emoticon

Senin, 16 Oktober 2017

PKT Edamame

PENGELOLAAN KESEHATAN
TANAMAN EDAMAME (Glycine max Merr)



A.    PERSIAPAN

       1.      Pengambilan keputusan dan analisis usaha tani
Edamame berasal dari bahasa Jepang. Eda artinya cabang dan mame artinya kacang, edamame berarti buah yang tumbuh di bawah cabang. Di Indonesia edamame mulai diitanam di Bogor tahun 90-an. Perbedaan kedelai edamame dengan kedelai yang biasa kita ketahui adalah edamame bijinya sangat besar(>30g/100 biji), rasa lebih manis, dan tekstur lebih lembut dibandingkan kacang kedelai biasa.
Kedelai Edamame dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan subtropis pada suhu cukup panas dan curah hujan yang relatif tinggi, sehingga kedelai ini cocok ditanam di Indonesia, terutama di wilayah Bogor. Waktu panen kedelai edamame relatif singkat dibandingkan kedelai biasa,karena kedelai edamame dipanen pada saat kedelai masih hijau. Secara ekonomi kedelai edamame mempunyai peluang pasar yang cukup besar, baik pemintaan pasar domestik maupun luar negeri. Tingginya permintaan pasar terhadap kedelai edamame menjadi daya tarik para petani untuk meningkatkan terus produksi kedelai edamame.
Permintaan negara Jepang terhadap kedelai edamame asal Indonesia terus meningkat. Total  kebutuhan pasar edamame beku di Jepang berkisar antara 150.000-160.000ton/tahun. Kebutuhan Jepang terhadap edamame tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negerinya, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya, Jepang mengimpor edamame dari berbagai negara. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor kedelai edamame ke Jepang. Pada tahun 2005 Indonesia memasok pasar edamame Jepang sebesar 665 ton edamame segar beku yaitu setara dengan 0,96% kebutuhan impor edamame Jepang. Menurut Soewanto et al (2007) impor Jepang akan edamame beku terus meningkat dari tahun ke tahunnya, mencapai 60.000-70.000ton/tahun.
Budidaya Kedelai Edamame memerlukan perawatan khusus untuk menghasilkan produksi yang optimal. Perawatan khusus tersebut adalah lahan yang ditanami edamame harus bebas dari tanaman/rumput liar. Pengecekan atau pengontrolan harus dilakukan sesering mungkin agar mencegah tumbuhnya tanaman/rumput liar, karena akan mengganggu pertumbuhan kedelai edamame. Selain mengontrol dalam hal gulma, pengairan juga harus diperhatikan karena kedelai edamame ini mudah busuk apabila tanaman tergenang.
Analisis Biaya :
No.
Jenis Biaya
Volume
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Biaya Tetap



1
Sewa Lahan
1
Ha

800.000
Jumlah

800.000
Biaya Tidak Tetap

1
Benih
30
kg
50.000
1.500.000
2
Pupuk Organik


Pupuk Kandang
70
karung
10.000
700.000
3
Pupuk Sintetis


PONSKA
250
kg
2.500
625.000

TSP
250
Kg
2.500
625.000

KCL
250
Kg
3.000
750.000

ZA
250
kg
1.300
325.000

NPK
30
kg
10.000
300.000



4
Pestisida Nabati
40
jirigen
5.000
200.000

Perangkap hormon sex feromon
250
buah
160.000
380.000

Tanaman Refugia
1
Ha
-
300.000






5
Tenaga Kerja


Pengolahan Tanah
10
HOK
25.000
250.000

Penanaman
10
HOK
15.000
150.000

Pemupukan
10
HOK
15.000
150.000

Penyiangan
8

15.000
120.000

Penyemprotan
10

25.000
250.000

Pemanenan
10

15.000
150.000

Jumlah


Total Biaya Produksi
7.575.000

Hasil Panen Edamame
1.800
kg



Harga Jual Edamame/ Kg
1
kg
6.500


Pendapatan
11.700.000

Keuntungan
4.125.000

BEP Produksi
1.165/kg

BEP Harga
4.208/kg

B/C Ratio
0,54

R/C Ratio
1,54
Berdasarkan hasil perhitungan diatas untuk budidaya edamame memerlukan biaya produksi sebesar 7.575.000 dengan pendapatan sebesar 11.700.000 sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp4.125.000. Break event point (BEP) akan dicapai pada produksi 1.165 kg. Budidaya kedelai edamame ini menguntungkan karena nilai B/C > 0, dan R/C > 1.
·           Break event point (BEP) yang menunujukkan suatu usaha tidak untung ataupun rugi.
·           Return cost retio (R/C) yang merupakan perbandingan jumlah penerimaan dengan perbandingan jumlah total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan untung apabila R/C > 1.
·           Benefit cost ratio (B/C) suatu  usaha akan dianggap untung apabila hasil dari B/C rasio > 0.

2       2.      Pengumpulan berbagai macam informasi, mengenai :
Ø  Potensi genetik tanaman
Edamame merupakan tanaman legume semusim berupa semak rendah , tumbuh tegak, daun lebat, dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman berkisar antara 30 sampai lebih dari 50 cm, bercabang sedikit atau banyak, bergantung pada varietas dan lingkungan hidupnya. Daun pertama yang keluar dari buku sebelah atas kotiledon berupa daun tunggal berbentuk sederhana dan letaknya berseberangan (unifoliolat). Daun-daun yang terbentuk kemudian adalah daun-daun trifoliolat (daun bertiga).
Periode tumbuh edamame ada dua yaitu  Periode Vegetatif dan Periode Generatif. Pada periode vegetatif adalah periode tumbuh dari munculnya tanaman di permukaan tanah sampai pertumbuhan vegetatif berakhir sebelum munculnya bunga pertama, yaitu sekitar 20-25 HST. Periode Reproduktif dimulai sejak kuncup-kuncup daun berkembang membentuk kelompok-kelompok bunga hingga perkembangan polong, biji, dan saat matang (mature). Bunga kedelai tergolong sempurna yaitu setiap bunga memiliki alat kelamin jantan dan betiina. Polong pertama nampak sekitar 10-14 hari setelah munculnya bunga pertama.
Varietas edamame yang pernah dikembangkan di Indonesia seperti Ocunami, Tsurunoko, Tsurumidori, Taiso dan Ryokkoh adalah tipe determinit, dengan bobot biji relatif sangat besar. Kedelai biasa (grain soybean) dikatakan berbiji sedang jika bobot 100 bijinya berksiar antara 11-15 g, dan berbiji besar bila bobot 100 biji lebih dari 15 g. Saat ini varietas yang dikembangkan untuk produk edamame beku adalah Ryokkoh asal Jepang dan R 75 asal Taiwan. Ukuran warna, dan bentuk biji edamame bervariasi, yakni: (i) bobot 30-50 g/100 biji, (ii) warna biji kuning hingga hijau, (iii) bentuk biji bulat hingga bulat telur, dan (iv) warna hilum gelap hingga terang. Warna bunga varietas Ryokkoh putih, sedangkan varietas lainnya ungu.

Ø  Faktor-faktor yang dapat membatasi tanaman mencapai potensi genetik penuh
a.       Hama dan Penyakit
Hama yang menyerang edamame yaitu ulat grayak, ulat jengkal, trips, aphids, Bimesia tabaci, kepik dan penyakit karat daun. Gejala penyakit antharaksnosa, cercospora, fusarium, dan phytium dapat terlihat secara visual. Hama dapat menyerang bagian-bagian tanaman yang berbeda pada setiap tahap pertumbuhan tanaman. Lalat bibit (Agromyza sp.) membuat terowongan di bagian tengah (empulur) batang, setelah kotiledon muncul dari dalam tanah. Hama penggerek buah Etiella sp. menyerang tanaman sejak fase pembungaan. Ulat penggulung daun menyerang sepanjang stadia tumbuh, demikian juga ulat grayak (Spodoptera litura). Hama Belalang menyerang bagian batang dan daun sehingga tanaman patah dan daun rusak (pada saat tanaman umur 1 MST ) , dan menyerang saat tanaman berbunga dan membentuk polong . Hama walangsangit, lalat buah, kepik hijau (Nezera viridula), kutu daun (Aphis glicines matsumura) dan ulat buah (Helicoverpa armigera).menyerang saat tanaman berbunga dan membentuk polong
b.      Tanaman Edamame sangat peka terhadap panjang hari (fotoperiod) karena tanaman edamame ini merupakan tanaman berhari pendek yang berarti tanaman tidak akan berbunga bila lama penyinaran (panjang hari) melampau batas kritis. Faktor utama yang mempengaruhi pembentukan bunga tanaman edamame ini adalah periode gelap yang dialaminya setiap hari. Pada umumnya tanaman edamame tidak akan berbunga apabila periode gelap yang diterimanya tiap hari kurang dari 10 jam dan lebih cepat berbunga apabila periode gelap 14-16 jam/hari.
c.       Air menjadi faktor pembatas untuk menghasilkan edamame yang optimum , berkurangnya ketersediaan air tanah akan mempengaruhi proses fisiologis dan metabolisme tanaman, gangguan penyerapan hara serta dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sehingga menurunkan prooduksi polong. Pengairan yang menggenang dapat mengakibatkan tanaman edamame busuk.
d.      Gulma dan tanaman liar yang tumbuh disekitar lahan tanaman edamame akan menghambat pertumbuhan edamame karena terjadi persaingan nutrisi

Ø  Metode yang tersedia untuk mangatasi faktor – faktor pembatas
a.       Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman edamame merupakan kegiatan yang sangat penting. Kerugian akibat serangan hama dapat mencapai lebih dari 40%. Pengendalian hama dan penyakit dimulai sejak benih akan ditanam, yaitu dengan perlakuan rawat benih (seed treatment) menggunakan Biopestisida untuk pengendalian awal terhadap hama lalat bibit dan cendawan. Cara pengendalian untuk setiap hama berbeda. Aplikasi pestisida nabati pertama dilakukan 3-5 hari setelah benih berkecambah dan muncul di permukaan tanah (emergence), untuk mencegah serangan hama agromyza. Untuk mencegah serangan hama penggerek polong, penyemprotan insektisida dilakukan menurut kebutuhan dan pertimbangan ekonomis. Sistem pengendalian hama dan penyakit pada tanaman edamame adalah: (1) terjadwal/kalender, dan (2) monitoring. Sistem terjadwal/ kalender ditujukan terhadap hama atau penyakit yang sulit dideteksi dengan pengamatan langsung seperti hama Agromyza dan Etiella. Pengendalian dilakukan dengan cara pemberantasan langsung menggunakan pestisida nabati pada fase atau umur tertentu tanaman dimana hama atau penyakit tersebut mulai menyerang.
b.      Agar Tanaman edamame cepat berbunga pencahayaan tambahan yang diatur efisien dengan penambahan cahaya dari bola lampu setelah matahari terbenam.
c.       Agar tanaman edamame tidak kekurangan suplay air maka dibuat irigasi yang baik dapat berupa waduk sehingga saat musim kemarau tidak kekurangan air dan saat musim penghujan air tidak menggenangi tanaman edamame
d.      Melalukan pengontrolan dan penyiangan secara rutin selain untuk mengontrol hama dan penyakit juga terhadap gulma atau tanaman liar yang tumbuh di lahan tanaman edamame. Gulma-gulma dicabut secara manual dan bagian tanaman yang terserang penyakit dipetik agar tidak menyebabar dan menularkan penyakit ke tanaman lainnya

Ø  Kondisi lahan yang dibutuhkan tanaman
Suhu yang optimal untuk proses perkecambahan edamame sekitar 30°C, sedangkan untuk pembungaan 24-25°C. Edamame termasuk tanaman hari pendek sehingga tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam perhari. Pertumbuhan edamame optimum pada ketinggian tidak lebih dari 500 mdpl dan tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hungan sekitar 100-400 mm/bulan dengan rata-rata curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Kedelai edamame dapat tumbuh baik pada tanah-tanah aluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Selain itu menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya bahan organik. Keasamaan tanah (pH) yang cocok untuk berkisar antara 5,8-7,0.

  1. Pemeliharaan Lahan
Lahan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman adalah persyaratan usaha yang harus tersedia, dengan agroklimat dan pengairan yang optimal. Tiga bulan sebelum tanam sudah harus ada kepastian lahan yang akan ditanami, dan selambatnya satu bulan sebelum tanam lahan sudah diolah dan dipersiapkan untuk budi daya edamame. Persiapan lahan untuk tanaman edamame dapat dilakukan tanpa pengolahan tanah bila ditanam di sawah setelah padi dan pengolahan tanah. Pada tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning, harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapur dapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah kemudian dicampur sedalam lapisan olah tanah + 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim tanam dengan dosis 2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan pH tanah sudah meningkat sesuai dengan yang diinginkan.
Pada musim kemarau kedelai edamame dapat ditanam pada tanah berstruktur sedang sampai agak berat. Tanah dengan kondisi demikian dapat menahan air dalam tanah sehingga cocok untuk mengantisipasi berkurangnya air pengairan. Pada musim hujan edamame harus ditanam pada tanah berstruktur ringan sampai sedang, karena lebih mudah meloloskan air dalam tanah dan tidak mudah terjadi penggenangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan direncanakan dengan matang dalam memilih lahan adalah: - Luasan lahan disesuaikan dengan program usaha, dengan membuat perencanaan perolehan lahan minimal tiga bulan sebelum penanaman.

  1. Pemeliharaan kultivar tanaman
Melakukan pemilihan varietas kedelai edamame dan benih yang berkualitas. Banyak Varietas edamame yang telah dikembangkan di Indonesia dan bisa dipilih untuk budidaya edamame seperti Ocunami, Tsurunoko, Tsurumidori, Taiso dan Ryokkoh adalah tipe determinit, dengan bobot biji relatif sangat besar.

  1. Pemeliharaan metode produksi
Melakukan pembumbunan pada lahan yang ditanami kedelai edamame agar kelembaban terjaga dan air yang diberikan tidak mudah menguap sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik untuk proses metablisme tanaman edamame tersebut.
Melakukan kontrol terhadap tanaman edamame yang ditanam, apabila ada yang tidak tumbuh maka dilakukan penyulaman.
Memotong bagian tanaman yang terserang hama dan penyakit agar tidak menyebar ke bagian tanaman lainnya.

