“Hama Tanaman
Kelapa”
Dosen Pengajar :
PROF. DR.IR. MOCH SODIQ
PROF. DR.IR. MOCH SODIQ
Kelapa
merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili
Palmae.Kelapa banyak terdapat di negara-negara Asia dan Pasifik yang
menghasilkan 5.276.000 ton (82%) produksi dunia dengan luas ± 8.875.000 ha
(1984) yang meliputi 12 negara, sedangkan sisanya oleh negara di Afrika dan
Amerika Selatan. Indonesia merupakan negara perkelapaan terluas (3.334.000 ha
tahun 1990) yang tersebar di Riau, Jateng, Jabar, Jatim, Jambi, Aceh, Sumut,
Sulut, NTT, Sulteng, Sulsel dan Maluku, tapi produksi dibawah Philipina
(2.472.000 ton dengan areal 3.112.000 ha), yaitu sebesar 2.346.000 ton.
Jenis
Tanaman Kelapa (Cocos nucifera) :
1.
Kelapa dalam dengan varietas viridis
(kelapa hijau), rubescens (kelapa merah) Macrocorpu (kelapa kelabu), Sakarina
(kelapa manis).
2.
Kelapa genjah dengan varietas Eburnea
(kelapa gading), varietas regia (kelapa raja), pumila (kelapa puyuh), pretiosa (kelapa
raja malabar).
3.
Kelapa hibrida
Kelapa
tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan antara 1300-2300 mm/tahun, bahkan sampai
3800 mm atau lebih, sepanjang tanah mempunyai drainase yang baik. Akan tetapi
distribusi curah hujan, kemampuan tanah untuk menahan air hujan serta kedalaman
air tanah, lebih penting daripada jumlah curah hujan sepanjang tahun. Angin berperan penting pada penyerbukan bunga
(untuk penyerbukannya bersilang) dan transpirasi tanaman. Kelapa menyukai sinar
matahari dengan lama penyinaran minimum 120 jam/bulan sebagai sumber energi
fotosintesis. Bila dinaungi, pertumbuhan tanaman muda dan buah akan terlambat.
Kelapa sangat peka pada suhu rendah dan tumbuh paling baik pada suhu 20-27
derajat C. Pada suhu 15 derajat C, akan terjadi perubahan fisiologis dan
morfologis tanaman kelapa.
1.
Hama Penting Tanaman Kelapa
•
Kumbang nyiur Oryctes rhinoceros (Coleoptera
: Scarabaeidae)
•
Kumbang sagu Rhyncophorus ferugineus (Coleoptera
: Curculionidae)
•
Ulat Artona xatosantha (Lepidoptera
: Zygaenidae)
•
Ulat api Setora nitens, Parasa
sp. Darna sp. (Lepidoptera : Limacodidae)
•
Kutu perisai Aspidiotus destructor (Homoptera
: Diasphididae)
•
Belalang kembara Locusta migratoria (Orthoptera
: Acrididae) dan belalang kayu
•
Valanga ningricornis (Orthoptera
: Tettigonidae)
•
Hama mayang Batrachedra sp.
(Lepidoptera : Cosmopterygidae) dan Tirathaba
•
sp. (Lepidoptera :Pyralidae)
•
Hama buah Tikus (Ratus tioomanichus)
dan tupai
2.
Hama Perusak Tanaman Kelapa
•
Perusak batang : Oryctes rhinoceros,
Dynastes gideon, Rhyncophorus sp.
•
Pemakan/perusak daun : Artona sp.,
ulat api Setora sp., Darna sp., Parasa
•
sp.,Calchoceillis sp., belalang Sexava
sp., Locusta sp., Valanga sp., Oxya sp., ulat
•
kantung Mahasena sp., ulat Hidari
sp.
•
Penghisap : kutu kapok Aleyurodichus sp.,
kutu perisai Aspidiotus sp.
•
Perusak bunga : ulat Tirathaba sp.
dan Batrachedra sp.
•
Perusak buah : tupai dan tikus
•
Hama gudang : Corcyra sp., Dolessa
sp., Necrobia sp., Carpophilus sp.,
•
Oryzaephilus sp.,
Tenebroides sp.
1.
Kumbang nyiur (Oryctes Rhinoceros)
a.
Kerusakan
dan Kerugian
Stadium
yang berbahaya adalah stadium imago (dewasa) yang berupa kumbang. Imago
menggerek dan memakan helaian daun pucuk yang belum membuka mengakibatkan daun
terpotong-potong dan tampak seperi “V” bila membuka. Serangan ini dapat
menyebabkan kematian tanaman bila mengenai titik tumbuh.
b.
Tanda
Serangan
•
Hama ini merusak tanaman yang berumur
1-2 tahun; tanaman berumur 0-1 tahun,
•
Lubang pada pangkal batang dapat
menimbulkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun yang dirusak
•
Pada tanaman dewasa terjadi lubang pada
pelepah termuda yang belum terbuka
•
Ciri khas yang ditimbulkan yaitu janur
seperti digunting berbentuk segi tiga
c.
Siklus
Hidup
Siklus
hidup 71 – 142 hari. Daerah sebaran serangan lebih banyak di daerah bawah
terutama pada daerah dekat hindutri (mesin sirkel), dan banyak kandang ternak
sapi/babi. Metamorfosa sempurna yaitu : telur, larpa, pupa dan imago
ü Telur
Bentuk
lonjong, warna putih dan diliputi oleh butiran tanah. Panjang 3-3,5 mm, lebar 2
mm. Menjelang menetas panjangnya ± 4 mm lebar ± 3 mm, bagian kepala berwarna
coklat stadium telur lamanya 11-13 hari.
ü Larva
Yang baru
menetas berwarna putih bagian kepala merah kecoklatan panjang 7-8 mm, sudah
dewasa panjang 60-105 mm, lebar 25 mm, bentuk badan membengkak ujung perut
(abdomen) membentuk kantong badan larva ditumbuhi rambut-rambut pendek. Larva
membutuhkan waktu antara 2-4 bulan untuk menjadi pupa.
ü Pupa
(kepompong)
Berwarna
coklat panjang 45-50 mm lebar 22 mm. Bakal alat mulut, bakal sayap, dan bakal
tungkai terlihat jelas. Pada bagian kepala juga nampak culanya. Kepompong
terdapat dalam kokon yang terbuat dari tanah. Lama stadium pupa 19-21 hari.
Kumbang yang baru terbentuk tidak segera keluar, tapi masih terlindung dalam
kokon selama 14-28 hari.
ü Imago
Berwarna
hitam, bagian bawah berwarna coklat kemerahan panjang 4-5 cm dan lebar 2-2,5
cm. Kumbang jantang bercula lebih panjang dari yang betina sekitar ekor tidak
berambut atau gundul. Ciri khas kumbang betina sekitar ekor berambut lebat.
Kumbang mencari makan terbang kepucuk pohon kelapa dan terjadi perkewaninan,
sedangkan kalau mau bertelur kebawah menuju sampah, limbah atau kotoran hewan.
Waktu terbang biasanya sekitar jam 18.00 - 19.00, kumbang juga tertarik pada
cahaya dan tidak terbang jauh, maka memilih sampah yang terdekat. Umur kumbang
sekitar 4-4,5 bulan, yang betina mulai bertelur pada umur 20-62 hari setelah
meninggalkan kokon jumlah telur mencapai 70-80 butir
d. Faktor yang mempengaruhi keberadaannya
1.
Faktor
Dalam :
Ketersediaan
inang dan tumpukan bahan organik pada tanaman kelapa sehingga dijadikan sebagai
tempat perkembangbiakan dan makanan larva.
2.
Faktor
Luar :
Tersedianya
tumpukan batang kelapa baik yang masih berdiri maupun yang sudah dicacah
memberi peluang bagi Kumbang nyiur (Oryctes
rhinoceros) untuk mendapatkan tempat berbiak. Karena kondisi tersebut
menyediakan bahan-bahan organik dan tempat yang nyaman untuk tinggal dan
berkembangbiak.
Serangga
hama dapat berpindah tempat secara aktif maupun pasif. Perpindahan tempat
secara aktif dilakukan oleh imago dengan cara terbang atau berjalan. Imago Oryctes rhinoceros dapat terbang untuk
mencari tempat baru baginya dalam berkembangbiak. Kemungkinan penyebaran hama
ini sangat tinggi jika jarak tanaman rapat. Jarak antar kebun satu dengan
lainnya yang kondisinya tidak disanitasi dapat mempengaruhi populasi hama ini.
Kurangnya hembusan angin di sekitar kebun juga menjadi salah satu faktor
tingginya serangan.
e. Pengendalian
1. Fisik :
•
Dengan menggunakan perangkap lampu
2. Mekanik
•
Dengan pengumpulan larva dan pupa pada
media perangkap
•
Pemanfaatan feromon :
kumbang Oryctes diperangkap menggunakan pipa PVC yang bagian bawahnya ditutup
dengan sepotong kayu. Dua lubang dibuat pada jarak 26 cm dari bagian atas pipa,
dan 130 cm dari bagian bawah pipa. Lubang masuk dibuat dengan ukuran lebar 20
cm dan tinggi 10 cm untuk jalan masuk Oryctes. Feromon sintetik digantung lubang
masuk tersebut. Setiap perangkap dimasukkan 2 kg serbuk gergaji sebagai tempat
berkembang biak kumbang yang terperangkap hidup di dalamnya. Dua feromon
dibutuhkan untuk setiap hektar pertanaman kelapa.
•
Pemanfaatan kanfer
(naftalene balls) : Kanfer (kapur barus kayu) digunakan sebagai penolak
(repellen) untuk hama Oryctes. Pada tanaman kelapa berumur 3-5 tahun
digunakan 3.5 g kanfer per pohon, yang diletakkan pada tiga pangkal
pelepah dibagian pucuk. Aplikasi diulang setiap 45 hari.
•
Pemanfaatan serbuk mimba
(powdered neem oil cake) : Serbuk mimba (250 g) dicampur dengan 250 g pasir
kemudian diaplikasikan pada pucuk kelapa yang menjadi tempat masuk Oryctes.
Aplikasi dilakukan pada 3-4 pangkal pelepah pada bagian dengan interval 45
hari.
3.
Biologis
•
Penggunaan Agnesia Cendawan Metarhicium anisopliae. Cendawan ini
bersifat alami, aman bagi lingkungan (karena spesifik). Cara kerja cendawan
adalah setelah larva hama Oryctes melalui makan kemasukan spora/konidium jamur
Metarhicium, makan jamur akan mengifeksi larva hama. Larva hama yang terinfeksi
akan mengalami sakit, selanjutnya akan mati dan jika matinya karena jamur, maka
akan kering dan berwarna hijau.
•
Penggunaan virus Baculovirus
oryctes
4.
Kimia
Penggunaan pestisida diprioritaskan terhadap serangan yang
sifatnya eksplosi (serangan berat). Diusahakan pemakaian pestisida alternatif
terakhir, bila cara pengendalian lain dirasakan sudah kurang manjur. Dalam
pelaksanaannya harus secara bijaksana artinya baik dosis, kepekatan larutan
maupun cara aplikasinya. Penggunaan pestisida guna mengendalikan hama kumbang
Oryctes dapat menggunakan insektisida karbofuran 1% dicampur serbuk gergaji,
caranya campuran tersebut ditarburkan kedalam 6 ketiak pelepah teratas dari
kelapa-kelapa muda yang terserang. Penaburan dilakukan setiap 2 bulan sekali.
5. Teknik Budidaya
•
Tanaman Tahan :
Tidak
ada tanaman tahan kelapa yang tahan serangan hama Kumbang nyiur (Oryctes Rhinoceros)
•
Sanitasi :
Dengan cara pembersihan atau pemusnahan semua tempat yang
mungkin menjadi tempat perkembangbiakan, atau berkembangnya larva seperti yang
telah dikemukakan dimuka mengenai hidupnya larva. Tanaman mati yang membusuk,
pohon kelapa yang tumbang hendaknya dipotong-potong, dibakar atau ditimbun
dengan tanah. Jika bahan tanaman akan dipakai untuk pembuatan kompos dan
diperkirakan berpotensi terdapat telur atau larva Oryctes diperlukan perlakuan
insektisida sebagai tindakan pencegahan
2.
Kumbang
sagu (Rhynchophorus ferruginous)
a.
Kerusakan
dan Kerugian
Stadium
yang berbahaya adalah stadium imago (dewasa) yang berupa kumbang. Imago
menggerek dan memakan helaian daun pucuk yang belum membuka mengakibatkan daun
terpotong-potong dan tampak seperi “V” bila membuka. Serangan ini dapat
menyebabkan kematian tanaman bila mengenai titik tumbuh.
b.
Tanda
Serangan
•
Merusak akar tanaman
muda, batang dan tajuk, pada tanaman dewasa merusak tajuk, gerekan pada pucuk
menyebabkan patah pucuk
•
Adanya
sisa-sisa gerekan diluar lubang gerekan disertai adanya cairan yang keluar dari
lubang gerekan berwarna coklat kemerahan dan berbau menyengat, biasanya hama
ini berada didalamnya, kadang dalam satu lubang terdapat lebih dari satu
kumbang berada didalamnya.
