Bahaya Styrofoam
Di era globalisasi seperti ini , kebanyakan orang
memilih sesuatu hal yang praktis , mudah dan cepat. Akhir-akhir ini juga marak
digunakan kemasan makanan dengan bahan styrofoam . Styrofoam umumnya memiliki
warna putih dan terlihat bersih. Bentuknya juga simpel dan ringan. Styrofoam
yang dibuat dari kopolimer styrene ini menjadi pilihan bisnis pangan karena
mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang.
Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi
tetap nyaman dipegang. Dalam industri, styrofoam sering digunakan sebagai bahan
insulasi. Bahan ini memang bisa menahan suhu, sehingga benda didalamnya tetap
dingin atau hangat. Bentuknya yang ringan menjadikan styrofoam mudah dibawa.
Makanan yang disimpan di sana juga tetap segar dan utuh. Tidak hanya itu,
alasan dipilihnya styrofoam sebagai bahan pembungkus makanan terlebih karena
biaya pengemasannya yang murah.
Dengan segala kelebihannya itulah
maka styrofoam selalu menjadi pilihan bagi para pedagang untuk membungkus
makanan. Praktis, nyaman, ringan dan ekonomis merupakan alasan mengapa orang
tertarik menggunakan styrofoam. Di pasaran harga styrofoam hanya sekitar Rp 400
per buah. Jauh lebih murah dibanding daun pisang, yang umumnya dipakai oleh
pedagang tradisional. Tidak heran kalau produk-produk mulai dari sup sampai minuman ringan di restoran
cepat saji menggunakan wadah ini.
Meskipun kita sering memanfaatkan
styrofoam dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk kemaasan makanan
tetapi kita tidak pernah mengetahui bahan apa saja yang terkandung dalam
styrofoam . Styrofoam adalah sejenis bahan kimia buatan turunan plastik yang dibuat
pada tekanan dan suhu tertentu. Terbuat dari monomer stirena dan terdiri dari
sekitar 10% gas n-butana dan 90% sisanya adalah polystyrene. Seringkali
kebanyakan orang salah kaprah dengan menganggap styrofoam adalah gabus, padahal
keduanya tidak sama.Karena polystyrene rapuh, maka butuh bahan kimia lain untuk
pembuatannya. Gas CFC (chlorofluorocarbon) juga diperlukan saat pembuatan
styrofoam.
Ternyata bahan yang terkandung dalam
styrofoam membahayakan bagi kesehatan . Banyak penyakit yang ditimbulkan dari penggunaan
styrofoam antara lain adalah Anemia, menurunnya kekebalan tubuh , Susah tidur ,
gelisah, mudah lelah ,gangguan kalenjar tiroid, percepatan detak jantung ,
badan gemetar, kanker payudara, kanker prostat, tumor, siklus
menstruasi yang kacau , gangguan pada kehamilan , hilang kesadaran
, dan bahkan kematian.
Selain membahayakan kesehatan
penggunaan styrofoam juga dapat membahayakan lingkungan . Penggunaan styrofoam
ternyata tak hanya merugikan manusia secara langsung, tapi juga pada
lingkungannya. Alasannya sederhana, yakni styrofoam tak bisa larut di alam
(diurai secara otomatis oleh alam). Proses daur ulang kelihatannya bisa jadi
solusi, tapi tetap saja tak menghilangkan bahaya bagi manusia.Pada saat
pembuatan styrofoam, limbahnya sendiri termasuk sebagai limbah berbahaya. 57
zat berbahaya yang terlepas di udara juga tak boleh diremehkan. Karena itu
proses daur ulang sama saja bohong yang tidak ada artinya.
Ironisnya, di Indonesia penggunaan
bahan berbahaya ini masih banyak dijumpai. Tak hanya di pinggir jalan saja,
tapi juga di beberapa restoran cepat saji (fast food). Padahal, bahaya
styrofoam sangat jelas mengancam di depan mata.
Harga yang sangat murah membuat
bahan ini menjadi pilihan sebagai alat wadah makanan. Tapi, apakah karena itu
kesehatan harus dikorbankan? Semoga pemerintah bisa menindak para penjual
makanan yang masih saja menggunakan styrofoam.
Untuk mencegah bahaya yang banyak
ditimbulkan dari penggunaan styrofoam untuk kemasan makanan , kita harus
selektif dalam memilih bahan yang akan kita gunakan untuk kemasan makanan.
Misalnya saja bahan yang aman adalah kardus , kertas minyak , daun pisang
dll . Lebih baik setelah mengetahui bahaya yang ditimbulkan styrofoam
kita tidak menggunakan styrofoam lagi untuk kemasan makanan , selain demi
menjaga kesahatan juga agar lingkungan juga tetap terjaga.
-------------- <><><><>
--------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar