau lebih karakteristik lahan). Beberapa karakteristik lahan umumnya
mempunyai hubungan satu sama lain didalam pengertian kualitas lahan dan akan
berpengaruh terhadap jenis penggunaan atau pertumbuhan tanaman dan komoditas
lainnya yang berbasis lahan misalnya: peternakan, perikanan, dan kehutanan (Djaenudin
et al, 2003). Hasil evaluasi lahan digambarkan dalam bentuk peta sebagai dasar
untuk perencanaan tata guna lahan yang rasional, sehingga tanah dapat digunakan
secara optimal dan lestari (Hardjowigeno & Widiatmaka, 2007). Hasil
evaluasi lahan juga akan memberikan informasi atau arahan penggunaan lahan yang
diperlukan, dan akhirnya nilai harapan produksi yang akan diperoleh (Djaenudin
et al, 2003).Sistem evaluasi lahan yang sering dilakukan untuk perencanaan
penggunaan lahan secara berkelanjutan meliputi klasifikasi kemampuan lahan,
klasifikasi kesesuaian lahan dan klasifikasi kesuburan tanah.
Klasifikasi kemampuan (kapabilitas)
lahan merupakan klasifikasi potensi lahan untuk penggunaan berbagai sistem
pertanian secara umum tanpa menjelaskan peruntukkan untuk jenis tanaman
tertentu maupun tindakan-tindakan pengelolaannya (Sutanto, 2005). Tujuannya
adalah untuk mengelompokkan lahan yang dapat diusahakan bagi pertanian
berdasarkan potensi dan pembatasnya agar dapat berproduksi secara
berkesinambungan. Pada sistem klasifikasi ini lahan dikelompokkan tiga
kategori, yaitu kelas, subkelas, dan satuan (unit) kemampuan atau pengelolaan
(Rayes, 2007).
Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah tingkat
kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu, yang merupakan salah satu
komponen penting dalam kajian penilaian agroekologi (Silva & Blanco, 2003).
Pemahaman kesesuaian lahan merupakan hal yang sangat penting untuk kepentingan
ilmiah maupun penentuan kebijakan (Heumann et al., 2011). Kesesuaian
lahan adalah tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu penggunaan
tertentu yang lebih spesifik dari kemampuan lahan. Perbedaan dalam tingkat
kesesuaian ditentukan oleh hubungan antara keuntungan dan masukan yang
diperlukan sehubungan dengan penggunaan lahan tersebut, termasuk perubahan
sebaran geografi tanaman karena pengaruh perubahan iklim (Hood et al.,
2006). Jenis tanah dan iklim merupakan faktor penting yang mempengaruhi
produktifitas tanaman, kesesuaian teknologi yang akan diterapkan dalam usaha
budidaya misalnya pemupukan, irigasi, perkiraan iklim untuk penyusunan pola
tanam (Jarvis et al., 2008). Manfaat evaluasi kesesuaian lahan adalah
memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan
penggunaannya, serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan
alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil.
Klasifikasi Kesuburan
Tanah
Klasifikasi kesuburan tanah adalah
sistem klasifikasi yang mengelompokan tanah berdasarkan pada kendala kesuburan
tujuannya untuk mendapatkan cara-cara pengelolaan kesuburan tanah yang tepat
pada setiap tanah yang memiliki kesuburan berbeda, sebagai alat untuk
menginterpretasi hasil laporan survei tanah agar dapat dimanfaatkan untuk
keperluan penilaian status kesuburan dan cara pengelolaanya. Kemampuan lahan
merupakan pencerminan kapasitas fisik lingkungan yang dicerminkan oleh keadaan
topografi, tanah, hidrologi, dan iklim, serta dinamika yang terjadi khususnya
erosi, banjir dan lainnya. Kombinasi karakter sifat fisik statis dan dinamik
dipakai untuk menentukan kelas kemampuan lahan, yang dibagi menjadi 8 kelas.
Kelas I mempunyai pilihan penggunaan yang banyak karena dapat diperuntukan
untuk berbagai penggunaan, mulai budidaya intensif hingga tidak intensif,
sedangkan kelas VIII, pilihan peruntukannya sangat terbatas, yang dalam hal ini
cenderung diperuntukan untuk kawasan lindung atau sejenisnya (Rustiadi et al.,
2010).
