emoticon

Minggu, 26 Februari 2017

Dormansi Benih

TUGAS RESUME JURNAL ILMIAH MATA KULIAH AGROKLIMATOLOGI

NAMA                         : PUTRI ANDANSARI
PROGDI                     : AGROTEKNOLOGI
KELAS                        : A25
NPM                            : 1525010007
Sumber                       : Proquest
Tanggal download       : 08 September 2016 ; 10:10



Pengolahan dan  Tanggal Penanaman berpengaruh pada Dormansi Benih, Munculnya, dan
Pertumbuhan awal pada Jagung Organik


Pengendalian gulma merupakan kendala utama dalam pengolahan jagung organik. Gulma yang menjadi kendala utama di negara-negara Atlantik tengah adalah ragweed (rumput-rumputan), giant foxtail (malai jawawut besar), dan pigweed (sejenis gulma tahunan).
Pengolahan tanah, pengelolaan tanaman penutup, dan tanggal penanaman tanaman merupakan faktor yang mempengaruhi munculnya periodisitas dan potensi pertumbuhan spesies gulma. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa dalam pengelolaan tanaman penutup dan waktu operasi penanaman dapat mengurangi dominasi gulma dalam sistem pertanian organik dan untuk jangka panjang perencanaan pengelolaan gulma.
Metode Yang digunakan untuk pengendalian Gulma :

1.    Teknologi Roller-Crimper
·         Menutup tanah dengan tanaman-tanaman secara mendatar tanpa herbisida. Tanaman penutup dapat menekan populasi gulma dengan cara menyediakan habitat untuk benih gulma predator. Mekanisme dengan menutupi sisa tanaman dapat menekan gulma perkecambahan dan pertumbuhan termasuk mengurangi penetrasi cahaya, menurunkan suhu tanah ,fluktuasi, menciptakan penghalang fisik untuk munculnya bibit gulma, dan melepaskan allelochemicals (substansi kimia yang bersifat sekunder yang dihasilkan tanaman untuk pertumbuhan).
·         Kelebihannya : Dapat meningkatkan kualitas lingkungan disekitarnya.
·         Dalam perawatan herbisida bebas, biomassa ragweed (rumput-rumputan) meningkat terutama ketika jagung  ditaburkan kemudian pada musim gugur tidak membangun kanopi daun yang cukup. Hal ini disebabkan karena pada musim semi untuk mencegah munculnya bibit ragweed (rumput-rumputan) sebelum bergulir. Dengan demikian, ragweed (rumput-rumputan)  adalah yang terbaik disesuaikan dengan kondisi tanaman penutupnya.

2.    Waktu Penanaman
·         Tanggal penanaman yang terbaik dianalisis secara terpisah dalam setiap persiapan lahan pengobatan karena ada tanggal tanam tambahan dalam pengobatan di setiap tahun.
·        Diperkirakan giant foxtail (malai jawawut besar) meningkat menjadi maksimal pada tanggal tanam bulan Mei dan menurun pada tanggal tanam awal Juni. Tanggal penanaman berpengaruh pada Dormansi Benih. Proporsi dormansi benih berubah di berbagai tanggal penanaman tergantung pada spesies dan penempatan benih.
·        Giant Foxtail (malai jawawut besar) sebagian benihnya tetap aktif pada masa pemulihan dan tingkat dormansinya meningkat apabila benih terkubur dan menurun untuk benih di permukaan tanah.
·        Penanaman yang tertunda dapat mengurangi biomassa gulma, dan mengurangi efek kompetitif gulma.


3.    Metode vetch terminasi berbulu
Metode ini dengan menanam vetch berbulu pada tanah yang akan ditumbuhi jagung organik atau dapat juga tanah yang ditumbuhi ditutupi dengan vetc berbulu.
Apabila dalam tahun tersebut curah hujan tinggi , maka dapat mengakibatkan tanaman vetch bulunya berkurang dan menua sehingga meminimalkan potensi dalam menekan gulma.
Kondisi di permukaan tanah di bawah tanaman penutup vetch berbulu  terdapat oksigen yang cukup dan amplitudo suhu, akan menjadi semakin menguntungkan bagi foxtail (malai jawawut) perkecambahan pada  tanggal tanam Juni. Selain itu, foxtail (malai jawawut)  perkecambahan relatif tidak sensitif terhadap kondisi cahaya sehingga transmisi cahaya rendah.Kanopi daun vetch tidak diharapkan untuk menekan perkecambahan spesies ini.
Dominasi giant foxtail (malai jawawut raksasa) dapat membunuh vetch berbulu dibandingkan kemampuan pigweed halus (sejenis gulma tahunan) dalam membunuh vetch berbulu. Hal ini mencerminkan tidak hanya kemampuan pertumbuhan awal dari spesies ini, tetapi juga kemampuan mereka untuk bersaing dengan spesies lain dalam komunitas gulma.
Vegetatif akhir 75% berbunga , ragweed (rumput-rumputan) berkurang 84 % , giant foxtail (malai jawawut besar) berkurang rata-rata 71 %, dan pigweed (sejenis gulma tahunan) berkurang 87 %.


            

Regenerasi Pepaya secara Invitro

Analisis tentang Regenerasi Tanaman Pepaya Burung secara kultur in vitro dan Sintesis tentang Pepaya mini tanpa biji varietas burung

Di dalam Ilmu Pemuliaan Tanaman perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan melalui persilangan konvensional maupun inkonvensional. Hal yang paling penting dalam perbaikan sifat tanaman inkonvensional adalah kalus mampu membentuk tanaman lengkap dan mampu untuk ditransformasikan. Pemuliaan Inkonvensional ada dua macam yaitu Pemuliaan in vitro dan Pemuliaan Molekuler. Pada prinsipnya kultur in vitro adalah  materi genetik mampu untuk mentransfer gen ke dalam genom tanaman secara efisien dan stabil.
Regenerasi tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui induksi tunas (organogenesis) atau induksi embrio somatik (embriogenesis somatik). Teknik kultur jaringan yang dapat menginduksi embrio somatik lebih diinginkan karena dapat berasal dari satu sel pada jaringan somatik yang perkembangannya serupa dengan embrio normal. Regenerasi melalui jalur embriogenesis somatik mudah diregenerasikan menjadi embrio bipolar, yaitu mempunyai dua kutub yang langsung sebagai bakal tunas dan akar. Faktor yang mempengaruhi regenerasi tanaman secara in vitro adalah  spesies tanaman,tekanan osmotik pada medium (konsentrasi sukrosa), intensitas cahaya, dan konsentrasi zat pengatur tumbuh pada medium.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh sistim regenerasi tanaman pepaya secara kultur in vitro yang optimal dengan mendapatkan media terbaik untuk induksi kalus embriogenik,regenerasi kalus membentuk struktur embrio somatik, sistem perakaran tunas in vitro, dan aklimatisasi tanaman di rumah kaca.Pepaya (Carica papaya L.) merupakan buah yang banyak dikonsumsi dan termasuk buah klimaterik di mana buah cepat masak setelah dipanen.Teknik regenerasi pepaya secara in vitro dapat dilakukan dengan berbagai sumber eksplan, di antaranya embrio zigotik muda, kalus hipokotil dan kalus petiol. Media yang digunakan adalah media dasar MS  dengan penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D (2,4-dichlorophenoxyacetic acid) untuk induksi pembentukan kalus, sedangkan untuk regenerasinya diperkaya dengan BAP dan GA3. Bahan penelitian yang digunakan sebagai eksplan untuk induksi kalus embriogenik adalah embrio muda dari biji pepaya muda varietas Burung. Biji diambil dari buah pepaya muda agar mudah menghasilkan kalus.

Persiapan Eksplan :
  1. Biji pepaya muda direndam larutan fungisida (bentale 0,5 mg/l) selama 1 jam
  2. Setelah itu didalam LAF , biji direndam larutan clorox 30 % dan 20 % selama 10 menit.
  3. Biji direndam alkohol 70 % selama 10 menit
  4. Bilas biji 4-5 kali dengan aquades selama 10 menit
  5. Tiriskan biji menggunakan kertas saring.



Keterangan :
a = biji pepaya muda                            f = tunas in vitro yang berakar sempurna
b = kalus embriogenik,                        g = aklimatisasi tanaman dengan sungkup plastik
c = kalus non embriogenik                  h = tanaman di media aklimatisasi     
d = kalus yang membentuk tunas        i = tanaman hasil aklimatisasi di rumah kaca
e = perakaran tunas in vitro


Induksi Kalus Embriogenik
Embrio zigotik muda dikulturkan pada empat perlakuan media, yaitu : 

Kalus yang terbentuk disubkultur setiap 2 minggu sekali sebanyak dua kali agar mendapatkan populasi kalus yang lebih banyak.
Dengan menggunakan media ½ MS + 2,4-D 10 mg/l  presentase eksplan berkalus dan pembentukan kalus embriogenik tertinggi Hal ini berarti Penggunaan auksin dengan daya aktivitas kuat seperti 2,4-D dengan konsentrasi 10 mg/l merupakan formula terbaik, efektif, dan sangat dibutuhkan untuk pembentukan induksi kalus embriogenik pepaya.

Regenerasi Kalus Membentuk Struktur Embrio Somatik
Regenerasi kalus membentuk struktur embrio somatik menggunakan tiga perlakuan media regenerasi yaitu menggunakan media dasar MS yang dikombinasikan dengan tiga jenis vitamin dan masing-masing media diperkaya dengan penambahan GA3 0,5 mg/l +kinetin 0,1 mg/l:


Kultur diinkubasi pada temperatur 24oC di bawah intensitas cahaya 800 lux per 16 jam/hari sampai menghasilkan tunas.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut , Persentase Kalus beregenerasi tertinggi dengan jenis Vitamin Morel dan Wetmore karena vitamin ini paling lengkap komposisinya dibandingkan dengan vitamin MS yaitu mengandung kalsium pantotenat dan biotin yang dapat memacu pertumbuhan jaringan dan merupakan komponen media yang berpengaruh baik terhadap pertumbuhan kultur.

Perakaran Tunas In Vitro
Tunas in vitro dikulturkan menggunakan empat perlakukan media perakaran, yaitu :

Kultur diinkubasi pada temperatur 24oC di bawah intensitas cahaya 800 lux per 16 jam/hari sampai planlet menghasilkan akar yang cukup kuat untuk di aklimatisasi.
Konsentrasi ½ MS merupakan pengenceran kandungan garam-garam mineral makro,mikro dari basal media MS yang dapat menghasilkanperakaran yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasipenuh. Paclobutrazol dengan konsentrasi kecil dapat meningkatkan perakaran dan kualitas planlet karena merupkan inhibitor yang dapat merangsang pembentukan perakaran pada berbagai tanaman serta dapat meningkatkan klorofil.


Aklimatisasi Tanaman di Rumah Kaca
Media yang digunakan untuk aklimatisasi dicampur dengan perbandingan 1 : 1 pada empat perlakuan media, yaitu :

Media campuran antara arang sekam dan kompos  presentase eksplan hidup di rumah kaca tertinggi karena media ini dapat bermanfaat menggemburkan, meningkatkan porositas, aerasi, dan memudahkan pertumbuhan akar tanaman.
Hal ini dapat meningkatkan keberhasilan aklimatisasi tanaman planlet disungkup menggunakan plastik agar kelembaban tinggi. Kelembaban yang tinggi diperlukan karena lapisan kutikula pada daun masih tipis, stomata belum berfungsi secara normal, serta hubungan jaringan pembuluh batang dan akar yang belum sempurna.


KESIMPULAN
  • Media induksi kalus pepaya varietas Burung terbaik adalah ½ MS + 2,4-D 10 mg/l + sukrosa 6% + adenin sulfat 143 mg/l + myo inositol 50 mg/l + glutamin 400 mg/l
  • Media regenerasi kalus terbaik MS + GA3 0,5 mg/l + kinetin 0,1 mg/l + vitamin Morel dan Wetmore 
  • Media perakaran terbaik½ MS + paclobutrazol0,5 mg/l
  • Media aklimatisasi terbaik adalah media campuran antara arang sekam dan kompos.



SINTESIS : Pepaya Mini Tanpa Biji Varietas Burung
Varietas unggul pepaya hibrida varietas burung ini memiliki bentuk buah unik menyerupai burung warna daging buah kuning, harum baunya dan  rasanya manis asam. Keunggulan varietas ini memiliki buah stabil/seragam dan fase log singkat yakni antara 3 - 5 buah. Dari hasil penelitian Regenerasi Pepaya melalui kultur In vitro , telah dikatahui bagaimana cara mengiduksi kalus  embriogenik, regenerasi kalus membentuk struktur embrio somatik, perakaran tunas in vitro serta aklimatisasi tanaman di rumah kaca dengan media yang terbaik dan optimal. Hasil regenerasi Pepaya varietas burung ini selanjutnya  akan digunakan dalam perakitan tanaman transgenik untuk memperoleh sifat tanaman baru yang sesuai dengan sifat yang diinginkan seperti peningkatan mutu kualitas buah.
Tanaman pepaya yang triploid akan menghasilkan pepaya tanpa biji. Tanaman triploid dapat diperoleh dari persilangan tanaman diploid dengan tetraploid. Kultur endosperma secara in vitro adalah cara alternatif untuk memperoleh tanaman triploid secara langsung. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur endosperma yaitu umur endosperma, adanya embrio zigot, media kultur, zat pengatur tumbuh, pencoklatan, dan lama dikultur,serta jenis tanamannya. Setelah dikultur tanaman pepaya triploid diaklimatisasi pada media tanam. Media tanam yang digunakan adalah arang sekam + kompos , karena pada media ini keberhasilan aklimatisasi sangat tinggi dibandingkan menggunakan media yang lainnya.
Untuk mendapatkan tanaman pepaya yang mini dapat dilakukan melalui perawatan yang lebih intensif seperti pemangkasan yang rutin terutama pada tunas yang tidak produktif, tanaman memperoleh cahaya matahari yang penuh, serta ketersediaan air yang cukup.


DAFTAR PUSTAKA

http://biogen.litbang.pertanian.go.id/wp/terbitan/pdf/agrobiogen_6_2_2010_107-112.pdf (Jurnal Ilmiah dengan judul “Kultur In Vitro Endosperma, Protokol yang Efisien untuk Mendapatkan Tanaman Triploid secara Langsung” diakses tanggal 05-12-2016)

http://biogen.litbang.pertanian.go.id/terbitan/pdf/agrobiogen_3_2_2007_49-54.pdf (Jurnal Ilmiah dengan judul “Regenerasi Pepaya melalui Kultur In Vitro”diakses tanggal 05-12-2016)

Rabu, 22 Februari 2017

Periodicity Plant Grow

TUGAS RESUME JURNAL ILMIAH MATA KULIAH AGROKLIMATOLOGI

NAMA                         : PUTRI ANDANSARI
PROGDI                     : AGROTEKNOLOGI
KELAS                        : A25
NPM                            : 1525010007
Sumber                       : Proquest
Tanggal download       : 08 September 2016 ; 10:10



Pengolahan dan  Tanggal Penanaman berpengaruh pada Dormansi Benih, Munculnya, dan
Pertumbuhan awal pada Jagung Organik


Pengendalian gulma merupakan kendala utama dalam pengolahan jagung organik. Gulma yang menjadi kendala utama di negara-negara Atlantik tengah adalah ragweed (rumput-rumputan), giant foxtail (malai jawawut besar), dan pigweed (sejenis gulma tahunan).
Pengolahan tanah, pengelolaan tanaman penutup, dan tanggal penanaman tanaman merupakan faktor yang mempengaruhi munculnya periodisitas dan potensi pertumbuhan spesies gulma. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa dalam pengelolaan tanaman penutup dan waktu operasi penanaman dapat mengurangi dominasi gulma dalam sistem pertanian organik dan untuk jangka panjang perencanaan pengelolaan gulma.
Metode Yang digunakan untuk pengendalian Gulma :

1.    Teknologi Roller-Crimper
·         Menutup tanah dengan tanaman-tanaman secara mendatar tanpa herbisida. Tanaman penutup dapat menekan populasi gulma dengan cara menyediakan habitat untuk benih gulma predator. Mekanisme dengan menutupi sisa tanaman dapat menekan gulma perkecambahan dan pertumbuhan termasuk mengurangi penetrasi cahaya, menurunkan suhu tanah ,fluktuasi, menciptakan penghalang fisik untuk munculnya bibit gulma, dan melepaskan allelochemicals (substansi kimia yang bersifat sekunder yang dihasilkan tanaman untuk pertumbuhan).
·         Kelebihannya : Dapat meningkatkan kualitas lingkungan disekitarnya.
·         Dalam perawatan herbisida bebas, biomassa ragweed (rumput-rumputan) meningkat terutama ketika jagung  ditaburkan kemudian pada musim gugur tidak membangun kanopi daun yang cukup. Hal ini disebabkan karena pada musim semi untuk mencegah munculnya bibit ragweed (rumput-rumputan) sebelum bergulir. Dengan demikian, ragweed (rumput-rumputan)  adalah yang terbaik disesuaikan dengan kondisi tanaman penutupnya.

2.    Waktu Penanaman
·         Tanggal penanaman yang terbaik dianalisis secara terpisah dalam setiap persiapan lahan pengobatan karena ada tanggal tanam tambahan dalam pengobatan di setiap tahun.
·        Diperkirakan giant foxtail (malai jawawut besar) meningkat menjadi maksimal pada tanggal tanam bulan Mei dan menurun pada tanggal tanam awal Juni. Tanggal penanaman berpengaruh pada Dormansi Benih. Proporsi dormansi benih berubah di berbagai tanggal penanaman tergantung pada spesies dan penempatan benih.
·        Giant Foxtail (malai jawawut besar) sebagian benihnya tetap aktif pada masa pemulihan dan tingkat dormansinya meningkat apabila benih terkubur dan menurun untuk benih di permukaan tanah.
·        Penanaman yang tertunda dapat mengurangi biomassa gulma, dan mengurangi efek kompetitif gulma.


3.    Metode vetch terminasi berbulu
Metode ini dengan menanam vetch berbulu pada tanah yang akan ditumbuhi jagung organik atau dapat juga tanah yang ditumbuhi ditutupi dengan vetc berbulu.
Apabila dalam tahun tersebut curah hujan tinggi , maka dapat mengakibatkan tanaman vetch bulunya berkurang dan menua sehingga meminimalkan potensi dalam menekan gulma.
Kondisi di permukaan tanah di bawah tanaman penutup vetch berbulu  terdapat oksigen yang cukup dan amplitudo suhu, akan menjadi semakin menguntungkan bagi foxtail (malai jawawut) perkecambahan pada  tanggal tanam Juni. Selain itu, foxtail (malai jawawut)  perkecambahan relatif tidak sensitif terhadap kondisi cahaya sehingga transmisi cahaya rendah.Kanopi daun vetch tidak diharapkan untuk menekan perkecambahan spesies ini.
Dominasi giant foxtail (malai jawawut raksasa) dapat membunuh vetch berbulu dibandingkan kemampuan pigweed halus (sejenis gulma tahunan) dalam membunuh vetch berbulu. Hal ini mencerminkan tidak hanya kemampuan pertumbuhan awal dari spesies ini, tetapi juga kemampuan mereka untuk bersaing dengan spesies lain dalam komunitas gulma.
Vegetatif akhir 75% berbunga , ragweed (rumput-rumputan) berkurang 84 % , giant foxtail (malai jawawut besar) berkurang rata-rata 71 %, dan pigweed (sejenis gulma tahunan) berkurang 87 %.