  1. Pemilihan masukan yang diaplikasikan
Menggunakan pemeliharaan secara PHPT yaitu dengan memanfaatkan tanaman refugia, pestisida nabati dan perangakap sex feromon untuk mengurangi atau menekan hama dan penyakit tanaman edamame

B.     PELAKSANAAN
            1.      Jadwal Tanam
Edamame dapat dibudidayakan sepanjang tahun, dengan menyesuaikan persyaratan yang harus dipenuhi. Namun secara umum, kegiatan tanam dapat dibedakan atas tiga periode waktu, yaitu:
·         Januari – April: basah – basah
·         Mei – Agustus: kering - kering
·         November – Januari: kering - basah
Dengan mempertimbangkan pasar, penanaman edamame dapat dilaksanakan pada bulan November-April. Periode tersebut sesuai dengan ekspor ke Jepang pada saat importir di Jepang bersiap-siap menghadapi musim panas, yang merupakan puncak konsumsi edamame. Namun, mengingat pasokan edamame dari Indonesia masih kecil, maka di luar musim puncak (top season) tetap diharapkan selalu tersedia stok, sehingga penanaman perlu dilakukan sepanjang tahun.
Untuk mempermudah operasionalisasi di lapangan, baik untuk tanam maupun kegiatan lainnya, maka satu tahun dibagi menjadi 52 minggu tanam, atau 52 TMK (Tanam Minggu Ke), sehingga dapat dibuat perencanaan kerja yang matang dan baik secara mingguan, yang meliputi: (1) pencarian lahan, (2) persiapan tanam, (3) tanam/pemeliharaan, (4) panen (5) pengolahan, dan (6) ekspor.

2    2.      Penyiapan Lahan
Kegiatan diawali dengan observasi untuk mengetahui kemiringan lahan pada lokasi yang akan dikelola, guna menentukan langkah yang akan diambil berupa:
·         Arah saluran, pemasukan dan pengeluaran air, sanitasi, sistem pembukaan tanah, penentuan jalan ke lokasi dan di dalam lokasi (pengangkutan saprodi dan hasil panen), membuat jadwal kegiatan, kebutuhan tenaga, dan biaya.
·         Pemasangan patok atau tanda-tanda yang diperlukan.
·         Menuangkan program dalam bentuk sketsa/denah, gambar atau daftar untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan dan pengawasan.
Selain berfungsi untuk pendistribusian air di dalam lokasi, saluran air juga berfungsi untuk menurunkan permukaan air tanah atau menurunkan kejenuhan air tanah yang akan menjadi media perakaran. Ada dua macam saluran yang diperlukan yaitu:
·         Saluran keliling, dibuat mengelilingi lokasi dengan lebar 50 cm, dalam 50 cm, untuk memisahkan areal pertanaman edamame dengan sawah petani.
·         Saluran tengah, dalam areal pertanaman searah dengan kemiringan lahan dengan lebar 50 cm dan dalam 40 cm.
·         Jarak antar saluran 11 m pada tempat yang kondisinya cenderung basah dan 22 m pada tempat dengan kondisi kering.
·         Dalam pembuatan jalan untuk pengaawasan pertanaman perlu dipastikan lahan yang akan digunakan. Apabila dapat menggunakan pematang akan lebih baik karena menghemat penggunaan lahan budi daya, tetapi bila masih kurang memadai perlu dibuat agar intensitas pengawasan ke semua bedengan dapat dengan mudah dilakukan.

3.      Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk budi daya edamame ditujukan untuk meratakan dan menggemburkan tanah dalam bentuk bedengan-bedengan. Pengolahan tanah meliputi:
·         Pembukaan tanah. Berfungsi membuka dan membalik tanah di permukaan, dan membentuk bongkahan-bongkahan kecil tanah sampai kedalaman 20-25 cm sebelum dibuat bedengan. Sesuai dengan jenis dan kondisi tanah, serta cuaca dapat dipilih alat yang tepat seperti bajak traktor, bajak sapi, cangkul total, lempak atau kombinasi dari alat-alat tersebut, dengan mempertimbangkan mutu hasil olahan dan besarnya biaya.
·         Pembuatan bedeng. Bedengan untuk penanaman benih edamame, dibuat dengan cara menghancurkan ulang tanah hasil pembukaan tanah pertama, sehingga menjadi rata dan gembur dengan lebar 1 m, panjang 10 m, dan tinggi 20-25 cm, jarak antarbedeng 50 cm. Dengan ukuran tersebut didapatkan 600 bedengan/ha. Teknik tanam ini dapat mengatasi berbagai macam situasi cuaca, sehingga membuat edamame disebut sebagai tanaman “segala musim”.

4 4.      Jarak Tanam
Benih edamame di tanam di atas permukaan bedengan setelah disebar pupuk kandang dan pupuk dasar, permukaan rata dan gembur, bersih dari gulma dan dalam kondisi lembab. Untuk memperoleh produksi optimal maka penanaman benih dilakukan dengan jari tangan. Lubang benih dibuat dengan ibu jari dan telunjuk, ditekan ke dalam bedengan tanah sedalam 2,0-3,0 cm. Sebagai pedoman untuk ukuran kedalaman penempatan benih adalah ruas satu telunjuk jari tangan. Dengan cara ini, kedalaman lubang benih tetap terjaga sehingga pertumbuhan kecambah tidak akan terganggu akibat lubang tanam yang terlalu dalam. Ke dalam setiap lubang tanam dimasukkan satu butir biji benih edamame, kemudian lubang ditutup dengan tanah secara merata dan tidak dipadatkan (untuk menutup benih agar tetap berada di tempatnya dan menjaga kelembaban benih). Mulsa jerami ditebarkan sejajar dengan lebar bedengan. Mulsa diletakkan tidak terlalu rapat dan padat, namun dapat menutupi permukaan bedeng secara merata, kemudian segera dilakukan penyiraman air dengan menggunakan gembor agar mulsa (yang basah tersiram air) tidak terbang tertiup angin dan tetap melekat pada permukaan tanah. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penanaman adalah:
·         Tanah bedengan lembab (kapasitas lapang)
·         Jarak tanam 20 cm x 20 cm
·         Benih yang akan ditanam adalah 250 butir untuk setiap bedeng + 20% cadangan, sehingga menjadi 300 butir/bedeng, atau populasi tanaman 180.000 pohon/ha
·         Pada umumnya benih berjumlah 2.750 butir/kg, dan diperlukan benih 65,5 kg/ha
·         Mulsa jerami dihamparkan merata di atas permukaan bedengan (tidak terlalu tebal) yang telah ditanami, untuk menjaga kelembaban tanah bedengan.

5   5.      Pemantauan Daya Tumbuh dan Penyulaman
Pemantauan daya tumbuh benih perlu dilakukan untuk memastikan benih yang telah ditanam dapat berkecambah dan tumbuh normal, sehingga populasi tanaman yang hidup tiap hektar sesuai dengan yang direncanakan. Penyulaman tanaman diperlukan karena tidak semua benih dapat tumbuh normal. Namun penyulaman tanaman edamame berbeda dengan kedelai biasa. Penyulaman kedelai biasa menggunakan benih, sedang penyulaman edamame adalah dengan cara tanam pindah (transplanting), menggunakan bibit yang sudah ditumbuhkan terlebih dahulu di dalam bilik pembibitan atau nursery. Penyemaian benih di bilik pembibitan dilakukan bersamaan dengan saat tanam benih di lapang. Penggunaan bibit transplant untuk penyulaman diperlukan karena pertumbuhannya sangat pesat. Apabila penyulaman tidak menggunakan bibit transplant, pertumbuhan tanaman tertinggal karena adanya persaingan dengan tanaman-tanaman yang sudah tumbuh terlebih dulu, khususnya dalam mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Penyulaman dilaksanakan pada saat tanaman berumur 7-10 hari.

6  6.      Pemupukan
a.       Pupuk kandang dan pupuk dasar Penebaran pupuk kandang dilakukan 5-7 hari sebelum tanam, disebar rata di atas permukaan bedengan, dengan dosis 10-20 m³ pupuk kandang/ha. Penebaran pupuk dasar anorganik dilakukan 2-3 hari sebelum tanam dengan cara disebar merata di atas bedengan dan diaduk sampai tercampur dengan tanah. Pupuk dasar yang digunakan secara umum adalah:
         urea : 50-75 kg/ha
         SP36 : 150-250 kg/ha
         ZK : 50-75 kg/ha Takaran pupuk yang tepat perlu dihitung, bergantung pada hasil analisa tanah atas kandungan unsur N, P dan K.
b.      Pupuk susulan Pemupukan susulan tanaman edamame perlu dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hara pada masa pertumbuhan, yaitu masa pertumbuhan vegetatif atau sebelum fase pembungaan (umur 14-20 HST). Pada fase pembungaan, pembentukan polong dan pengisian polong tidak diperlukan lagi pemberian pupuk susulan. Pada fase-fase tersebut cadangan makanan (unsur hara) dalam tanah diupayakan telah cukup tersedia, termasuk yang digunakan oleh tanaman pada fase pertumbuhan generatif. Perlu ditambahkan unsur hara ke dalam tanah, yaitu unsur N yang diperoleh dari pupuk ZA dan urea, dan K dari pupuk ZK yang diaplikasikan pada umur 14- 20 HST. Takaran pupuk susulan perlu diperhitungkan dengan kondisi tanaman, cuaca, pupuk dasar yang telah diberikan, dan waktu serap pupuk. Faktor yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan pemberian pupuk susulan adalah:
         Bedengan bersih dari gulma (setelah penyiangan)
         Cara pemupukan:
-          Pupuk ZA dan ZK sesuai takaran dicampur sampai rata.
-          Pupuk campuran tersebut ditugal atau ditebar merata di antara tanaman.
-          Diusahakan pupuk dapat meresap ke dalam tanah dengan baik (setelah pemupukan dilakukan penyiraman).
         Secara umum takaran pupuk susulan yang digunakan adalah:
-          urea : 25-50 kg/ha
-          ZA : 50-75 kg/ha
-          ZK : 50-75 kg/ha

7  7.      Pengairan
Pemberian air pada tanaman edamame sangat penting artinya untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar mampu berproduksi maksimal. Prinsip pengairan adalah mengupayakan pemberian air yang cukup dan tepat waktu pada fase-fase pertumbuhan tanaman. Ada 2 macam teknik pengairan tanaman edamame, yaitu:
·       Penyiraman tanaman/bedengan dengan menggunakan alat gembor.
·       Penggenangan selokan dengan cara memasukkan air ke dalam selokan diantara bedengan sampai ketinggian 2/3 tinggi bedengan selama 1-2 jam, kemudian air dialirkan ke saluran pembuangan sampai tuntas.
·       Pengairan diperlukan setiap 7-10 hari sekali (bila tidak ada hujan) bergantung pada jenis tanah.
Fase-fase pertumbuhan kritis yang memerlukan pengairan adalah:
·         Fase pekecambahan, umur 0-10 HST
·         Fase pertumbuhan vegetatif, umur 11-25 HST
·         Fase pembungaan, umur 25- 30 HST
·         Fase pembentukan dan pengisian polong, umur > 35 HST
·         Fase panen, umur > 58 HST

8  8.      Penyiangan dan Tutup Blok
Penyiangan pada dasarnya diperlukan untuk mengendalikan atau membersihkan rumput atau tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh pada areal pertanaman edamame. Tujuan penyiangan adalah untuk menghindari persaingan antara tanaman dengan gulma dalam memperoleh unsur hara, membuang gulma sebagai inang hama/penyakit, dan memudahkan tahapan pemeliharaan selanjutnya. Penyiangan dilakukan 2-3 kali (Tabel 2) atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma yang ada dipertanaman. Rumput atau gulma yang sering tumbuh di areal pertanaman edamame adalah:
·      Krokot atau krayap
·      Bayam berduri (Amarantus sp.)
·      Rumput teki (Ciperus rotundus)
·      Rumput grinting (Cinodon dactilon)
Gulma krokot atau krayap lebih efektif dikendalikan dengan penyemprotan herbisida pra tumbuh seperti Ronstar dengan dosis 2 l/ha, 3 cc untuk 1 liter air, 2-5 hari sebelum tanam. Jenis gulma yang lain masih harus dikendalikan secara manual, dicabut, atau dikoret dengan cangkul kecil.
Tutup blok adalah menutup pangkal batang tanaman dengan menaikkan tanah dari kiri kanan bedengan, sekaligus membersihkan dan mencegah tumbuhnya gulma di permukaan bedengan. Penutupan pangkal batang akan merangsang tumbuhnya akar adventif yang memperkuat serapan hara maupun tegaknya tanaman. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 10-15 HST.


9  9.      Pengendalian OPT
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman edamame merupakan kegiatan yang sangat penting. Kerugian akibat serangan hama dapat mencapai lebih dari 40%. Pengendalian hama dan penyakit dimulai sejak benih akan ditanam, yaitu dengan perlakuan rawat benih (seed treatment) menggunakan Biopestisida untuk pengendalian awal terhadap hama lalat bibit dan cendawan. Cara pengendalian untuk setiap hama berbeda. Aplikasi pestisida nabati pertama dilakukan 3-5 hari setelah benih berkecambah dan muncul di permukaan tanah (emergence), untuk mencegah serangan hama agromyza. Untuk mencegah serangan hama penggerek polong, penyemprotan insektisida dilakukan menurut kebutuhan dan pertimbangan ekonomis. Sistem pengendalian hama dan penyakit pada tanaman edamame adalah: (1) terjadwal/kalender, dan (2) monitoring. Sistem terjadwal/ kalender ditujukan terhadap hama atau penyakit yang sulit dideteksi dengan pengamatan langsung seperti hama Agromyza dan Etiella. Pengendalian dilakukan dengan cara pemberantasan langsung menggunakan pestisida nabati pada fase atau umur tertentu tanaman dimana hama atau penyakit tersebut mulai menyerang.

1  10.  Panen
Tanaman edamame untuk produksi polong segar dipanen pada umur 65- 68 HST dengan kondisi polong siap untuk dipetik, yaitu tingkat ketuaan polong cukup (polong terisi penuh) dan warna hijau cerah. Polong yang dipanen tersebut selanjutnya dibawa ke pabrik untuk dijadikan bahan baku ekspor (BBE) dan bahan baku mukimame (BBM). Persyaratan mutu bahan baku edamame dari sawah sebelum diproses (di pabrik) dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1.      Kualitas BBE
·         tidak terlalu tua dan terlalu muda
·         biji dalam polong 2 dan 3 biji
·         jumlah polong per 500 g sebanyak 160-170 buah
·         Bebas hama dan penyakit
·         tidak terdapat kerusakan fisik
·         bau khas edamame
·         bentuk polong normal
·         bersih dari kotoran (rumput, daun edamame, lumpur, dan lain-lain)
·         warna seragam (hijau normal)
·         kondisi polong segar/tidak layu

2.      Kualitas BBM
·         Keluaran dari hasil grading BBE
·         Semua polong berbiji satu
·         Bersih dari kotoran
·         Polong segar/tidak layu
·         Kualitas polong bahan muki baik: - warna biji hijau segar - biji tidak cacat (hama/penyakit/mekanis) - polong bernas (tidak kepak) - polong tidak tua.

1   11.  Pasca Panen
Pengolahan Pasca Panen merupakan suatu proses pengawetan produk. Dalam hal ini, pengolahan tidak untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas produk, tetapi mempertahankan kualitas produk selama perjalanan mencapai konsumen. Dalam setiap tahapan pengolahan pengerjaannya mengikuti kaidah yang telah ditetapkan sebagai berikut:
a.       Pencucian
Pembersihan polong segar edamame dilakukan menggunakan mesin penghembus (blower) untuk menghilangkan kotoran yang ringan, dan menggunakan mesin pencuci (machine washing). Masing-masing cara tersebut bertujuan untuk melepaskan kotoran yang melekat pada polong, misalnya lumpur, debu, pasir, dan lain-lain. Pencucian berfungsi untuk mengurangi Jumlah mikroba yang menempel pada produk. Oleh karena itu, air yang digunakan untuk mencuci benar-benar bersih dan mengalir.
Selama menunggu saat pemrosesan produk (bahan baku) perlu dijaga agar tidak layu dengan cara menyiram menggunakan air bersih pada suhu 5°C. Pada kondisi yang terlalu kotor perlu dilakukan pencucian awal dengan air bersih pada suhu kamar dengan tahapan:
·         Memasukkan edamame ke bak berisi air dan atau menyiram air dari atas 432 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan
·         Diaduk dan sesekali diangkat
·         Membersihkan kotoran yang melekat pada edamame
·         Mempermudah sortasi (kondisi edamame bersih)

b.      Sortasi awal Size grading, untuk memisahkan edamame dari kelompok ukuran di bawah standar, menggunakan mesin size grading. Sortasi dilakukan pada ban berjalan secara manual oleh karyawan terlatih guna memisahkan produk cacat, misalnya cacat karena mekanik, hama/penyakit, warna lain, abnormal dan sebab lain yang luput dari perlakuan size grading. Kriteria edamame ekspor, antara lain:
1. Jumlah polong 160-170 biji/kg
2. Bentuk polong normal
3. Warna seragam (hijau merata)
4. Aroma seperti aroma edamame yang masih muda
Kriteria polong sortiran, antara lain:
1. Terkena serangan hama penyakit
2. Terlalu tua atau muda
 3. Kerusakan mekanik
4. Biji satu
5. Biji kecil
6. Warna menyimpang
3. Pemasakan edamame
Edamame yang akan dibekukan diawali dengan proses perebusan (blanching) dan didinginkan secepatnya. Tujuan blanching antara lain:
a. Meng-inaktifkan enzim
b. Menyeragamkan warna
c. Mengeluarkan gas dari dalam jaringan
d. Mengurangi jumlah mikroba
e. Melepaskan kotoran yang tidak lepas pada saat pencucian pertama
f. Memasak produk supaya siap dimakan
Perebusan biasanya dilakukan pada suhu 98-100°C selama 120–150 detik, sesuai dengan permintaan konsumen. Atas dasar waktu pemanasannya dikenal dua jenis cara blanching edamame, yaitu:
• Regular Blanching (RB) : 120 detik, blanching dengan waktu pendek
• Long Blanching (LB) : 150 detik, blanching dengan waktu panjang Soewanto et al.: Agribisnis Edamame untuk Ekspor 433 Untuk Salt Long Blanching (SLB) adalah dengan cara blanching pertama selama 120 detik + penggaraman + blanching kedua selama 30 detik.

c.       Cooling I, cooling II dan IQF
Cooling bertujuan untuk menghindari pemanasan berlebihan (over cooking) akibat blanching berkepanjangan. Caranya, mendinginkan produk dengan air dingin biasa pada suhu kamar (± 27°C) segera setelah waktu blanching tercapai, disebut cooling I.
Penetrasi pendinginan akan dicapai segera dan merata apabila suhu produk cukup rendah dan merata. Caranya adalah dengan memasukkan produk pada air dingin pada suhu 5°C selama ± 15 menit, disebut cooling II.
Penirisan bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa air yang menempel pada produk sebagai langkah prapembekuan agar tidak menghambat proses penetrasi dingin pada bagian tengah produk, terutama pada suhu di bawah 0°C.
Pembekuan, waktu yang dikehendaki adalah cepat secara individual, dengan menggunakan mesin IQF (Individual Quick Frozen). Pembekuan cepat dengan waktu yang digunakan sekitar 13 menit bertujuan untuk menjamin kualitas produk. Untuk itu diperlukan suhu di dalam mesin IQF minus 35°C.
Hal ini penting untuk mengawetkan produk dengan cara menonaktifkan metabolisme sel, dengan tidak mengurangi nilai gizi, nutrisi, warna, dan aroma yang terkandung di dalam produk. Produk mampu bertahan selama 24 bulan apabila disimpan dalam ruangan minus18° sampai minus 20°C.

C.    ANALISIS
Budidaya Tanaman Kedelai dengan menggunakan PKT (Pengelolaan Kesehatan Tanaman) dilihat dari segi harga melalui BEP , Budidaya edamame dengan menggunakan PKT menguntungkan karena dalam budidaya ini lebih menekankan untuk Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman yang dapat menurunkan hasil panen dengan cara-cara yang aman bagi lingkunganyaitu Pestisida Nabati, Perangkap Sex Feromon, dan Menanam Tanaman Refugia. Selain itu dalam budidaya ini juga tidak menggunakan pestisida yang harganya mahal, dan diganti dengan pestisida nabati yang harganya lebih terjangkau dan mudah dalam pengaplikasian.


DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 1997. Panduan kerja budi daya edamame PT. Mitratani Dua Tujuh. Jember, Jawa Timur.
Arsyad, D.M, dan M. Syam. 1998. Kedelai, sumber pertumbuhan produksi dan tehnik budi daya. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.
Benziger, V. and S. Shanmugasundaram. 1995. Taiwan’s frozen vegetable soybean industry. AVRDC Technical Bulletin No. 22, 15 p. Shan Hua, Taiwan.
Chen, K-F., S.H. Lai, and Shi-Tzao Cheng. 1991. Vegetable soybean seed production technology in Taiwan. p: 45-52. In: S. Shanmugasundram (Ed.). Vegetable soybean AVRDC Pub. No. 91-346, 151 p. Shan Hua, Taiwan.
Cheng, S.H. 1991. Vegetable soybean area, production, and trade in Taiwan. p. 17-21. In: S.Shanmugasundaram (Ed.). Vegetable soybean. AVRDC Pub. No. 91-346. 151 p. Shan Hua, Taiwan.
Iwamida, Shinji, and H. Ohmi. 1991. Links between vegetable soybean produsers, processors, trading companies and seed companies in Japan. p: 22-25. In: S. Shanmugasundaram (Ed.): Vegetable Soybean. AVRDC Pub. No. 91-346. 151 p. Shan Hua, Taiwan.
Kokobun, M. 1991. Cultural practices and cropping systems for vegetable soybean in Japan. p. 53-60. In: S. Shanmugasundaram (Ed.). Vegetable soybean AVRDC Pub. No. 91-346. 151 p. Shan Hua, Taiwan.
Lii, Hseu Ming. 1990. Budi daya kedelai secara intensif. Agriculture Technical Mission ROC. Dinas Pertanian Prop. Jawa Timur. Surabaya.
Nakano, H. 1991. Vegetable soybean area, production, demand, supply and trades in Japan. p. 8016. In: S. Shanmugasundaram (Ed.). Vegetable soybean. AVRDC Pub. No. 91-346, 151 p. Shan Hua, Taiwan.
Shanmugasundaram, S., Shi-Tzao Cheng, Ming-Te Huang, and Miao-Long Yan. 1991. Varietal improvement of vegetable soybean in Taiwan. p. 30-42. In: S. Shanmugasundaram (Ed.). Vegetable soybean. AVRDC Pub. No. 91-346. 151 p. Shan Hua, Taiwan.

Romburgh, P. Van. 1982. Geweektegawassen in de cultuurtuin te Tjikeumeuh Lands Plantentuin, 1817-1892. Batavia.