Teknologi Sistem Informasi Geografi dalam Pemetaan Lahan
Sistem Informasi Geografi (SIG)
dikenal sebagai suat teknologi dengan berbagai kemampuan terkait dengan
pengelolaan basis data, analisis keruangan, dan penampilan hasil-hasil analisis
keruangan. Dengan sistem ini, berbagai analisis keruangan berbasis peta (map
analysis) dan tabel (tabular analysis) dapat dilakukan dengan cepat,
mudah, dan akurat. Sistem ini juga mampu mengintegrasikan kedua format data
tersebut sehingga mempermudah para pengambil keputusan/pelaku pembangunan untuk
mengambil keputusan/kebijakan yang berdimensi keruangan (spatial) sehingga
untuk dapat melakukan perekaman basis data diperlukan bahan berupa data
sekunder, peta-peta dasar, atau citra satelit. Sedangkan peralatan yang
diperlukan berupa peralatan survey lapangan dan pengambilan contoh tanah, alat
untuk analisis laboratorium, seperangkat komputer untuk olah data SIG dan data
statistik, serta alat pengukuran uji lapangan.Tahapan kegiatan dalam
pengelolaan dan pengembangan kebun percobaan berbasis SIG antara lain seperti
terlihat pada gambar 1, yaitu :
1.
Penyiapan
Peta Dasar dan Data Sekunder
ü Menyediakan dan mengkaji beberapa peta
dasar dan data sekunder yang mendukung kegiatan penelitian
ü Peta Dasar : Peta Administrasi, Peta
Rupabumi dan Peta Geologi
ü Data Sekunder : kabupaten/kecamatan
dalam angka dan data iklim.
2. Tumpangsusun (overlay) dan
Digitasi Peta
ü Menyiapan Peta Citra Satelit tahun
2014
ü Melakukan tumpangsusun (overlay)
3 peta tersebut
ü Melakukan digitasi dan interpretasi
peta untuk menghasilkan Peta Operasional sebagai panduan dalam melakukan survei
lapangan.
3.
Survei
Lapangan dan Pengambilan Contoh Tanah
ü Menyiapkan alat pengukuran uji
lapangan, seperti: GPS (Global Positioning System), meteran, skop,
plastik sampel, spidol permanent, label, dll.
ü Melakukan deskripsi profil tanah pada
lokasi satuan petak tanah terpilih.
ü Melakukan deskripsi bentanglahan,
seperti: penggunaan lahan, kerusakan lahan, vegetasi, dll.
ü Melakukan pengambilan sampel tanah.
4.
Tabulasi
Data
ü Melakukan tabulasi data deskripsi
profil tanah dan bentanglahan.
ü Melakukan tabulasi data hasil
wawancara.
5.
Analisis
Laboratorium
Parameter yang dianalisis pada contoh
tanah adalah:
ü Tekstur, dengan metode pipet
ü Kapasitas Pertukaran Kation (cmol),
diukur dengan NH4OAc, pH 7,0
ü Kejenuhan Basa (%), dengan NaCl 10%
ü
pH
H2O, diukur dengan menggunakan alat pH meter
ü
C-organik
(%), dengan metode Kurmies
ü
Salinitas
/ DHL (dS/m)
ü Alkalinitas / ESP (%), yang dihitung
berdasarkan nilai Na+, Ca++ dan Mg++ dengan NH4OAc, pH 7,0
6. Analisa Data
Melakukan analisis data
sebagai berikut :
ü
Analisis
data statistik dan SIG
7. Analisis Evaluasi
Kesesuaian lahan
berdasarkan kriteria kesesuaian tanah dan iklim tanaman pertanian dan petunjuk
teknis evaluasi lahan untuk komoditas pertanian.
Sumber Data Spasial
Beberapa
sumber data spasial antara lain :
1.
Peta Analog
Peta analog dapat berupa
peta topografi, peta tanah dan sebagainya, yaitu peta dalam bentuk cetak. Peta
analog dibuat dengan teknik kartografi yang memiliki referensi spasial seperti
koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya. Contoh penggunaan peta analog
(SIG) seperti pada Kebun Percobaan Cahaya Negeri yang secara geografis terletak
pada 04o o
52,014' lintang selatan dan 10439,769' Bujur Timur, dengan
ketinggian 230 m diatas permukaan laut. Jenis tanah latosol dan podsolik merah
kuning, tingkat keasaman tanah (pH) 5-6. Tipe iklim C2 menurut Oldeman, dengan
curah hujan 2000 – 3000 mm per tahun.
Contoh Pemetaan
2.
Data
Sistem Penginderaan Jauh
Data sistem penginderaan
jauh dapat berupa citra satelit dan foto udara. Data penginderaan jauh ini
dapat dikatakan sumber data terpenting bagi SIG karena ketersediaannya secara
berkala. Dengan adaya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya
masing-masing, maka sumber data ini dapat menerima berbagai jenis citra satelit
untuk beragam tujuan pemakaian termasuk dalam pemetaan kebun percobaan.