            

Effective Rainfall for Irrigated Agriculture

TUGAS RESUME JURNAL ILMIAH MATA KULIAH AGROKLIMATOLOGI

NAMA                         : PUTRI ANDANSARI
PROGDI                     : AGROTEKNOLOGI
KELAS                        : A25
NPM                            : 1525010007
Sumber                       : Google Scholar
Tanggal download       : 06 Oktober 2016 ; 19:00


Curah hujan yang efektif untuk Irigasi Pertanian di dataran Pakistan

Air hujan yang jatuh di permukaan bumi merupakan sumber penting untuk pertanian, manusia dan hewan. Produksi pertanian di Pakistan sangat tergantung pada curah hujan.Curah hujan efektif berarti curah hujan yang berguna atau dapat dipakai. Curah hujan dengan tingkat / jumlah tertentu tidak berguna sehingga disia-siakan atau bahkan mungkin merusak.Curah hujan efektif berbanding lurus dengan penggunaan konsumtif, penyimpanan airkapasitas, aplikasi irigasi dan rembesan dan perkolasi kerugian.
Metode penentuan curah hujan efektif  yang dapat digunakan ada empat yaitu  :
1.    Metode U.S.D.A, SCS
Metode U.S.D.A, SCS digunakan untuk daerah yang menerima intensitas curah hujan yang rendah seperti bagian selatan Pakistan. Metode ini terutama dikembangkan untuk Amerika Serikat. Jadi, metode ini harus diubah dan ditingkatkan oleh Pakistan jika perlu dengan membandingkan nilai-nilai praktis. Data eksperimen dapat dikumpulkan oleh lisimeter di lapangan. Penelitian ini dilakukan membentuk titik irigasi pandang. Semakin besar kedalaman air irigasi, semakin besar juga nilai curah hujan efektif.Curah hujan efektif telah dihitung untuk musim tanam  dua tanaman yaitu musim kemarau (Oktober-April) dan musim hujan (Mei sampai September). Empat nilai yang berbeda dari kedalaman air irigasi telah diasumsikan untuk memperkirakan curah hujan selama musim panen dengan metode USDA, SCS. Nilai-nilainya adalah 25, 50, 75 dan 100mm.


2.    Metode Renfro Persamaan
ER = E.Rg + A
Dimana
ER = Curah hujan Efektif
Rg = Tumbuh Season Rainfall
A   = Rata Irigasi Aplikasi
E   = Rasio Penggunaan Konsumtif air (CU) dengan curah hujan selama musim Tumbuh

Metode Renfro Persamaan memberikan nilai terendah dari hujan efektif, di antara empat metode yang lain. Dalam metode ini , curah hujan rata-rata merupakan rata-rata irigasi yang tinggi. Metode ini juga dapat menghitung total musim tanam (seperti Okt-Apr, Mei sampai September) curah hujan efektif, tetapi tidak untuk waktu yang singkat (seperti sepuluh hari,periode bulanan). Metode Renfro Persamaan terlalu empiris, sehingga akurasi terlalu rendah dan tidak cocok digunakan secara luas karena hanya mempertimbangkan kegersangan dan membuat asumsi tentang tanah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa akurasi metode ini terlalu rendah.


3.    Metode U.S.Bureau Reklamasi (U.S.B.R)
Metode U.S.Bureau Reklamasi (U.S.B.R) merupakan metode curah hujan efektif musiman serta curah hujan efektif bulanan. Kekurangan U.S.B.R. Metode adalah tidak memperhitungkan jenis tanah, sifat tanaman dan frekuensi dan distribusi curah hujan , serta tidak mempertimbangkan faktor kegersangan. Metode ini telah dikembangkan hanya mempertimbangkan limpasan permukaan.Metode ini direkomendasikan untuk daerah kering gersang. Di antara nilai-nilai curah hujan efektif diperoleh untuk musim hujan nilai tertinggi adalah 100% di Balochistan selatan (ara 1Q) dan nilai terendah adalah Curah hujan efektif untuk Irigasi Pertanian datarn Pakistan Vol. 6 30% di timur laut Punjab (ara-1s). Selama musim kemarau , nilai tertinggi adalah 99,86% di tengah Sindhd  (ara-1o) dan nilai terendah adalah 43% di timur laut Punjab (ara-1n). Metode U.S.B.R tidakcocok untuk penggunaan di bawah segala macam kondisi.

4.    Metode Ratio Potensi Evapotranspirasi / Pengendapan
Dalam metode Ratio Potensi Evapotranspirasi /  Pengendapan, hujan efektif bervariasi sesuai dengan potensi evapotranspirasi, rembesan dan perkolasi serta jenis tanah atau air tanah. Semakin rendah kapasitas tanah menahan air maka semakin tinggi tingkat evapotranspirasi. Air kapasitas tanah yang tinggi juga dapat menjadikan nilai curah hujan efektif yang lebih besar. Nilai Potensi Evapotranspirasi pada musim kemarau <6mm/hari, sedangkan musim hujan ≥6mm/hari di Pakistan.
Selama musim kemarau  nilai tertinggi dari curah hujan efektif adalah 98,83% di tenggara Sindh dan terendah 17,57% di barat laut NWFP .Sementara pada musim hujan , nilai tertinggi curah hujan efektif adalah 99,92% di barat daya Balochistan dan terendah adalah 37,58% di NWFP utara.  Dalam metode pendekatan ini telah dibuat tentang run off dan sifat-sifat tanah. Kegersangan juga telah dipertimbangkan. Metode ini sulit tetapi paling akurat dan murah. Dari metode ini total musim tanam hujan efektif serta curah hujan efektif untuk sekelompok tertentu  dapat dihitung.























Parched plants, drought conditions call for savvy gardening

TUGAS RESUME JURNAL ILMIAH MATA KULIAH AGROKLIMATOLOGI

NAMA                         : PUTRI ANDANSARI
PROGDI                     : AGROTEKNOLOGI
KELAS                        : A25
NPM                            : 1525010007
Sumber                       : Proquest
Tanggal download       : 26 Agustus 2016 ; 00:43


Parched plants, drought conditions call for savvy gardening
(Tanaman kering , biasa disebut dalam kondisi kekeringan untuk pemahaman berkebun)

Pada saat musim dingin yang hangat dan kering berarti tidak ada faktor yang mendukung untuk pertumbuhan tanaman dari faktor lingkungan.Pada musim dingin yang tidak hangat suhunya dingin dan terjadi peningkatan curah hujan, sehingga dapat memberikan prioritas tertinggi untuk tanaman yang baru ditanaman seperti pohon , semak ,tanaman keras, dan sayuran berbunga. Pada musim dingin yang hangat terjadi penurunan rata-rata curah hujan tahunan sehingga tanaman mengalami kekeringan.Tingkat kekeringan dinyatakan dalam empat tahap dari baru jadi ke moderat, diikuti oleh berat dan ekstrim.

Ada beberapa cara untuk mengatasi kekeringan pada saat musm dingin :

1.    Mengotrol penggunaan Pupuk
Mengontrol penggunaan pupuk baik dalam frekuensi dan jumlah terutama pupuk non-organik. Hal ini untuk menghindari pertumbuhan yang berlebihan agar tidak tinggi pupuk nitrogen.
Penggunaan pupuk organik yang lebih ditingkatkan karena dapat memberikan nutrisi sedikit demi sedikit untuk periode yang lama , dan menambahkan humus untuk menahan air karena saat musim dingin kekeringan tanaman akan kekurangan air karena curah hujan yang mengalami penurunan. Secara umum pupuk organik lebih lembut untuk tanaman.

2.    Pengurangan penggunaan pestisida
Tidak berlaku pestisida ketika tanaman sedang stres, terutama jika panas atau jika harus disiram karena membutuhkan pasokan air.

3.    Mengolah tanah secukupnya
Mengolah tanah secukupnya agar tidak mengganggu permukaan tanah. Hal ini dilakukan agar tanah tidak mengerig lebih cepat.

4.    Menjaga gulma
Menjaga gulma agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman dengan memotong sampai permukaan bawah atau membersihkan gulma sampai ke akarnya.

5.    Jangan memangkas
Selama kekeringan jangan memangkas karena pemangkasan dapat mendorong pertumbuhan baru yang akan meningkkatkan kebutuhan air.

6.    Mengatur jarak tanam
Ketika menanam bunga dan sayuran tahunan, menggunakan jarak yang lebih lebar untuk mengurangi kompetisi untuk kelembaban tanah.

7.    Penggunaan Mulsa
Mengguunakan beberapa inci dari mulsa organik untuk mencegah tanah dari kekeringan, tapi tetap satu inci atau lebih jauh dari batang untuk mencegah busuk dan untuk mengurangi masalah serangga. Mulsa juga akan membantu suhu tanah tinggi, mencegah gulma, dan membangun tanah.

8.    Menambah curah hujan
Tambahan curah hujan alami dengan mengumpulkan air dari hujan ke barel hujan, atau dengan mengalihkan air ini ke arah tanaman yang membutuhkanirigasi tambahan.

9.    Persiapan untuk tanah yang akan ditanami
Ketika mempersiapkan tanah untuk ditanami, masukkan kompos atau bahan organik lainnya ke dalam tanah untuk membantu dalam retensi air.

10.  Irigasi
Ketika irigasi diperlukan, karena keadaan yang panas dan berangin maka akan terjadi penguapan yang lebuh besar maka digunakan penyiraman manual, selang soaker atau sistem infus, sebagai penyiram atas kehilangan sampai setengah dari air untuk penguapan.




Hama Tanaman Kelapa


“Hama Tanaman Kelapa”
Dosen Pengajar :
PROF. DR.IR. MOCH SODIQ


Kelapa merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Palmae.Kelapa banyak terdapat di negara-negara Asia dan Pasifik yang menghasilkan 5.276.000 ton (82%) produksi dunia dengan luas ± 8.875.000 ha (1984) yang meliputi 12 negara, sedangkan sisanya oleh negara di Afrika dan Amerika Selatan. Indonesia merupakan negara perkelapaan terluas (3.334.000 ha tahun 1990) yang tersebar di Riau, Jateng, Jabar, Jatim, Jambi, Aceh, Sumut, Sulut, NTT, Sulteng, Sulsel dan Maluku, tapi produksi dibawah Philipina (2.472.000 ton dengan areal 3.112.000 ha), yaitu sebesar 2.346.000 ton.

Jenis Tanaman  Kelapa (Cocos nucifera) :
1.           Kelapa dalam dengan varietas viridis (kelapa hijau), rubescens (kelapa merah) Macrocorpu (kelapa kelabu), Sakarina (kelapa manis).
2.           Kelapa genjah dengan varietas Eburnea (kelapa gading), varietas regia (kelapa raja),       pumila (kelapa puyuh), pretiosa (kelapa raja malabar).
3.           Kelapa hibrida

Kelapa tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan antara 1300-2300 mm/tahun, bahkan sampai 3800 mm atau lebih, sepanjang tanah mempunyai drainase yang baik. Akan tetapi distribusi curah hujan, kemampuan tanah untuk menahan air hujan serta kedalaman air tanah, lebih penting daripada jumlah curah hujan sepanjang tahun.  Angin berperan penting pada penyerbukan bunga (untuk penyerbukannya bersilang) dan transpirasi tanaman. Kelapa menyukai sinar matahari dengan lama penyinaran minimum 120 jam/bulan sebagai sumber energi fotosintesis. Bila dinaungi, pertumbuhan tanaman muda dan buah akan terlambat. Kelapa sangat peka pada suhu rendah dan tumbuh paling baik pada suhu 20-27 derajat C. Pada suhu 15 derajat C, akan terjadi perubahan fisiologis dan morfologis tanaman kelapa.

1.      Hama Penting Tanaman Kelapa
         Kumbang nyiur Oryctes rhinoceros (Coleoptera : Scarabaeidae)
         Kumbang sagu Rhyncophorus ferugineus (Coleoptera : Curculionidae)
         Ulat Artona xatosantha (Lepidoptera : Zygaenidae)
         Ulat api Setora nitens, Parasa sp. Darna sp. (Lepidoptera : Limacodidae)
         Kutu perisai Aspidiotus destructor (Homoptera : Diasphididae)
         Belalang kembara Locusta migratoria (Orthoptera : Acrididae) dan belalang kayu
         Valanga ningricornis (Orthoptera : Tettigonidae)
         Hama mayang Batrachedra sp. (Lepidoptera : Cosmopterygidae) dan Tirathaba
         sp. (Lepidoptera :Pyralidae)
         Hama buah Tikus (Ratus tioomanichus) dan tupai

2.      Hama Perusak Tanaman Kelapa
         Perusak batang : Oryctes rhinoceros, Dynastes gideon, Rhyncophorus sp.
         Pemakan/perusak daun : Artona sp., ulat api Setora sp., Darna sp., Parasa
         sp.,Calchoceillis sp., belalang Sexava sp., Locusta sp., Valanga sp., Oxya sp., ulat
         kantung Mahasena sp., ulat Hidari sp.
         Penghisap : kutu kapok Aleyurodichus sp., kutu perisai Aspidiotus sp.
         Perusak bunga : ulat Tirathaba sp. dan Batrachedra sp.
         Perusak buah : tupai dan tikus
         Hama gudang : Corcyra sp., Dolessa sp., Necrobia sp., Carpophilus sp.,
         Oryzaephilus sp., Tenebroides sp.


1.      Kumbang nyiur (Oryctes Rhinoceros)



a.      Kerusakan dan Kerugian
Stadium yang berbahaya adalah stadium imago (dewasa) yang berupa kumbang. Imago menggerek dan memakan helaian daun pucuk yang belum membuka mengakibatkan daun terpotong-potong dan tampak seperi “V” bila membuka. Serangan ini dapat menyebabkan kematian tanaman bila mengenai titik tumbuh.

b.      Tanda Serangan
         Hama ini merusak tanaman yang berumur 1-2 tahun; tanaman berumur 0-1 tahun,
         Lubang pada pangkal batang dapat menimbulkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun yang dirusak
         Pada tanaman dewasa terjadi lubang pada pelepah termuda yang belum terbuka
         Ciri khas yang ditimbulkan yaitu janur seperti digunting berbentuk segi tiga

c.       Siklus Hidup
Siklus hidup 71 – 142 hari. Daerah sebaran serangan lebih banyak di daerah bawah terutama pada daerah dekat hindutri (mesin sirkel), dan banyak kandang ternak sapi/babi. Metamorfosa sempurna yaitu : telur, larpa, pupa dan imago



ü  Telur
Bentuk lonjong, warna putih dan diliputi oleh butiran tanah. Panjang 3-3,5 mm, lebar 2 mm. Menjelang menetas panjangnya ± 4 mm lebar ± 3 mm, bagian kepala berwarna coklat stadium telur lamanya 11-13 hari.
ü  Larva
Yang baru menetas berwarna putih bagian kepala merah kecoklatan panjang 7-8 mm, sudah dewasa panjang 60-105 mm, lebar 25 mm, bentuk badan membengkak ujung perut (abdomen) membentuk kantong badan larva ditumbuhi rambut-rambut pendek. Larva membutuhkan waktu antara 2-4 bulan untuk menjadi pupa.

ü  Pupa (kepompong)
Berwarna coklat panjang 45-50 mm lebar 22 mm. Bakal alat mulut, bakal sayap, dan bakal tungkai terlihat jelas. Pada bagian kepala juga nampak culanya. Kepompong terdapat dalam kokon yang terbuat dari tanah. Lama stadium pupa 19-21 hari. Kumbang yang baru terbentuk tidak segera keluar, tapi masih terlindung dalam kokon selama 14-28 hari.

ü  Imago
Berwarna hitam, bagian bawah berwarna coklat kemerahan panjang 4-5 cm dan lebar 2-2,5 cm. Kumbang jantang bercula lebih panjang dari yang betina sekitar ekor tidak berambut atau gundul. Ciri khas kumbang betina sekitar ekor berambut lebat. Kumbang mencari makan terbang kepucuk pohon kelapa dan terjadi perkewaninan, sedangkan kalau mau bertelur kebawah menuju sampah, limbah atau kotoran hewan. Waktu terbang biasanya sekitar jam 18.00 - 19.00, kumbang juga tertarik pada cahaya dan tidak terbang jauh, maka memilih sampah yang terdekat. Umur kumbang sekitar 4-4,5 bulan, yang betina mulai bertelur pada umur 20-62 hari setelah meninggalkan kokon jumlah telur mencapai 70-80 butir


d.      Faktor yang mempengaruhi keberadaannya

1.      Faktor Dalam :
Ketersediaan inang dan tumpukan bahan organik pada tanaman kelapa sehingga dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan dan makanan larva.

2.      Faktor Luar :
Tersedianya tumpukan batang kelapa baik yang masih berdiri maupun yang sudah dicacah memberi peluang bagi Kumbang nyiur (Oryctes rhinoceros) untuk mendapatkan tempat berbiak. Karena kondisi tersebut menyediakan bahan-bahan organik dan tempat yang nyaman untuk tinggal dan berkembangbiak.

Serangga hama dapat berpindah tempat secara aktif maupun pasif. Perpindahan tempat secara aktif dilakukan oleh imago dengan cara terbang atau berjalan. Imago Oryctes rhinoceros dapat terbang untuk mencari tempat baru baginya dalam berkembangbiak. Kemungkinan penyebaran hama ini sangat tinggi jika jarak tanaman rapat. Jarak antar kebun satu dengan lainnya yang kondisinya tidak disanitasi dapat mempengaruhi populasi hama ini. Kurangnya hembusan angin di sekitar kebun juga menjadi salah satu faktor tingginya serangan. 

e.       Pengendalian

1.      Fisik :
         Dengan menggunakan perangkap lampu

2.      Mekanik
         Dengan pengumpulan larva dan pupa pada media perangkap
         Pemanfaatan feromon : kumbang Oryctes diperangkap menggunakan pipa PVC yang bagian bawahnya ditutup dengan sepotong kayu. Dua lubang dibuat pada jarak 26 cm dari bagian atas pipa, dan 130 cm dari bagian bawah pipa. Lubang masuk dibuat dengan ukuran lebar 20 cm dan tinggi 10 cm untuk jalan masuk Oryctes. Feromon sintetik digantung lubang masuk tersebut. Setiap perangkap dimasukkan 2 kg serbuk gergaji sebagai tempat berkembang biak kumbang yang terperangkap hidup di dalamnya. Dua feromon dibutuhkan untuk setiap hektar pertanaman kelapa.
         Pemanfaatan kanfer (naftalene balls) :  Kanfer (kapur barus kayu) digunakan sebagai penolak (repellen) untuk hama Oryctes.  Pada tanaman kelapa berumur 3-5 tahun digunakan  3.5 g kanfer per pohon, yang diletakkan pada tiga pangkal pelepah dibagian pucuk. Aplikasi diulang setiap 45 hari.
         Pemanfaatan serbuk mimba (powdered neem oil cake) : Serbuk mimba (250 g) dicampur dengan 250 g pasir kemudian diaplikasikan pada pucuk kelapa yang menjadi tempat masuk Oryctes. Aplikasi dilakukan pada 3-4 pangkal pelepah pada bagian dengan interval 45 hari.


3.      Biologis
         Penggunaan Agnesia Cendawan Metarhicium anisopliae. Cendawan ini bersifat alami, aman bagi lingkungan (karena spesifik). Cara kerja cendawan adalah setelah larva hama Oryctes melalui makan kemasukan spora/konidium jamur Metarhicium, makan jamur akan mengifeksi larva hama. Larva hama yang terinfeksi akan mengalami sakit, selanjutnya akan mati dan jika matinya karena jamur, maka akan kering dan berwarna hijau.
         Penggunaan virus Baculovirus oryctes  


4.      Kimia
Penggunaan pestisida diprioritaskan terhadap serangan yang sifatnya eksplosi (serangan berat). Diusahakan pemakaian pestisida alternatif terakhir, bila cara pengendalian lain dirasakan sudah kurang manjur. Dalam pelaksanaannya harus secara bijaksana artinya baik dosis, kepekatan larutan maupun cara aplikasinya. Penggunaan pestisida guna mengendalikan hama kumbang Oryctes dapat menggunakan insektisida karbofuran 1% dicampur serbuk gergaji, caranya campuran tersebut ditarburkan kedalam 6 ketiak pelepah teratas dari kelapa-kelapa muda yang terserang. Penaburan dilakukan setiap 2 bulan sekali.


5.      Teknik Budidaya
         Tanaman Tahan :
Tidak ada tanaman tahan kelapa yang tahan serangan hama Kumbang nyiur (Oryctes Rhinoceros)
         Sanitasi :
Dengan cara pembersihan atau pemusnahan semua tempat yang mungkin menjadi tempat perkembangbiakan, atau berkembangnya larva seperti yang telah dikemukakan dimuka mengenai hidupnya larva. Tanaman mati yang membusuk, pohon kelapa yang tumbang hendaknya dipotong-potong, dibakar atau ditimbun dengan tanah. Jika bahan tanaman akan dipakai untuk pembuatan kompos dan diperkirakan berpotensi terdapat telur atau larva Oryctes diperlukan perlakuan insektisida sebagai tindakan pencegahan



2.      Kumbang sagu (Rhynchophorus ferruginous)



a.      Kerusakan dan Kerugian
Stadium yang berbahaya adalah stadium imago (dewasa) yang berupa kumbang. Imago menggerek dan memakan helaian daun pucuk yang belum membuka mengakibatkan daun terpotong-potong dan tampak seperi “V” bila membuka. Serangan ini dapat menyebabkan kematian tanaman bila mengenai titik tumbuh.


b.      Tanda Serangan
         Merusak akar tanaman muda, batang dan tajuk, pada tanaman dewasa merusak tajuk, gerekan pada pucuk menyebabkan patah pucuk
         Adanya sisa-sisa gerekan diluar lubang gerekan disertai adanya cairan yang keluar dari lubang gerekan berwarna coklat kemerahan dan berbau menyengat, biasanya hama ini berada didalamnya, kadang dalam satu lubang terdapat lebih dari satu kumbang berada didalamnya.
         Pada serangan berat di pucuk kelapa didapat lebih dari 20 lubang, bahkan kumbang yang di dapati bisa mencapai lebih 20 ekor. Akibat fatal pucuk akan rebah.


c.       Siklus Hidup

Dalam perkembangannya hama melalui 4 stadia : telur, larva, pupa dan imago, hama ini hidup dan berkembang di pucuk-pucuk tanaman golongan palmae. betina meletakkan telur di sela-sela tajuk kelapa yang basah dan agak membusuk, kadang diletakan di dalam liang-liang gerekannya, telur menetas setelah 7-10 hari, larva yang baru keluar menggerek batang, pucuk dan pangkal daun muda, umur larva 2 sampai 3 bulan, larva dewasa (instar 3) menggulung badannya dengan serabut sisa gerekannya hingga menutup tubuhnya.

Setelah seluruh tubuh terbalut jadilah bentuk kokon bulat lonjong, perkembangan larva menjadi pupa berkisar 2-3 minggu, masa pupa berkisar 2-3 minggu, pupa menjadi imago remaja berkisar 5 sampai 12 hari berada didalam kokon, umur kumbang dewasa berkisar 3 s/d 5 bulan. kesukaan hama ini untuk meletakkan kokonnya banyak dijumpai di pangkal-pangkal pelepah daun atau di bekas lubang gerekan.

Imago remaja setelah siap kawin, akan keluar dari kokon dan terbang mencari pasangan dan mulai menyerang tanaman kelapa, kumbang dewasa biasanya terbang dipagi hari sekitar jam 6 sampai jam 8, jika kondisi cuaca redup dan berawan kumbang nampak di sekitar pucuk kelapa hingga pukul 10, biasanya sedang melakukan perkawinan ataupun sedang membuat gerekan baru, daya cengkeram kumbang sangat kuat sehingga mampu dengan mudah melubangi batang atau pucuk kelapa dengan kaki-kaki depannya, jika didapati berada didalam lubang gerekan, kita akan kesulitan mengambilnya, karena kumbang akan bertahan dengan menghujamkan kukunya keserat kelapa, begitu kita lepas maka dengan cepat lari masuk kesela-sela pelepah bagian bawah. Kumbang dewasa di siang hari dengan cuaca cerah biasanya tidak menampakan diri, jika ingin menemukan kumbang dewasa pada pagi hari atau sore hari ataupun di saat cuaca redup dan berawan menampakkan diri.

Cara terbang hama ini sama halnya dengan kumbang-kumbang lainnya berputarputar dengan menimbulkan suara berdengung. Hama ini dapat kita temui pada tanaman kelapa berkisar 9 sampai 20 ekor pada satu tanaman kelapa bahkan bisa lebih. Hama ini lebih menyukai jenis kelapa dalam dari pada jenis kelapa gading atau genjah sehingga kebanyakan jenis kelapa gading/genjah agak lebih aman.

d.      Faktor yang mempengaruhi keberadaannya

1.      Faktor Dalam
Ketersediaan inang dan tumpukan bahan organik pada tanaman kelapa sehingga dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan dan makanan larva.

2.      Faktor Luar
Tersedianya tumpukan batang kelapa baik yang masih berdiri maupun yang sudah dicacah memberi peluang bagi Kumbang sagu (Rhynchophorus ferruginous) untuk mendapatkan tempat berbiak. Karena kondisi tersebut menyediakan bahan-bahan organik dan tempat yang nyaman untuk tinggal dan berkembangbiak.

e.       Pengendalian

1.      Fisik :
  Pemberian garam laut di setiap ketiak pelepah daun sepanjang 1 m dari pucuk kebawah dengan cara ditaburkan
   Dengan perangkap dilakukan dengan seks feromon dan dengan Larutan gula alkohol

2.      Mekanik :
Pemberian jaring-jaring/jala dililitkan pada pucuk kelapa, khusus kelapa yang belum berbuah lebih mudah untuk memasang jala Kumbang akan terjerat jala bila mendatangi pucuk kelapa, maka dengan mudah untuk menangkapnya

3.      Biologis :
Dilakukan dengan memanfaatkan Musuh alami yang sudah sering dimanfaatkan antara lain adalah Baculovirus oryctes (virus entomopatogen),  Metharizium sp. dan Beauveria bassiana (cendawan entomopathogen).

4.      Kimia :
Pemberian Furadan 3 G di di tiga ketiak pelepah daun secara spiral sepanjang 1m dari pucuk kebawah dengan dosis ½ sendok makan.
Lubang-lubang gerekan yang dijumpai dan terdapat sisa gerekan baru ditutup dengan insektisida Thiodan 35 EC 2-3 cc/liter larutan, Basudin 10 G dan sevin 85 SP pada luka dan diperkirakan ada serangan Kumbang sagu.

5.      Teknik Budidaya :
         Sanitasi :
Membersikan pohon dari serat yang membalut pelepepah, yang merupakan tempat peletakan telur hama. Serat-serat disekitar pucuk bila dibersihkan akan kelihatan luka-luka gerekan yang tertutup serat tersebut, sehingga kita dapat segera mengambil tindakan menangkap kumbang jika masih bersarang di dalam luka-luka gerekan.



3.      Ulat Artona (Artona catoxantha)



a.      Kerusakan dan Kerugian
Serangan berat dapat menyebabkan terjadinya gugur buah, dimulai 4 dari buah muda dan tanaman akan tidak berproduksi selama 1 – 1.5 tahun

b.      Tanda Serangan
         Larva Artona biasanya merusak daun kelapa tua perubahan warna daun menjadi kening-kuningan selanjutnya kering dan gugur
         Larva yang baru menetas akan merusak daun dari permukaan bawah, sehingga timbul bintik-bintik luka.
         Larva yang masih muda memakan bagian bawah helaian daun.
         Larva melukai daun hanya sampai batas lapisan epidermis atas, sehingga lapisan yang ditinggalkan mudah kering dan selanjutnya dengan gejala berbentuk garis yang semakin lama semakin luas.
         Daun terserang dapat ditumbuhi patogen sekunder seperti embun madu atau jamur jelaga.
         Daun kelapa kelihatan berlubang-lubang, yang terserang hebat mahkota daunnya  seperti bekas terbakar, dan serangan berat yang tertinggal hanya lidinya.


c.       Siklus Hidup


ü  Stadia Telur
Stadia telur berlangsung selama 3-4 hari, telur ulat Artona berbentuk lonjong (bulat panjang), berwarna putih bening atau hijau kekuningan bening dan memiliki ukuran panjang sekitar 0,5 mm – 1 mm.

ü  Stadia Larva
Stadia larva berlangsung selama 17-22 hari, warna larva putih kekuningan, jernih dan berukuran 11-12 mm. Pada bagian punggung terdapat garis yang lebar dan memanjang berwarna hitam ungu, disebelah garis tebal terdapat garis kecil. Larva memiliki kepala yang berwarna kuning kemerahan, tubuh larva bagian depan berukuran lebih besar daripada tubuh bagian belakang.

ü  Stadia Kepompong
Stadia kepompong berlangsung antara 10-12 hari, kepompong yang masih muda berwarna kekuning-kuningan, sedangkan kepompong yang sudah tua berwarna merah sauh karena tertutup oleh lapisan kulit kokon. Kepompong memiliki ukuran panjang berkisar antara 12-14 mm dan lebar 6-7 mm.

ü  Stadia Ngengat (Kupu-kupu)
Kupu-kupu Artona berukuran panjang antara 10-15 mm dengan jarak antar sayap 13-16 mm, berwarna hitam merah kecoklatan, dan pada kuduk, tubuh bagian bawah serta pinggir sayap depan terdapat sisik-sisik kuning. Sepanjang siang hari, kupu-kupu Artona diam dan berdiri pada kedua kakinya, berjajar sampai berpuluh-puluh ekor pada anak-anak daun kelapa yang menggantung. Aktif pada pagi dan petang hari, baik kupukupu jantan maupun betina beterbangan mengitari pohon-pohon kelapa untuk kawin. Biasanya kupu-kupu betina mulai meletakkan telurnya pada anak daun di bagian bawah, berkelompok sebanyak 3-12 butir.


d.      Faktor yang mempengaruhi

1.      Faktor Dalam :
Kemampuan berkembang biak; fekunditas (kemampuan bertelur imago betina), siklus hidup (dari telur menetas sampai imago meletakkan telur pertama) yang pendek

2.      Faktor Luar :
Temperatur yang mempengaruhi aktivitas serangga, penyebaran geografis dan lokal, perkembangan (development) serangga; kelembaban yang berpengaruh pada preferensi serangga  terhadap tempat hidup, cahaya yang mempengaruhi aktivitas harian serangga, curah hujan berpengaruh terhadap kelembaban dan aktivitas musuh alami terutama jamur patogen, serta angin yang berpengaruh terhadap pemencaran Artona. Faktor ketersediaan makanan, musuh alami dan atau kompetitor lainnya sering menjadi pembatas peningkatan populasi cepat bertambah.

3.      Faktor Pendukung :
Faktor pendukung terjadinya eksplosi Artona antara lain ketersediaan daun kelapa sebagai sumber pakan, kondisi cuaca yang sangat mendukung, kurang berperannya musuh alami, belum berjalannya sistem pengamatan hama yang kontinyu sehingga potensi serangan Artona pada tingkat awal tidak terpantau, terlambatnya upaya pengendalian pada saat populasi Artona masih rendah.

e.       Pengendalian

1.      Mekanis
Melakukan pemangkasan semua daun kelapa dengan hanya meninggalkan 3 – 4 lembar daun muda. Cara ini dilakukan jika pada 200 – 300 sampel pohon ditemukan bahwa dua pelepah dalam pohon kelapa terdapat larva Artona dari 4 stadium. Pemangkasan dilakukan setelah larva Artona mencapai panjang 8 mm untuk memberi kesempatan kepada parasit untuk berkembang biak terlebih dahulu. Larva Artona akan menjadi kupu-kupu dalam waktu 2 minggu sehingga pemangkasan harus sudah selesai dalam jangka waktu tersebut.

2.      Biologis
Menggunakan Musuh Alami Golongan Parasit ulat :
-          Lalat kelabu Bessa remota Aldr.
-          Lalat hitam Argyrophiylax fumipennis Towns
-          Tabuhan Apanteles artonae Rohw
-          Tabuhan Euplectromorpha viridiceps Ferr.
-          Tabuhan Neoplectrus bicarinatus Ferr.
-          Tawon Glyptapanteles artonae
Menggunakan Musuh Alami Golongan predator: Semut krangrang, semut besar berwarna cokelat.

3.      Kimiawi
         Memberikan insektisida sistemik melalui pengeboran batang atau pemotongan akar, untuk tanaman yang masih rendah dilakukan penyemprotan tajuk.
         Penyemprotan Baythroid 050 WSC, dengan dosis 1/2-1 cc/1 air.

4.      Teknik Budidaya
         Sanitasi :
Membersikan pohon dari serat yang membalut pelepepah, yang merupakan tempat peletakan telur hama. Serat-serat disekitar pucuk bila dibersihkan akan kelihatan luka-luka gerekan yang tertutup serat tersebut.


  
4.      Ulat Api Thosea sp (Limacodidae)



a.      Kerusakan dan Kerugian
         Ulat memakan habis daun, mulai dari bagian daun yang tua sampai daun muda sehingga kelihatan tinggal lidinya.
         Tanaman terganggu proses fotosintesisnya karena daun menjadi kering, pelepahnya menggantung dan akhirnya berdampak pada tidak terbentuknya tandan selama 2-3 tahun.


b.      Tanda Serangan
         Serangan dimulai dari daun bagian bawah.
         Larva akan memakan helaian daun mulai dari tepi hingga helaian daun yang telah berlubang habis, tinggal menyisakan tulang daun atau lidi. Bagian daun yang disukai ulat api adalah anak daun pada ujung pelepah.


c.       Siklus Hidup

Untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya, ulat api dari jenis Thosea asigna Mr. membutuhkan waktu  antara 86 sd 109 hari dengan periode larva  antara 45 sd 59 hari. Larva Thosea asigna Mr. berwarna hijau kekuning-kuningan dan memiliki garis lebar memanjang dengan 3 bercak coklat atau ungu abu-abu.
Setelah menetas, larva T. asigna muda yang masih dalam instar 1 membentuk koloni dan memakan hanya bagian bawah epidermis daun saja. Setelah mencapai instar 4, larva mengisolasikan diri dan memakan semua bagian daun hingga jumlah yang sangat besar, yakni 4-5 helai daun. Pada kelapa, ulat api jenis ini umumnya tersebar pada pelepah daun ke 9 sampai 25 dari duduk daun.


d.      Faktor yang mempengaruhi

1.      Faktor Dalam
Faktor jumlah dan ketebalan bulu pada permukaan daun terbukti menentukan pergerakan (mobilitas) ulat api, yang pada akhirnya berdampak pada derajat kesukaan ulat api untuk memakan daun.

2.      Faktor Luar
Akibat musim panas yang berkepanjangan, kerusakan yang disebabkan oleh hama ini sangat serius. Serangannya sangat cepat meluas dan tanaman kelapa rusak dalam waktu beberapa minggu. Seringkali serangan terjadi dalam waktu singkat, tetapi tanaman akan pulih kembali dalam waktu lebih dari satu tahun. Serangan akan berhenti setelah 1 atau 2 generasi saja. Generasi yang kedua mungkin ditemukan pada areal yang bersebelahan. Sehubungan dengan sifat serangan hama ini, petani harus waspada, karena usaha pengendalian hanya akan ekonomis kalau dapat dilaksanakan pada waktu larva masih muda. 


e.       Pengendalian

1.      Fisik
Memangkas semua daun yang terserang lalu membakarnya serta memupuk tanaman untuk mempercepat pemulihan tanaman.

2.      Mekanik
Mengumpulkan semua stadia hama (telur, larva, pupa dan imago) lalu di musnahkan.

3.      Biologis
Pengendalian menggunakan virus merupakan pilihan yang baik dalam menanggulangi hama ini dibandingkan dengan menggunakan insektisida sistemik.
Virus MNPV (Multi-Nucleo Polyhydro Virus) untuk ulat api Thosea sp. diaplikasikan dengan cara menyemprot daun kelapa (hanya 10-20 % pohon terserang), karena virus dapat menular dari satu pohon ke  pohon lainnya. Keuntungan yang diperoleh bila menggunakan virus adalah lebih murah, tidak beracun terhadap manusia maupun hewan piaraan, kecil kemungkinannya akan mengakibatkan munculnya kembali hama. Hambatan atau kekurangannya adalah hanya larva yang baru saja mati akibat virus yang dapat digunakan sebagai bahan infeksi untuk larva lainnya. Larva yang terinfeksi virus harus segera disimpan dalam lemari es, setiap spesies ulat api mempunyai virus tersendiri (khusus) oleh karena itu virus dari suatu spesies tidak dapat digunakan untuk  membunuh ulat dari spesies yang lain. Umumnya virus dari Thosea tidak dapat digunakan untuk membunuh Parasa, begitu juga sebaliknya.


4.      Kimia
Penggunaan kimia hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir, yakni  apabila ditemukan lebih dari 30 ekor larva muda pada setiap pelepah, dan tidak tersedia virus. Menggunakan insektisida sistemik yang direkomendasikan. dengan cara infus akar atau injeksi batang sebanyak 15-20 ml/pohon. Pada pohon kelapa yang berumur ≤ 10 tahun dilakukan infus akar, sedangkan yang berumur > 10 tahun dilakukan injeksi batang (bor batang).

5.      Teknik Budidaya
       Sanitasi :
Membersikan pohon dari serat yang membalut pelepepah, yang merupakan tempat peletakan telur hama. Serat-serat disekitar pucuk bila dibersihkan akan kelihatan luka-luka gerekan yang tertutup serat tersebut.
Membersihkan daun-daun yang terserang hama dan langsung dibakar.




5.      Belalang Pedang (Sexava sp)



a.      Kerusakan dan Kerugian  
Pada serangan berat kelapa tinggal lidi saja, sehingga buahnya berguguran dan tanaman tidak dapat menghasilkan buah selama dua tahun.


b.      Tanda Serangan
Nimfa dan imago hama Sexava spp. memakan daun tanaman kelapa dari pinggir meninggalkan bekas gigitan yang tidak rata. Serangan dimulai dari pelepah yang paling bawah sebelum daun di bagian bawah habis di makan maka hama Sexava spp. tidak akan pindah ke daun sebelah atasnya. Pada serangan berat yang tertinggal hanya beberapa pelepah pucuk, sedangkan daun – daun di bagian bawah tinggal lidinya saja


c.       Siklus Hidup  
Dalam perkembangannya hama Sexava spp. mengalami metamorphosis bertingkat, terdiri 3 stadia yaitu : Telur, Nimfa (serangga muda) dan Imago (serangga dewasa). Aktivitas makan dan reproduksi kebanyakan dilakukan pada malam hari. Imago biasanya mulai bertelur setelah berumur ±1 bulan. Imago bertelur di dalam tanah di sekitar tanaman kelapa dan pohon inang lainnya pada kedalaman 1 – 5 cm. Seekor betina dapat bertelur sekitar 50 butir.Siklus hidup dari telur sampai bertelur lagi ± 5 bulan. 



ü  Telur
Telur yang baru diletakkan sangat tipis kemudian setelah umur 2 hari telur bentuk dan warna seperti gabah panjang ± 12 mm, lebar 2 mm mempunyai lekuk memanjang pada sisinya. Telur tua berukuran 13 mm dan lebar 3 mm. Stadia telur Sexava spp. antara 45 – 50 hari.

ü  Nimfa
Nimfa hama Sexava spp. yang baru menetas panjang ± 12 mm, panjang antenna 9 mm dan berwarna hijau atau hijau kemerahan. Stadia nimfa ± 70 hari, nimfa yang baru menetas biasanya akan langsung memanjat ke atas tanaman kelapa atau tanaman inang lainnya. Nimfa biasanya menetap pada pohon kelapa atau tanaman inang lainnya sampai sayapnya tumbuh sempurna.

ü  Imago
Imago Sexava spp. biasanya berwarna hijau, coklat dan hijau kecoklatan. Imago betina memiliki alat peletak telur (ovipositor) yang berbentuk pedang pangkalnya berwarna hijau bagian tengah coklat sedangkan ujung berwarna hitam sehingga hama ini disebut belalang pedang. Imago betina panjang antara 9,5 – 10,5 cm panjang ovipositor antara 3 – 4,5 cm dan imago jantan antara 6 – 9,5 cm, imago jantan tidak mempunyai ovipositor. Nimfa dan imago aktif pada malam hari, waktu makan mengeluarkan bunyi yang gemuruh. Siang hari bersembunyi dibawah daun. Belalang jantan mengeluarkan bunyi yang nyaring sehingga disebut juga walang kerik.

  
d.      Faktor yang mempengaruhi

1.      Faktor Dalam :
Ketersediaan inang dan tumpukan bahan organik pada tanaman kelapa sehingga dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan dan makanan larva.

2.      Faktor Luar :
Kondisi tanah di areal tanaman kelapa merupakan jenis tanah berpasir hal ini sangat menunjang kelangsungan hidup hama Sexava sp untuk dapat meletakan telurnya, sehingga intensitas kerusakan yang terjadi lebih tinggi, hama Sexava sp. meletakan telur di tanah berpasir banyak gulma yang berada di bawah pohon kelapa ini juga sangat mempengaruhi keberadaan hama Sexava sp. untuk dapat meletakan telurnya sehingga kerusakan yang ditimbulkan lebih rendah.

Jarak tanam yang terlalu dekat akan mengakibatkan hama dapat dengan cepat berpindah dan berkembang sehingga mengakibatkan kerusakan pada tanaman.

Curah hujan yang tinggi berpengaruh bagi hama bagi hama Sexava sp  untuk bertahan hidup , areal tanaman kelapa yang berada pada dataran rendah mengakibatkan air dapat menggenangi areal tanaman sehingga dapat mengakibatkan siklus hidup dari hama tersebut terputus.

e.       Pengendalian

1.      Fisik
Pengolahan tanah untuk bercocok tanam tanaman kelapa.

2.      Mekanik
Mekanis yaitu memusnahkan telur dan nimfanya, menangkap belalang (di Sumatra dengan perekat dicampur Agrocide, Lidane atau HCH, yang dipasang sekeliling batang) untuk menghalangi betina bertelur dipangkal batang dan menangkap nimfa yang akan naik ke pohon.

3.      Biologis
Biologis yaitu dengan menggunakan parasit telur Leefmansia bicolor yaitu parasitoid yang potensial untuk dikembangkan, namun dalam aplikasi di lapangan tingkat keberhasilan cukup bervariasi, tergantung kondisi lingkungan, pola tanam, frekuensi aplikasi parasit dan perlakuan lainnya yang diberikan pada tanaman.

4.      Kimia
Kimia yaitu menyemprot dengan salah satu atau lebih insektisida, seperti BHC atau Endrin 19,2 EC 2cc/liter air, menyemprotkan disekitar pangkal batang sampai tinggi 1 meter, tanah sekitar pangkal batang diameter 1,5 m 6 liter/pohon. Insektisida lain yang dapat digunakan : Sumition 50 EC, Surecide 25 EC, Basudin 90 EC atau Elsan 50 EC.

5.      Teknik Budidaya  
Kultur teknis yaitu menanam tanaman penutup tanah dengan sanitasi kebun dan menggunakan tanaman sela kacang tanah, jagung dan tanaman penutup tanah seperti Arachis pintoi.




6.      Kutu perisai (Aspidiotus destructor)




a.      Kerusakan dan Kerugian
Serangan hama ini dapat mengakibatkan kerusakan tanaman kelapa yang cuku berat , bahkan sebagian dapat mencapai 100 %. Rata-rata tingkat kerusakan tanaman kelapa 64,45 % karena serangan hama ini sehingga  menimbulkan penurunan produksi kelapa sekitar 80 %.
Berubahnya rasa air kelapa menjadi asam hingga mengakibatkan penurunan produksi kelapa.


b.      Tanda Serangan
         Hama ini merusak dengan mengisap cairan daun sehingga daun menguning.
         Tertutupnya stomata dan pengaruh air liur yang bersifat toksik yang menyebabkan kematian jaringan/nekrosis
         Serangan parah terlihat jika seluruh daun terserang hama sehingga mahkota daun akan habis dan tanaman tidak dapat menghasilkan buah yang langsung menurunkan produksi. Serangan parah terjadi pada musim kering, daerah dengan curah hujan tinggi dengan tanaman yang ditanam berdekatan,serta kondisi perkebunan yang tidak terawat.





c.       Siklus Hidup

Telur berwarna putih ketika pertama kali diletakkan dan menjadi kuning setelah beberapa hari. Telur diletakkan di bawah tubuh imago betina. Masa inkubasi sekitar 7-8 hari. Nimfa jantan mengalami tiga hali ganti kulit dan dua kali pada nimpha betina. Perkembangan nimfa sekitar 24 hari pada jantan dan lebih lama pada betina.

Setelah menetas, nimpha muda bergerak kepermukaan daun mencari tempat yang cocok. Setelah menemukan tempat yang cocok, nimfa akan menempel pada daun dan tidak akan bergerak. Tahap pencarian inang yang cocok biasanya berlangsung 2-48 jam, tetapi biasanya tidak melebihi 12 jam. Pada tahap kedua, jantan menjadi cokelat kemerahan dan berbentuk elips sedangkan betina tetap kuning pucat. Tahap kedua berlangsung selama 5-8 hari untuk jantan dan 8-10 hari untuk betina.

Imago betina berwarna kuning terang-orange, sedikit bundar dan ditutupi dengan lapisan tipis semitransparan. Diameter sekitar 1,5-2 mm. Imago jantan jauh lebih kecil, berbentuk oval dan berwarna kemerahan. Imago jantan dewasa memiliki sepasang sayap. Siklus hidup betina dari telur hingga awal oviposisi, diperlukan 34-35 hari sedangkan jantan sekitar 30-35 hari. Ada 8-10 generasi per tahun di daerah tropis. Seekor imago dapat meletakkan 65-110 telur dengan rata-rata 90 telur yang berlangsung selama 9 hari.


d.      Faktor yang mempengaruhi

1.      Faktor Dalam :
Ketersediaan inang dan tumpukan bahan organik pada tanaman kelapa sehingga dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan dan makanan larva.

2.      Faktor Luar :
Terdapat beberapa unsur iklim yang memiliki pengaruh cukup baik terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Pada bulan-bulan kering populasi kutu perisai meningkat karena pada umumnya keaktifan serangga akan meningkat pada bulan-bulan kering. Namun untuk pertumbuhan dan perkembangannya diperlukan kondisi yang cukup lembab. Hal ini terlihat dari tempat menetap mereka yang berada pada permukaan bawah daun, dan terkadang di atas permukaan daun bila permukaan atas daun lembab. Pertanaman yang cukup rapat dan hujan juga merangsang cepatnya perkembangan serangga ini.

Kepadatan kutu perisai berkisar antara 20-30 per cm2 permukaan daun. Bila larva tidak menemukan tempat, larva dapat memanfaatkan hujan untuk turun dan berpindah ke pohon lainnya. Namun hujan yang lebat dapat meningkatkan mortalitas kutu ini, karena tingkat kematian imago dan telur mengalami peningkatan pada saat hujan lebat.

Selain hujan, angin juga dapat menjadi penyebab penyebaran hama kutu perisai. Pada umumnya penyebaran tanaman kelapa berada di daerah pinggiran laut, dimana terpaan angin terjadi cukup tinggi. Tanaman kelapa juga membutuhkan bantuan angin untuk melakukan penyerbukan. Angin yang terjadi pada malam hari dan siang hari di pinggiran laut menjadi faktor yang paling menentukan tingkat penyebarannya. Dengan angin, hama kutu ini akan berpindah dari satu pohon ke pohon lain dengan mudah. Kerusakan yang terjadi pada mahkota bunga kelapa mungkin juga diakibatkan oleh bantuan angin. Jika sudah terjadi hal seperti ini, dapat dipastikan produksi kelapa akan menurun. Walaupun produksinya tetap konstan kemungkinan rasa dari air kelapa akan berubah menjadi asam.


e.       Pengendalian

1.      Fisik
Memangkas semua daun yang terserang lalu membakarnya serta memupuk tanaman untuk mempercepat pemulihan tanaman.

2.      Mekanik
Mengumpulkan semua stadia hama lalu di musnahkan.

3.      Biologis
Pengendalian dengan menggunakan musuh alaminya. Kehadiran organisme lain seperti predator  Chilocorus politus (Coleoptera: Coccinellidae) dan Scymnus sp. (Coleoptera: Coccinellidae), serta parasitoid Comperiella unifasciata Ish. (Hymenoptera: Encyrtidae) akan menekan populasi hama kutu perisai.

4.      Kimia
Menggunakan insektisida jika tanaman kelapa mengalami serangan berat. Jika tidak mengalami serangan berat maka tidak dianjurkan.

5.      Teknik Budidaya
       Sanitasi
Sisa-sisa tanaman, gulma, dan tanaman inang lainnya di sekitar pertanaman merupakan tempat bertahan hidup hama. Oleh karena itu, pemusnahannya perlu dilakukan untuk memperkecil sumber inokulum awal.



7.      Ulat Mayang (Batrachedra sp)


a.      Kerusakan dan Kerugian
Larva dari hama ini merupakan stadium yang aktif merusak. Larva merusak bunga jantan dan bunga betina yang terdapat di dalam mayang sehinggan tanaman kelapa tidak dapat berbuah.

b.      Tanda Serangan
Adanya lubang pada seludang bunga (spatha) yang belum membuka. Larva akan masuk dan menggerek bunga jantan dan betina, sehingga dalam waktu singkat, bunga jantan menjadi kehitaman, dan bunga betina akan mengeluarkan getah, dan akhirnya bunga-bunga akan rontok

c.       Siklus Hidup
Imago bertelur pada alur kulit seludang secara terpisah atau berkelompok. Telur berwarna putih-kekuningan, lonjong, dan berumur 4 hari. Larva segera menggerek seludang menuju bunga-bunga jantan. Larva berwarna putih dengan kepala berwarna coklat-kehitaman. Panjang larva tua 0,8 cm, ruas tubuhnya dilingkari oleh gelang-gelang berwarna hijau-kecoklatan. Stadium larva berlangsung 1-2 minggu.

Larva berpupa pada pangkal tangkai bunga. Stadium pupa berlangsung 10 hari, dan ketika seludang membuka, pupa telah menjadi imago. Imago berwarna merah coklat. Pada sayap bagian depan terdapat titik-titik putih. Pada siang hari imago istirahat/berdiam diri dan akan aktif pada sore dan malam hari. Imago tertarik dengan cahaya lampu. Masa hidup imago kurang lebih 7 hari.


d.      Faktor yang mempengaruhi
1.      Faktor Dalam:
Tanaman kelapa merupakan tanaman yang dijadikan inang oleh ulat mayang. Kemampuan berkembang biak; fekunditas (kemampuan bertelur imago betina), siklus hidup (dari telur menetas sampai imago meletakkan telur pertama) yang pendek

2.      Faktor Luar :
Temperatur yang mempengaruhi aktivitas hama ini, kelembaban yang berpengaruh pada preferensi hama ini terhadap tempat hidup, cahaya yang mempengaruhi aktivitas haria , curah hujan berpengaruh terhadap kelembaban dan aktivitas musuh alami terutama jamur patogen, serta angin yang berpengaruh.


e.       Pengendalian

1.      Mekanis
Mengambil hama jika menemukannya

2.      Biologis
Memanfaatkan musuh alami dari  B. arenosella yaitu parasitoid telur Trichogramma sp. (Hymenoptera, Trichogrammatidae), Meteorus sp., Apanteles sp., dan Chelonus sp. (Hymenoptera, Braconidae). Aplikasi Chelonus sp. dilakukan pada siang hari sebanyak 5 pasang/ha dengan waktu pemasangan 3 bulan sekali.

3.      Kimia
Menggunakan insektisida Endrin 19,2 EC 0.5%, Basudin 60 EC dan BHC. Cara aplikasi insektisida Endrin 0.5% adalah dengan memotong seludang bunga yang baru membuka, kemudian bekas potongan diolesi insektisida Endrin 0.5%

4.      Teknik Budidaya
Pengendalian secara bercocok tanam dilakukan melalui pembersihan tanaman  penutup tanah sementara untuk mencegah peletakan telur.
Sanitasi bagian atas tanaman kelapa. Petani dapat melakukan sanitasi sambil melakukan monitoring sehingga segera dapat diketahui jika ada serangan, dan dapat segera dikendalikan agar serangan tidak meluas


   
8.      Tikus (Ratus tioomanichus)



a.      Kerusakan dan Kerugian
Tikus sering menyerang bibit kelapa, tanaman belum menghasilkan, tanaman menghasilkan, memakan serangga penyerbuk bunga kelapa, dan menyebabkan masuknya padogen sekunder melalui bekas luka.
Merusak bunga kelapa, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akibatnya tanaman tidak bisa menghasilkan buah sehingga menyebabkan kerugian yang amat besar. 

b.      Tanda Serangan
Serangan hama tikus ditandai dari adanya bagian tanaman yang berkarat, khususnya pada bagian pangkal batang. Serangan juga bisa terjadi pada bagian umbut yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak normal dan mati. Belum lagi kerusakan pada bagian pelepah menyebabkan tingkat produktifitas kelapa menurun.

c.       Siklus Hidup


d.      Faktor yang mempengaruhi
1.      Faktor Dalam
Tanaman Kelapa menyediakan sumber makanan bagi tikus , tikus yang pemakan segala memakan buah kelapa baik masih muda ataupun sudah tua.
2.      Faktor Luar
Lingkungan tanaman kelapa tumbuh dapat dijadikan sebagai rumah untuk tikus.


e.       Pengendalian
1.      Fisik
Mengubah faktor lingkungan fisik menjadi di atas atau di bawah batas toleransi tikus.

2.      Mekanik
         Perangkap; Livetrap, deadtrap, snaptrap,
         breakbacktrap, pitfalltrap
         Penghalang/barrier/proofing
         Berburu, Blanketing, krompyangan, gropyokan

3.      Biologis
         Predator, seperti:Burung hantu (Tyto alba), kucing (Felis catus), ular sawah (Ptyas koros). Predasi terhadap tikus dapat digambaran sebagai berikut:
Aves (10) > Mamalia (4) > Reptilia (1)
         Predator tikus yang lain seperti anjing (Canis familiaris), Musang (Paradoxurus hermahroditus), dan garangan (Herpestes javanicus).
         Patogen, seperti: Protozoa Sarcocystis singaporensis, bateri Trypanosoma evansi, dan nematoda Nippostrongilus brassiliensis

4.      Kimia
         Umpan beracun (rodentisida)
         Fumigan (asap beracun)
         Atraktan dan repelen
         Kemosterilan (bahan pemandul)

5.      Teknik Budidaya
         Pengendalian Kultur Teknis
Prinsipnya →Membuat lingkungan yang tidak mendukung bagi kehidupan dan perkembangan populasi tikus.
Contoh: pengaturan pola tanam, waktu tanam, jarak tanam, dll. Cocok pada tanaman semusim, sangat susah diterapkan pada kebun kelapa.

         Sanitasi
Prinsip sanitasi untuk Membersihkan sarang dan tempat persembunyian tikus.Sanitasi kebun dapat dilakukan terhadap :
-          Tumpukan kayu sisa tebangan pohon-pohon tua pada areal bukaan baru atau areal peremajaan.
-          Gulma di sekitar pertanaman dan tumpukan pelepah.
-          Perlu diperhatikan agar pembersihan ini tidak mengganggu kacangan penutup tanah (KPT).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Pengenalan dan Pengendalian Hama Belalang Pedang (Sexava spp) Pada Tanaman Kelapa. Direktorat Perlindungan Perkebunan; http; //ditjenbun.deptan.go.id/perlinbun (2009). Diakses tanggal 10 Februari 2017

Anonim. Teknologi Baru Pengendalian Hama Sexava spp.perkebunan.litbang pertanian.go.

Badiaroh A., 2013. Budidaya Tanaman Kelapa. BBPPTP Medan. http://ditjenbun.deptan.go.id/bbpptpmedan/berita-198-budidaya-tanamankelapa.html. Diakses tanggal 10 Februari 2017

Bidang Proteksi. 2013. Data Triwulan II. Bidang Proteksi Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya, Jombang.

Darwis, Michellia. 2006. Upaya Pengendalian Hama Sexava spp. Secara Terpadu. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Jl. Tentara Pelajar No 3 Bogor 16111.

Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan).http://ditjenbun.deptan.go.id

Kalshoven, L.G.E. 1991. Pest of Crops In Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.

Kartasapoetra.A.G. 1993. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan.Bumi Aksara. Jakarta.

Mamondol, Martinus. 2011. Hama Sexava spp dan Pengendaliannya. disbunsulut.org/beranda/207/. Diakses tanggal 10 Februari 2017

Sajarwadi, Lulus G, dan Erlan A.R., 2010. Fenomena Eksplosi Hama Larva Pemakan Daun Kelapa Artona catoxantha.

http://erlanardianarismansyah.blogspot.com/2010/11/fenomena-eksplosihama-larva-pemakan.html. Diakses tanggal 10 Februari 2017

Wabang W., 2013. Makalah Ilmu Hama Tumbuhan Invertarisasi Dan Identifikasi Hama PadaTanaman Perkebunan. Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang. http://ilmuhamatumbuhan.blogspot.com/2013/04/makalahilmu-hama-tumbuhan_12.html. Diakses tanggal 10 Februari 2017





http://www.agrotani.com/hama-penyakit-pohon-kelapa/ (Diakses tanggal 10 Februari 2017)


http://ditjenbun.pertanian.go.id/sinta/kumbang-sagu/ (Diakses tanggal 10 Februari 2017)



http://books.google.co.id/books?id=qo2wRGSoNkQC&pg=PA76&lpg=PA76&dq=s iklus+hidup+brontispa&source=bl&ots=t7GCjg7jcD&sig=ZAvcvJa6SFovJQz6vIAE3 DTpXNg&hl=id&sa=X&ei=kKliUum_D4KYrgfb0ICQCw&redir_esc=y#v=onepage&q =siklus%20hidup%20brontispa&f=false. (Diakses tanggal 10 Februari 2017)