•
Pada serangan berat di pucuk kelapa
didapat lebih dari 20 lubang, bahkan kumbang yang di dapati bisa mencapai lebih
20 ekor. Akibat fatal pucuk akan rebah.
c. Siklus Hidup
Dalam
perkembangannya hama melalui 4 stadia : telur, larva, pupa dan imago, hama ini
hidup dan berkembang di pucuk-pucuk tanaman golongan palmae. betina meletakkan
telur di sela-sela tajuk kelapa yang basah dan agak membusuk, kadang diletakan
di dalam liang-liang gerekannya, telur menetas setelah 7-10 hari, larva yang
baru keluar menggerek batang, pucuk dan pangkal daun muda, umur larva 2 sampai
3 bulan, larva dewasa (instar 3) menggulung badannya dengan serabut sisa
gerekannya hingga menutup tubuhnya.
Setelah
seluruh tubuh terbalut jadilah bentuk kokon bulat lonjong, perkembangan larva
menjadi pupa berkisar 2-3 minggu, masa pupa berkisar 2-3 minggu, pupa menjadi
imago remaja berkisar 5 sampai 12 hari berada didalam kokon, umur kumbang
dewasa berkisar 3 s/d 5 bulan. kesukaan hama ini untuk meletakkan kokonnya
banyak dijumpai di pangkal-pangkal pelepah daun atau di bekas lubang gerekan.
Imago
remaja setelah siap kawin, akan keluar dari kokon dan terbang mencari pasangan
dan mulai menyerang tanaman kelapa, kumbang dewasa biasanya terbang dipagi hari
sekitar jam 6 sampai jam 8, jika kondisi cuaca redup dan berawan kumbang nampak
di sekitar pucuk kelapa hingga pukul 10, biasanya sedang melakukan perkawinan
ataupun sedang membuat gerekan baru, daya cengkeram kumbang sangat kuat
sehingga mampu dengan mudah melubangi batang atau pucuk kelapa dengan kaki-kaki
depannya, jika didapati berada didalam lubang gerekan, kita akan kesulitan
mengambilnya, karena kumbang akan bertahan dengan menghujamkan kukunya keserat
kelapa, begitu kita lepas maka dengan cepat lari masuk kesela-sela pelepah
bagian bawah. Kumbang dewasa di siang hari dengan cuaca cerah biasanya tidak
menampakan diri, jika ingin menemukan kumbang dewasa pada pagi hari atau sore
hari ataupun di saat cuaca redup dan berawan menampakkan diri.
Cara
terbang hama ini sama halnya dengan kumbang-kumbang lainnya berputarputar
dengan menimbulkan suara berdengung. Hama ini dapat kita temui pada tanaman
kelapa berkisar 9 sampai 20 ekor pada satu tanaman kelapa bahkan bisa lebih.
Hama ini lebih menyukai jenis kelapa dalam dari pada jenis kelapa gading atau
genjah sehingga kebanyakan jenis kelapa gading/genjah agak lebih aman.
d.
Faktor
yang mempengaruhi keberadaannya
1.
Faktor
Dalam
Ketersediaan inang dan tumpukan bahan organik
pada tanaman kelapa sehingga dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan dan
makanan larva.
2.
Faktor Luar
Tersedianya
tumpukan batang kelapa baik yang masih berdiri maupun yang sudah dicacah
memberi peluang bagi Kumbang sagu (Rhynchophorus
ferruginous) untuk mendapatkan tempat berbiak. Karena kondisi tersebut
menyediakan bahan-bahan organik dan tempat yang nyaman untuk tinggal dan
berkembangbiak.
e.
Pengendalian
1.
Fisik
:
• Pemberian garam laut di setiap ketiak
pelepah daun sepanjang 1 m dari pucuk kebawah dengan cara ditaburkan
• Dengan perangkap dilakukan dengan seks
feromon dan dengan Larutan gula alkohol
2.
Mekanik
:
Pemberian
jaring-jaring/jala dililitkan pada pucuk kelapa, khusus kelapa yang belum
berbuah lebih mudah untuk memasang jala Kumbang akan terjerat jala bila
mendatangi pucuk kelapa, maka dengan mudah untuk menangkapnya
3. Biologis :
Dilakukan dengan memanfaatkan Musuh alami yang sudah sering
dimanfaatkan antara lain adalah Baculovirus oryctes (virus entomopatogen), Metharizium sp. dan Beauveria bassiana (cendawan entomopathogen).
4.
Kimia
:
Pemberian
Furadan 3 G di di tiga ketiak pelepah daun secara spiral sepanjang 1m dari
pucuk kebawah dengan dosis ½ sendok makan.
Lubang-lubang
gerekan yang dijumpai dan terdapat sisa gerekan baru ditutup dengan insektisida
Thiodan 35 EC 2-3 cc/liter larutan, Basudin 10 G
dan sevin 85 SP pada luka dan diperkirakan ada serangan Kumbang sagu.
5.
Teknik
Budidaya :
•
Sanitasi :
Membersikan
pohon dari serat yang membalut pelepepah, yang merupakan tempat peletakan telur
hama. Serat-serat disekitar pucuk bila dibersihkan akan kelihatan luka-luka
gerekan yang tertutup serat tersebut, sehingga kita dapat segera mengambil
tindakan menangkap kumbang jika masih bersarang di dalam luka-luka gerekan.
3.
Ulat Artona (Artona catoxantha)
a.
Kerusakan
dan Kerugian
Serangan
berat dapat menyebabkan terjadinya gugur buah, dimulai 4 dari buah muda dan
tanaman akan tidak berproduksi selama 1 – 1.5 tahun
b.
Tanda
Serangan
•
Larva Artona biasanya merusak daun
kelapa tua perubahan warna daun menjadi kening-kuningan selanjutnya kering dan
gugur
•
Larva yang baru menetas akan merusak
daun dari permukaan bawah, sehingga timbul bintik-bintik luka.
•
Larva yang masih muda memakan bagian
bawah helaian daun.
•
Larva melukai daun hanya sampai batas
lapisan epidermis atas, sehingga lapisan yang ditinggalkan mudah kering dan
selanjutnya dengan gejala berbentuk garis yang semakin lama semakin luas.
•
Daun terserang dapat ditumbuhi patogen
sekunder seperti embun madu atau jamur jelaga.
•
Daun kelapa kelihatan berlubang-lubang,
yang terserang hebat mahkota daunnya
seperti bekas terbakar, dan serangan berat yang tertinggal hanya
lidinya.
c. Siklus Hidup
ü Stadia Telur
Stadia
telur berlangsung selama 3-4 hari, telur ulat Artona berbentuk lonjong (bulat
panjang), berwarna putih bening atau hijau kekuningan bening dan memiliki
ukuran panjang sekitar 0,5 mm – 1 mm.
ü Stadia Larva
Stadia
larva berlangsung selama 17-22 hari, warna larva putih kekuningan, jernih dan
berukuran 11-12 mm. Pada bagian punggung terdapat garis yang lebar dan
memanjang berwarna hitam ungu, disebelah garis tebal terdapat garis kecil.
Larva memiliki kepala yang berwarna kuning kemerahan, tubuh larva bagian depan
berukuran lebih besar daripada tubuh bagian belakang.
ü Stadia Kepompong
Stadia
kepompong berlangsung antara 10-12 hari, kepompong yang masih muda berwarna
kekuning-kuningan, sedangkan kepompong yang sudah tua berwarna merah sauh karena
tertutup oleh lapisan kulit kokon. Kepompong memiliki ukuran panjang berkisar
antara 12-14 mm dan lebar 6-7 mm.
ü Stadia Ngengat (Kupu-kupu)
Kupu-kupu
Artona berukuran panjang antara 10-15 mm dengan jarak antar sayap 13-16 mm,
berwarna hitam merah kecoklatan, dan pada kuduk, tubuh bagian bawah serta
pinggir sayap depan terdapat sisik-sisik kuning. Sepanjang siang hari,
kupu-kupu Artona diam dan berdiri pada kedua kakinya, berjajar sampai
berpuluh-puluh ekor pada anak-anak daun kelapa yang menggantung. Aktif pada
pagi dan petang hari, baik kupukupu jantan maupun betina beterbangan mengitari
pohon-pohon kelapa untuk kawin. Biasanya kupu-kupu betina mulai meletakkan
telurnya pada anak daun di bagian bawah, berkelompok sebanyak 3-12 butir.
d.
Faktor
yang mempengaruhi
1. Faktor Dalam :
Kemampuan
berkembang biak; fekunditas (kemampuan bertelur imago betina), siklus hidup
(dari telur menetas sampai imago meletakkan telur pertama) yang pendek
2.
Faktor
Luar :
Temperatur
yang mempengaruhi aktivitas serangga, penyebaran geografis dan lokal,
perkembangan (development) serangga; kelembaban yang berpengaruh pada
preferensi serangga terhadap tempat hidup, cahaya yang mempengaruhi
aktivitas harian serangga, curah hujan berpengaruh terhadap kelembaban dan aktivitas
musuh alami terutama jamur patogen, serta angin yang berpengaruh terhadap
pemencaran Artona. Faktor ketersediaan makanan, musuh alami dan atau kompetitor
lainnya sering menjadi pembatas peningkatan populasi cepat bertambah.
3. Faktor Pendukung :
Faktor
pendukung terjadinya eksplosi Artona antara lain ketersediaan daun kelapa
sebagai sumber pakan, kondisi cuaca yang sangat mendukung, kurang berperannya
musuh alami, belum berjalannya sistem pengamatan hama yang kontinyu sehingga
potensi serangan Artona pada tingkat awal tidak terpantau, terlambatnya upaya
pengendalian pada saat populasi Artona masih rendah.
e. Pengendalian
1.
Mekanis
Melakukan
pemangkasan semua daun kelapa dengan hanya meninggalkan 3 – 4 lembar daun muda.
Cara ini dilakukan jika pada 200 – 300 sampel pohon ditemukan bahwa dua pelepah
dalam pohon kelapa terdapat larva Artona dari 4 stadium. Pemangkasan dilakukan
setelah larva Artona mencapai panjang 8 mm untuk memberi kesempatan kepada
parasit untuk berkembang biak terlebih dahulu. Larva Artona akan menjadi
kupu-kupu dalam waktu 2 minggu sehingga pemangkasan harus sudah selesai dalam
jangka waktu tersebut.
2.
Biologis
Menggunakan
Musuh Alami Golongan Parasit ulat :
-
Lalat kelabu Bessa remota Aldr.
-
Lalat hitam Argyrophiylax fumipennis Towns
-
Tabuhan Apanteles artonae Rohw
-
Tabuhan Euplectromorpha viridiceps Ferr.
-
Tabuhan Neoplectrus bicarinatus Ferr.
-
Tawon Glyptapanteles artonae
Menggunakan
Musuh Alami Golongan predator: Semut krangrang, semut besar berwarna cokelat.
3.
Kimiawi
•
Memberikan insektisida sistemik melalui
pengeboran batang atau pemotongan akar, untuk tanaman yang masih rendah
dilakukan penyemprotan tajuk.
•
Penyemprotan Baythroid
050 WSC, dengan dosis 1/2-1 cc/1 air.
4.
Teknik Budidaya
•
Sanitasi
:
Membersikan
pohon dari serat yang membalut pelepepah, yang merupakan tempat peletakan telur
hama. Serat-serat disekitar pucuk bila dibersihkan akan kelihatan luka-luka
gerekan yang tertutup serat tersebut.
4.
Ulat Api Thosea sp (Limacodidae)
a.
Kerusakan
dan Kerugian
•
Ulat memakan habis daun, mulai dari
bagian daun yang tua sampai daun muda sehingga kelihatan tinggal lidinya.
•
Tanaman terganggu proses fotosintesisnya
karena daun menjadi kering, pelepahnya menggantung dan akhirnya berdampak pada
tidak terbentuknya tandan selama 2-3 tahun.
b.
Tanda
Serangan
•
Serangan dimulai dari daun bagian bawah.
•
Larva akan memakan helaian daun mulai
dari tepi hingga helaian daun yang telah berlubang habis, tinggal menyisakan
tulang daun atau lidi. Bagian daun yang disukai ulat api adalah anak daun pada
ujung pelepah.
c.
Siklus Hidup
Untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya, ulat api dari jenis
Thosea asigna Mr. membutuhkan waktu antara 86 sd 109 hari dengan periode
larva antara 45 sd 59 hari. Larva Thosea asigna Mr. berwarna hijau
kekuning-kuningan dan memiliki garis lebar memanjang dengan 3 bercak coklat
atau ungu abu-abu.
Setelah menetas, larva T. asigna muda yang masih dalam instar
1 membentuk koloni dan memakan hanya bagian bawah epidermis daun saja. Setelah
mencapai instar 4, larva mengisolasikan diri dan memakan semua bagian daun
hingga jumlah yang sangat besar, yakni 4-5 helai daun. Pada kelapa, ulat api
jenis ini umumnya tersebar pada pelepah daun ke 9 sampai 25 dari duduk daun.
d.
Faktor
yang mempengaruhi
1.
Faktor
Dalam
Faktor
jumlah dan ketebalan bulu pada permukaan daun terbukti menentukan pergerakan
(mobilitas) ulat api, yang pada akhirnya berdampak pada derajat kesukaan ulat
api untuk memakan daun.
2.
Faktor
Luar
Akibat
musim panas yang berkepanjangan, kerusakan yang disebabkan oleh hama ini sangat
serius. Serangannya sangat cepat meluas dan tanaman kelapa rusak dalam waktu
beberapa minggu. Seringkali serangan terjadi dalam waktu singkat, tetapi
tanaman akan pulih kembali dalam waktu lebih dari satu tahun. Serangan akan
berhenti setelah 1 atau 2 generasi saja. Generasi yang kedua mungkin ditemukan
pada areal yang bersebelahan. Sehubungan dengan sifat serangan hama ini, petani
harus waspada, karena usaha pengendalian hanya akan ekonomis kalau dapat
dilaksanakan pada waktu larva masih muda.
e. Pengendalian
1.
Fisik
Memangkas
semua daun yang terserang lalu membakarnya serta memupuk tanaman untuk
mempercepat pemulihan tanaman.
2.
Mekanik
Mengumpulkan
semua stadia hama (telur, larva, pupa dan imago) lalu di musnahkan.
3.
Biologis
Pengendalian
menggunakan virus merupakan pilihan yang baik dalam menanggulangi hama ini
dibandingkan dengan menggunakan insektisida sistemik.
Virus
MNPV (Multi-Nucleo Polyhydro Virus) untuk ulat api Thosea sp. diaplikasikan
dengan cara menyemprot daun kelapa (hanya 10-20 % pohon terserang), karena
virus dapat menular dari satu pohon ke
pohon lainnya. Keuntungan yang diperoleh bila menggunakan virus adalah
lebih murah, tidak beracun terhadap manusia maupun hewan piaraan, kecil
kemungkinannya akan mengakibatkan munculnya kembali hama. Hambatan atau
kekurangannya adalah hanya larva yang baru saja mati akibat virus yang dapat
digunakan sebagai bahan infeksi untuk larva lainnya. Larva yang terinfeksi
virus harus segera disimpan dalam lemari es, setiap spesies ulat api mempunyai
virus tersendiri (khusus) oleh karena itu virus dari suatu spesies tidak dapat
digunakan untuk membunuh ulat dari
spesies yang lain. Umumnya virus dari Thosea tidak dapat digunakan untuk
membunuh Parasa, begitu juga sebaliknya.
4.
Kimia
Penggunaan
kimia hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir, yakni apabila ditemukan lebih dari 30 ekor larva
muda pada setiap pelepah, dan tidak tersedia virus. Menggunakan insektisida
sistemik yang direkomendasikan. dengan cara infus akar atau injeksi batang
sebanyak 15-20 ml/pohon. Pada pohon kelapa yang berumur ≤ 10 tahun dilakukan
infus akar, sedangkan yang berumur > 10 tahun dilakukan injeksi batang (bor
batang).
5.
Teknik Budidaya
•
Sanitasi
:
Membersikan
pohon dari serat yang membalut pelepepah, yang merupakan tempat peletakan telur
hama. Serat-serat disekitar pucuk bila dibersihkan akan kelihatan luka-luka
gerekan yang tertutup serat tersebut.
Membersihkan
daun-daun yang terserang hama dan langsung dibakar.
5.
Belalang Pedang
(Sexava sp)
a.
Kerusakan
dan Kerugian
Pada
serangan berat kelapa tinggal lidi saja, sehingga buahnya berguguran dan
tanaman tidak dapat menghasilkan buah selama dua tahun.
b.
Tanda
Serangan
Nimfa
dan imago hama Sexava spp. memakan daun tanaman kelapa dari pinggir meninggalkan
bekas gigitan yang tidak rata. Serangan dimulai dari pelepah yang paling bawah
sebelum daun di bagian bawah habis di makan maka hama Sexava spp. tidak akan
pindah ke daun sebelah atasnya. Pada serangan berat yang tertinggal hanya
beberapa pelepah pucuk, sedangkan daun – daun di bagian bawah tinggal lidinya
saja
c.
Siklus
Hidup
Dalam
perkembangannya hama Sexava spp. mengalami metamorphosis bertingkat, terdiri 3
stadia yaitu : Telur, Nimfa (serangga muda) dan Imago (serangga dewasa).
Aktivitas makan dan reproduksi kebanyakan dilakukan pada malam hari. Imago
biasanya mulai bertelur setelah berumur ±1 bulan. Imago bertelur di dalam tanah
di sekitar tanaman kelapa dan pohon inang lainnya pada kedalaman 1 – 5 cm.
Seekor betina dapat bertelur sekitar 50 butir.Siklus hidup dari telur sampai
bertelur lagi ± 5 bulan.
ü Telur
Telur
yang baru diletakkan sangat tipis kemudian setelah umur 2 hari telur bentuk dan
warna seperti gabah panjang ± 12 mm, lebar 2 mm mempunyai lekuk memanjang pada
sisinya. Telur tua berukuran 13 mm dan lebar 3 mm. Stadia telur Sexava spp.
antara 45 – 50 hari.
ü Nimfa
Nimfa
hama Sexava spp. yang baru menetas panjang ± 12 mm, panjang antenna 9 mm dan
berwarna hijau atau hijau kemerahan. Stadia nimfa ± 70 hari, nimfa yang baru
menetas biasanya akan langsung memanjat ke atas tanaman kelapa atau tanaman
inang lainnya. Nimfa biasanya menetap pada pohon kelapa atau tanaman inang
lainnya sampai sayapnya tumbuh sempurna.
ü Imago
Imago
Sexava spp. biasanya berwarna hijau, coklat dan hijau kecoklatan. Imago betina
memiliki alat peletak telur (ovipositor) yang berbentuk pedang pangkalnya
berwarna hijau bagian tengah coklat sedangkan ujung berwarna hitam sehingga
hama ini disebut belalang pedang. Imago betina panjang antara 9,5 – 10,5 cm
panjang ovipositor antara 3 – 4,5 cm dan imago jantan antara 6 – 9,5 cm, imago
jantan tidak mempunyai ovipositor. Nimfa dan imago aktif pada malam hari, waktu
makan mengeluarkan bunyi yang gemuruh. Siang hari bersembunyi dibawah daun.
Belalang jantan mengeluarkan bunyi yang nyaring sehingga disebut juga walang
kerik.
d. Faktor yang mempengaruhi
1.
Faktor Dalam :
Ketersediaan
inang dan tumpukan bahan organik pada tanaman kelapa sehingga dijadikan sebagai
tempat perkembangbiakan dan makanan larva.
2. Faktor Luar :
Kondisi
tanah di areal tanaman kelapa merupakan jenis tanah berpasir hal ini sangat
menunjang kelangsungan hidup hama Sexava
sp untuk dapat meletakan telurnya, sehingga intensitas kerusakan yang
terjadi lebih tinggi, hama Sexava sp.
meletakan telur di tanah berpasir banyak gulma yang berada di bawah pohon
kelapa ini juga sangat mempengaruhi keberadaan hama Sexava sp. untuk dapat meletakan telurnya sehingga kerusakan yang
ditimbulkan lebih rendah.
Jarak
tanam yang terlalu dekat akan mengakibatkan hama dapat dengan cepat berpindah
dan berkembang sehingga mengakibatkan kerusakan pada tanaman.
Curah
hujan yang tinggi berpengaruh bagi hama bagi hama Sexava sp untuk bertahan
hidup , areal tanaman kelapa yang berada pada dataran rendah mengakibatkan air
dapat menggenangi areal tanaman sehingga dapat mengakibatkan siklus hidup dari
hama tersebut terputus.
e. Pengendalian
1.
Fisik
Pengolahan
tanah untuk bercocok tanam tanaman kelapa.
2.
Mekanik
Mekanis
yaitu memusnahkan telur dan nimfanya, menangkap belalang (di Sumatra dengan
perekat dicampur Agrocide, Lidane atau HCH, yang dipasang sekeliling batang)
untuk menghalangi betina bertelur dipangkal batang dan menangkap nimfa yang
akan naik ke pohon.
3.
Biologis
Biologis
yaitu dengan menggunakan parasit telur Leefmansia
bicolor yaitu parasitoid yang potensial untuk dikembangkan, namun dalam
aplikasi di lapangan tingkat keberhasilan cukup bervariasi, tergantung kondisi
lingkungan, pola tanam, frekuensi aplikasi parasit dan perlakuan lainnya yang
diberikan pada tanaman.
4.
Kimia
Kimia
yaitu menyemprot dengan salah satu atau lebih insektisida, seperti BHC atau
Endrin 19,2 EC 2cc/liter air, menyemprotkan disekitar pangkal batang sampai
tinggi 1 meter, tanah sekitar pangkal batang diameter 1,5 m 6 liter/pohon.
Insektisida lain yang dapat digunakan : Sumition 50 EC, Surecide 25 EC, Basudin
90 EC atau Elsan 50 EC.
5.
Teknik
Budidaya
Kultur
teknis yaitu menanam tanaman penutup tanah dengan sanitasi kebun dan
menggunakan tanaman sela kacang tanah, jagung dan tanaman penutup tanah seperti
Arachis pintoi.
6. Kutu perisai (Aspidiotus destructor)
a.
Kerusakan
dan Kerugian
Serangan
hama ini dapat mengakibatkan kerusakan tanaman kelapa yang cuku berat , bahkan
sebagian dapat mencapai 100 %. Rata-rata tingkat kerusakan tanaman kelapa 64,45
% karena serangan hama ini sehingga
menimbulkan penurunan produksi kelapa sekitar 80 %.
Berubahnya
rasa air kelapa menjadi asam hingga mengakibatkan penurunan produksi kelapa.
b.
Tanda
Serangan
•
Hama ini merusak dengan mengisap cairan
daun sehingga daun menguning.
•
Tertutupnya stomata dan pengaruh air
liur yang bersifat toksik yang menyebabkan kematian jaringan/nekrosis
•
Serangan parah terlihat jika seluruh
daun terserang hama sehingga mahkota daun akan habis dan tanaman tidak dapat
menghasilkan buah yang langsung menurunkan produksi. Serangan parah terjadi
pada musim kering, daerah dengan curah hujan tinggi dengan tanaman yang ditanam
berdekatan,serta kondisi perkebunan yang tidak terawat.
c. Siklus Hidup
Telur
berwarna putih ketika pertama kali diletakkan dan menjadi kuning setelah
beberapa hari. Telur diletakkan di bawah tubuh imago betina. Masa inkubasi
sekitar 7-8 hari. Nimfa jantan mengalami tiga hali ganti kulit dan dua kali
pada nimpha betina. Perkembangan nimfa sekitar 24 hari pada jantan dan lebih
lama pada betina.
Setelah
menetas, nimpha muda bergerak kepermukaan daun mencari tempat yang cocok.
Setelah menemukan tempat yang cocok, nimfa akan menempel pada daun dan tidak
akan bergerak. Tahap pencarian inang yang cocok biasanya berlangsung 2-48 jam,
tetapi biasanya tidak melebihi 12 jam. Pada tahap kedua, jantan menjadi cokelat
kemerahan dan berbentuk elips sedangkan betina tetap kuning pucat. Tahap kedua
berlangsung selama 5-8 hari untuk jantan dan 8-10 hari untuk betina.
Imago
betina berwarna kuning terang-orange, sedikit bundar dan ditutupi dengan
lapisan tipis semitransparan. Diameter sekitar 1,5-2 mm. Imago jantan jauh
lebih kecil, berbentuk oval dan berwarna kemerahan. Imago jantan dewasa
memiliki sepasang sayap. Siklus hidup betina dari telur hingga awal oviposisi,
diperlukan 34-35 hari sedangkan jantan sekitar 30-35 hari. Ada 8-10 generasi
per tahun di daerah tropis. Seekor imago dapat meletakkan 65-110 telur dengan
rata-rata 90 telur yang berlangsung selama 9 hari.
d.
Faktor yang
mempengaruhi
1.
Faktor
Dalam :
Ketersediaan
inang dan tumpukan bahan organik pada tanaman kelapa sehingga dijadikan sebagai
tempat perkembangbiakan dan makanan larva.
2.
Faktor
Luar :
Terdapat
beberapa unsur iklim yang memiliki pengaruh cukup baik terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya. Pada bulan-bulan kering populasi kutu perisai meningkat karena
pada umumnya keaktifan serangga akan meningkat pada bulan-bulan kering. Namun
untuk pertumbuhan dan perkembangannya diperlukan kondisi yang cukup lembab. Hal
ini terlihat dari tempat menetap mereka yang berada pada permukaan bawah daun,
dan terkadang di atas permukaan daun bila permukaan atas daun lembab.
Pertanaman yang cukup rapat dan hujan juga merangsang cepatnya perkembangan
serangga ini.
Kepadatan
kutu perisai berkisar antara 20-30 per cm2 permukaan daun. Bila
larva tidak menemukan tempat, larva dapat memanfaatkan hujan untuk turun dan
berpindah ke pohon lainnya. Namun hujan yang lebat dapat meningkatkan
mortalitas kutu ini, karena tingkat kematian imago dan telur mengalami
peningkatan pada saat hujan lebat.
Selain
hujan, angin juga dapat menjadi penyebab penyebaran hama kutu perisai. Pada
umumnya penyebaran tanaman kelapa berada di daerah pinggiran laut, dimana
terpaan angin terjadi cukup tinggi. Tanaman kelapa juga membutuhkan bantuan angin
untuk melakukan penyerbukan. Angin yang terjadi pada malam hari dan siang hari
di pinggiran laut menjadi faktor yang paling menentukan tingkat penyebarannya.
Dengan angin, hama kutu ini akan berpindah dari satu pohon ke pohon lain dengan
mudah. Kerusakan yang terjadi pada mahkota bunga kelapa mungkin juga
diakibatkan oleh bantuan angin. Jika sudah terjadi hal seperti ini, dapat
dipastikan produksi kelapa akan menurun. Walaupun produksinya tetap konstan
kemungkinan rasa dari air kelapa akan berubah menjadi asam.
e. Pengendalian
1.
Fisik
Memangkas
semua daun yang terserang lalu membakarnya serta memupuk tanaman untuk
mempercepat pemulihan tanaman.
2.
Mekanik
Mengumpulkan
semua stadia hama lalu di musnahkan.
3.
Biologis
Pengendalian
dengan menggunakan musuh alaminya. Kehadiran organisme lain seperti
predator Chilocorus politus (Coleoptera: Coccinellidae) dan Scymnus sp. (Coleoptera: Coccinellidae),
serta parasitoid Comperiella unifasciata
Ish. (Hymenoptera: Encyrtidae) akan menekan populasi hama kutu perisai.
4.
Kimia
Menggunakan
insektisida jika tanaman kelapa mengalami serangan berat. Jika tidak mengalami
serangan berat maka tidak dianjurkan.
5.
Teknik
Budidaya
• Sanitasi
Sisa-sisa
tanaman, gulma, dan tanaman inang lainnya di sekitar pertanaman merupakan
tempat bertahan hidup hama. Oleh karena itu, pemusnahannya perlu dilakukan
untuk memperkecil sumber inokulum awal.
7.
Ulat Mayang (Batrachedra
sp)
a.
Kerusakan
dan Kerugian
Larva dari hama ini merupakan stadium yang aktif merusak.
Larva merusak bunga jantan dan bunga betina yang terdapat di dalam mayang
sehinggan tanaman kelapa tidak dapat berbuah.
b.
Tanda
Serangan
Adanya lubang pada seludang bunga (spatha) yang belum
membuka. Larva akan masuk dan menggerek bunga jantan dan betina, sehingga dalam
waktu singkat, bunga jantan menjadi kehitaman, dan bunga betina akan
mengeluarkan getah, dan akhirnya bunga-bunga akan rontok
c. Siklus Hidup
Imago
bertelur pada alur kulit seludang secara terpisah atau berkelompok. Telur berwarna
putih-kekuningan, lonjong, dan berumur 4 hari. Larva segera menggerek seludang
menuju bunga-bunga jantan. Larva berwarna putih dengan kepala berwarna
coklat-kehitaman. Panjang larva tua 0,8 cm, ruas tubuhnya dilingkari oleh
gelang-gelang berwarna hijau-kecoklatan. Stadium larva berlangsung 1-2 minggu.
Larva
berpupa pada pangkal tangkai bunga. Stadium pupa berlangsung 10 hari, dan
ketika seludang membuka, pupa telah menjadi imago. Imago berwarna merah coklat.
Pada sayap bagian depan terdapat titik-titik putih. Pada siang hari imago
istirahat/berdiam diri dan akan aktif pada sore dan malam hari. Imago tertarik
dengan cahaya lampu. Masa hidup imago kurang lebih 7 hari.
d.
Faktor yang
mempengaruhi
1.
Faktor Dalam:
Tanaman
kelapa merupakan tanaman yang dijadikan inang oleh ulat mayang. Kemampuan
berkembang biak; fekunditas (kemampuan bertelur imago betina), siklus hidup
(dari telur menetas sampai imago meletakkan telur pertama) yang pendek
2.
Faktor Luar :
Temperatur
yang mempengaruhi aktivitas hama ini, kelembaban yang berpengaruh pada
preferensi hama ini terhadap tempat hidup, cahaya yang mempengaruhi
aktivitas haria , curah hujan berpengaruh terhadap kelembaban dan aktivitas
musuh alami terutama jamur patogen, serta angin yang berpengaruh.
e.
Pengendalian
1.
Mekanis
Mengambil
hama jika menemukannya
2.
Biologis
Memanfaatkan
musuh alami dari B.
arenosella yaitu parasitoid
telur Trichogramma sp.
(Hymenoptera, Trichogrammatidae), Meteorus
sp., Apanteles sp., dan Chelonus sp. (Hymenoptera, Braconidae). Aplikasi Chelonus sp. dilakukan pada
siang hari sebanyak 5 pasang/ha dengan waktu pemasangan 3 bulan sekali.
3.
Kimia
Menggunakan
insektisida Endrin 19,2 EC 0.5%, Basudin 60 EC dan BHC. Cara aplikasi
insektisida Endrin 0.5% adalah dengan memotong seludang bunga yang baru
membuka, kemudian bekas potongan diolesi insektisida Endrin 0.5%
4.
Teknik
Budidaya
Pengendalian
secara bercocok tanam dilakukan melalui pembersihan tanaman penutup tanah sementara untuk mencegah
peletakan telur.
Sanitasi
bagian atas tanaman kelapa. Petani dapat melakukan sanitasi sambil melakukan
monitoring sehingga segera dapat diketahui jika ada serangan, dan dapat segera
dikendalikan agar serangan tidak meluas
8.
Tikus (Ratus
tioomanichus)
a.
Kerusakan
dan Kerugian
Tikus sering menyerang bibit kelapa, tanaman belum
menghasilkan, tanaman menghasilkan, memakan serangga penyerbuk bunga kelapa,
dan menyebabkan masuknya padogen sekunder melalui bekas luka.
Merusak bunga kelapa, baik bunga jantan maupun bunga betina.
Akibatnya tanaman tidak bisa menghasilkan buah sehingga menyebabkan kerugian
yang amat besar.
b.
Tanda
Serangan
Serangan hama tikus ditandai dari adanya bagian tanaman yang
berkarat, khususnya pada bagian pangkal batang. Serangan juga bisa terjadi pada
bagian umbut yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak normal dan mati.
Belum lagi kerusakan pada bagian pelepah menyebabkan tingkat produktifitas
kelapa menurun.
c.
Siklus
Hidup
d.
Faktor
yang mempengaruhi
1.
Faktor
Dalam
Tanaman
Kelapa menyediakan sumber makanan bagi tikus , tikus yang pemakan segala
memakan buah kelapa baik masih muda ataupun sudah tua.
2.
Faktor
Luar
Lingkungan
tanaman kelapa tumbuh dapat dijadikan sebagai rumah untuk tikus.
e.
Pengendalian
1.
Fisik
Mengubah
faktor lingkungan fisik menjadi di atas atau di bawah batas toleransi tikus.
2.
Mekanik
•
Perangkap; Livetrap, deadtrap, snaptrap,
•
breakbacktrap, pitfalltrap
•
Penghalang/barrier/proofing
•
Berburu, Blanketing, krompyangan,
gropyokan
3.
Biologis
•
Predator, seperti:Burung hantu (Tyto
alba), kucing (Felis catus), ular sawah (Ptyas koros). Predasi terhadap tikus
dapat digambaran sebagai berikut:
Aves (10) > Mamalia (4) > Reptilia (1)
•
Predator tikus yang lain seperti anjing
(Canis familiaris), Musang (Paradoxurus hermahroditus), dan garangan (Herpestes
javanicus).
•
Patogen, seperti: Protozoa Sarcocystis singaporensis, bateri Trypanosoma evansi, dan nematoda Nippostrongilus brassiliensis
4.
Kimia
•
Umpan beracun (rodentisida)
•
Fumigan (asap beracun)
•
Atraktan dan repelen
•
Kemosterilan (bahan pemandul)
5.
Teknik
Budidaya
•
Pengendalian Kultur Teknis
Prinsipnya
→Membuat lingkungan yang tidak mendukung bagi kehidupan dan perkembangan
populasi tikus.
Contoh:
pengaturan pola tanam, waktu tanam, jarak tanam, dll. Cocok pada tanaman
semusim, sangat susah diterapkan pada kebun kelapa.
•
Sanitasi
Prinsip
sanitasi untuk Membersihkan sarang dan tempat persembunyian tikus.Sanitasi kebun
dapat dilakukan terhadap :
-
Tumpukan kayu sisa tebangan pohon-pohon
tua pada areal bukaan baru atau areal peremajaan.
-
Gulma di sekitar pertanaman dan tumpukan
pelepah.
-
Perlu diperhatikan agar pembersihan ini
tidak mengganggu kacangan penutup tanah (KPT).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2009. Pengenalan dan Pengendalian Hama Belalang Pedang (Sexava spp) Pada
Tanaman Kelapa. Direktorat Perlindungan Perkebunan; http;
//ditjenbun.deptan.go.id/perlinbun (2009). Diakses tanggal 10 Februari 2017
Anonim.
Teknologi Baru Pengendalian Hama Sexava spp.perkebunan.litbang pertanian.go.
Badiaroh
A., 2013. Budidaya Tanaman Kelapa. BBPPTP Medan.
http://ditjenbun.deptan.go.id/bbpptpmedan/berita-198-budidaya-tanamankelapa.html.
Diakses tanggal 10 Februari 2017
Bidang
Proteksi. 2013. Data Triwulan II. Bidang Proteksi Balai Besar Perbenihan dan
Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya, Jombang.
Darwis,
Michellia. 2006. Upaya Pengendalian Hama Sexava spp. Secara Terpadu. Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Jl. Tentara Pelajar No 3 Bogor 16111.
Ditjenbun
(Direktorat Jenderal Perkebunan).http://ditjenbun.deptan.go.id
Kalshoven,
L.G.E. 1991. Pest of Crops In Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve,
Jakarta.
Kartasapoetra.A.G.
1993. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan.Bumi Aksara. Jakarta.
Mamondol,
Martinus. 2011. Hama Sexava spp dan Pengendaliannya.
disbunsulut.org/beranda/207/. Diakses tanggal 10 Februari 2017
Sajarwadi,
Lulus G, dan Erlan A.R., 2010. Fenomena Eksplosi Hama Larva Pemakan Daun Kelapa
Artona catoxantha.
http://erlanardianarismansyah.blogspot.com/2010/11/fenomena-eksplosihama-larva-pemakan.html.
Diakses tanggal 10 Februari 2017
Wabang
W., 2013. Makalah Ilmu Hama Tumbuhan Invertarisasi Dan Identifikasi Hama
PadaTanaman Perkebunan. Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang.
http://ilmuhamatumbuhan.blogspot.com/2013/04/makalahilmu-hama-tumbuhan_12.html.
Diakses tanggal 10 Februari 2017
http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpmedan/tinymcpuk/gambar/file/oryctes.pdf
(Diakses tanggal 10 Februari 2017)
https://id.scribd.com/doc/84143569/Hama-Pada-Tanaman-Kelapa
(Diakses
tanggal 10 Februari 2017)
http://www.disbunbali.info/file_manager/pdf/detok_kelapa.pdf
(Diakses
tanggal 10 Februari 2017)
http://www.coconose.net/2016/07/berbagai-hama-pohon-kelapa-lengkap.html
(Diakses
tanggal 10 Februari 2017)
http://www.agrotani.com/hama-penyakit-pohon-kelapa/
(Diakses
tanggal 10 Februari 2017)
http://disbunhut.probolinggokab.go.id/control/uploads/Kumbang%20Sagu2.pdf
(Diakses
tanggal 10 Februari 2017)
http://ditjenbun.pertanian.go.id/sinta/kumbang-sagu/
(Diakses
tanggal 10 Februari 2017)
http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/berita-221-hama-artona-catoxantha-hamps-dan-teknik-pengendalian-.html(Diakses tanggal 10
Februari 2017)
http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/tinymcpuk/gambar/file/3.%20A.%20cantoxantha%20-%20Endang%20Erna.pdf (Diakses tanggal 10
Februari 2017)
http://books.google.co.id/books?id=qo2wRGSoNkQC&pg=PA76&lpg=PA76&dq=s
iklus+hidup+brontispa&source=bl&ots=t7GCjg7jcD&sig=ZAvcvJa6SFovJQz6vIAE3
DTpXNg&hl=id&sa=X&ei=kKliUum_D4KYrgfb0ICQCw&redir_esc=y#v=onepage&q
=siklus%20hidup%20brontispa&f=false. (Diakses tanggal 10 Februari 2017)
http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpambon/berita-394-pengendalian-hama-ulat-api-thosea-sp-pada-tanaman-kelapa-.html
(Diakses
tanggal 10 Februari 2017)
http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/tinymcpuk/gambar/file/PERBANYAKAN%20MASSAL%20Chilocorus%20politus%20UNTUK%20MENGENDALIKAN%20KUTU%20PERISAI%20Aspidotus%20destructor.pdf (Diakses tanggal 10
Februari 2017)
tanaman kelapa jadi bisa mati ya kalau di serang hama ini
BalasHapuspohon kelapa wulung
bibit kelapa wulung
jual bibit kelapa wulung
bibit kelapa pandanwangi
bibit kelapa hijau wulung
bibit palem merah
bibit pisang cavendish
jual bibit strawberry
https://balipestantirayap.com/
BalasHapus