Contoh penggunaan penginderaan jauh
dengan citra satelit dalam penetapan sebaran pohon
Sumber Data Atribut
Data pengukuran lapangan yang
dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri, pada umumnya data ini
merupakan sumber data atribut, seperti batas administrasi, batas kepemilikan
lahan, batas persil, batas hak pengusahaan. Data pengukuran lapang dapat
mempergunakan teknologi GPS kompas, dan theodolite.
Kesimpulan
Pengelolaan data dasar tanah dan kelas
lahan berbasis (SIG) akan didapatkan distribusi spasial (keruangan) jenis dan
tingkat kesuburan tanah, serta faktor-faktor pembatas yang ada sehingga dapat
mempermudah perencanaan pengembangan jenis-jenis komoditas pertanian dan
penggunaan lahan yang sesuai dengan potensi sumber daya lahan di kebun
percobaan. Dalam konsep pengembangan kebun percobaan harus mempertimbangkan
aspek konservasi tanah dan air terpadu karena sangat mendukung terhadap
kesuburan fisika, kimia, dan hayati tanah; kerapatan vegetasi akan menjamin
kadar humus dalam tanah tinggi sehingga akan meningkatkan porositas total tanah
dalam kerangka pemanfaatan lahan secara harmonis, menyeluruh (holistic)
dan terpadu (integrated) serta berkelanjutan (sustainable) untuk
berbagai peruntukan.
Daftar Pustaka
Barus, B. & Wiradisastra, U.S.
2000. Sistem Informasi Geografi. Laboratorium Penginderaan Jauh dan
Kartografi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Barus, B. 2005. Kamus SIG (Sistem
Informasi Geografis). SOTIS (Studio Teknologi Informasi Spasial). Bogor.
Buchori, I. 2010. Penggunaan Sistem
Informasi Geografis (SIG) dalam Perencanaan Tata Ruang. Buletin Tata Ruang:
Ruang Untuk Ekonomi Masyarakat. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional.
Jakarta Halaman: 20-25.
Beek, K.J. 1978. Land Evaluation For
Agricultural Development. Publication No. 23. International Institut of Land
Reclamation and Improvement (ILRI) Wageningen.
Djaenudin, D., Hidayat, A., &
Suhardjo, H. (2003). Petunjuk teknis evaluasi lahan untuk komoditas
pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak [ie Puslitbangtanah],
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
FAO. 1976. A Framwork for Land
Evaluation. FAO Soil Bulletin No. 32. Rome.
FAO. 1990. Land Evaluation for Farming
System Analysis for Land Use Planning. FAO
Guidelines. Working Group Buletin July
1990.
Hardjowigeno, S dan Widiatmaka. 2007.
Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Heumann, B.W., S. J. Walsh, P.M. &
McDaniel. 2011. Assessing the application of a geographic presence-only model
for land suitability mapping. Ecological Informatics 6:
257–269 p.
Hood, A.C., B. Hossain, & K.
Sheffield. 2006. Options for Victorian agriculture in a ‘‘new’’ climate: pilot
study linking climate change and land suitability modelling. Environ. Model.
Softw. 21. 1280–1289.
Jarvis, A., Lane,A. & Hijmans.
R.J. 2008. The effect of climate change on crop wild relatives. Agr. Ecosyst.
Environ. 126. 13–23.
Rayes, L. 2007. Metode Inventarisasi
Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
Rustiadi, E., Barus. B., Prastowo,
& Iman, L.S. 2010. Kajian Daya Dukung Lingkungan Hidup Provinsi Aceh.
Crestpent Press. Jakarta.
Sastrohartono, H. (2011). Evaluasi
Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Dengan Aplikasi Extensi Artificil Neural
Network (ANN. avx) Dalam ArcView GIS. Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Stiper: Yogyakarta.
Silva, C.A., L. & Blanco. 2003.
Delineation of suitable areas for crops using a multi-criteria evaluation
approach and land use/cover mapping: a case study in Central Mexico. Agr. Syst.
77. 117–136.
Sunarminto, B.H. 2000: Manfaat seresah
dan biomas dalam mendukung ketersediaan hara tanah pada hutan tanaman Acacia
mangium. Prosiding Seminar Nasional Status Silvikultur 1999. 303-306 h.
Sunarminto, B.H. 2003: Konservasi air
tanah dan lingkungan secara terpadu di Kecamatan Cangkringan. Kabupaten Sleman.
Laporan Research Grant KKN Tematik. DUE-like Batch IV UGM.
Sutanto. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta.